7 Ciri Utang yang Sulit Dilunasi, Pemberi dan Penerima Harus Hati-hati

Ukur kemampuan pembayaran sebelum mengajukan

Sikap menggampangkan utang amatlah tidak terpuji. Sebagai orang yang berutang, sikap seperti itu memudahkannya lalai dalam membayarnya. Sementara itu, jika kamu yang memberikan pinjaman, gampangnya dirimu percaya pada orang lain dapat berbuah rasa kecewa bahkan kesal.

Orang yang sudah berjanji akan segera mengembalikannya ternyata tak kunjung merealisasikannya. Bisa jadi juga dia menjadi terus-menerus berutang padamu, sehingga memberatkan. Oleh sebab itu, baik orang yang mengajukan maupun memberikan pinjaman harus sama-sama mewaspadai utang yang bakal sulit dilunasi. Sebelum itu terjadi, kenali dulu lima ciri utang yang sulit dilunasi berikut ini.

1. Utang yang belum lunas sudah disambung dengan utang lagi

7 Ciri Utang yang Sulit Dilunasi, Pemberi dan Penerima Harus Hati-hatiilustrasi menghitung uang (pexels.com/Karolina Grabowska)

Tahu rekam jejak orang yang mengajukan pinjaman penting, agar kamu mengerti kebiasaannya dalam berutang. Apakah dia disiplin melunasi utang atau satu pinjaman saja belum selesai, tetapi ia sudah kembali hendak berutang? Makin banyak utang yang belum lunas tentu makin sulit dia untuk mengembalikan pinjamannya padamu.

Memberinya pinjaman menjadi sangat berisiko. Cara hidupnya ialah gali lubang tutup lubang atau berutang guna melunasi utang lama. Meski pinjaman sebelumnya bukan padamu, sebaiknya kamu tidak mengabulkan permintaannya.

Sebaliknya kalau kamu yang mau kembali meminjam uang, tahan diri dan urungkan saja niat itu. Mari belajar lebih bertanggung jawab terhadap utang. Tugasmu adalah melunasi pinjaman-pinjaman sebelumnya, bukan malah kembali berutang.

2. Utang yang jauh lebih besar daripada penghasilan

7 Ciri Utang yang Sulit Dilunasi, Pemberi dan Penerima Harus Hati-hatiilustrasi pinjaman uang (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Sebagai peminjam, sering kali kamu sangat bahagia bila pengajuan utang yang besar disetujui. Padahal, di balik cairnya utang bernilai tinggi ini juga ada konsekuensi yang tidak kecil. Ditambah dengan bunganya nanti, total uang yang mesti dibayarkan akan bertambah banyak.

Padahal, penghasilanmu jauh di bawahnya. Bagaimana dan kapan kamu akan mampu melunasinya? Berutang itu bukan tentang jumlah uang yang bisa diberikan orang atau bank padamu, melainkan kemampuanmu dalam membayarnya nanti.

Kalau kamu dimintai tolong seseorang yang konon sedang memerlukan uang, lihat dulu berapa penghasilannya per bulan. Jika besaran pinjaman yang diajukannya tak masuk akal dibandingkan pendapatannya, tolak saja. Bisa jadi juga, kamu cuma memberi pinjaman separuh dari nilai yang diinginkannya.

Baca Juga: 5 Alasan Orang Ingin Cepat Melunasi Utang, Ingin Hidup Damai

3. Utang yang cicilannya lebih dari 50 persen penghasilan

7 Ciri Utang yang Sulit Dilunasi, Pemberi dan Penerima Harus Hati-hatiilustrasi menghitung uang (pexels.com/Karolina Grabowska)

Kalau poin sebelumnya mengenai total utang yang besar, sekarang cicilannya. Meski pinjaman bisa dikembalikan secara bertahap, besaran cicilan yang melebihi 50 persen pendapatan juga akan menyusahkan diri sendiri. Idealnya, total cicilan yang kamu bayar hanyalah 30 persen dari pemasukan.

Apabila angsuran pinjaman di atas itu, kamu bakal kewalahan. Toh, penghasilanmu bukan cuma buat membayar cicilan utang. Masih ada kebutuhan hidup sehari-hari yang juga wajib dipenuhi.

Jika kamu memaksakan diri mengambil cicilan per bulan yang besar dengan harapan cepat lunas, nanti pembayarannya justru macet. Kalau ada sistem denda saban cicilan tidak dibayarkan secara penuh, utangmu menjadi membengkak. Lebih baik memilih angsuran yang lebih ringan sekalipun masa pelunasannya menjadi lama.

dm-player

4. Utang yang dipakai untuk konsumsi

7 Ciri Utang yang Sulit Dilunasi, Pemberi dan Penerima Harus Hati-hatiilustrasi belanja online (pexels.com/NegativeSpace)

Tujuan orang dalam berutang juga mesti dikritisi. Jangan berpikir penggunaan uang itu sepenuhnya hak orang yang berutang. Uang itu statusnya tetap milik pemberi pinjaman. Kalau utang digunakan untuk membeli ini itu apalagi kebutuhan sehari-hari, biasanya akan sukar terlunasi dengan baik.

Jawaban untuk kebutuhan rutin atau keinginan berbelanja adalah bekerja, bukan berutang. Selama orang tidak bekerja atau tak mengontrol keinginannya, pasti dia cenderung untuk terus meminjam uang tanpa mampu mengembalikannya.

5. Utang yang tidak dicatat

7 Ciri Utang yang Sulit Dilunasi, Pemberi dan Penerima Harus Hati-hatiilustrasi memegang uang (pexels.com/Karolina Grabowska)

Siapa yang bersalah dalam kasus utang yang tidak dicatat? Tentu yang paling bertanggung jawab atas pencatatannya sesungguhnya ialah orang yang berutang. Menulis pinjaman adalah tanda kesungguhannya dalam mengupayakan pembayarannya biar dia gak lupa.

Namun, alangkah baiknya jika pemberi pinjaman juga mencatat uang yang dikeluarkannya dan janji orang yang berutang. Supaya orang itu tak kunjung membayar, kamu bisa menagihnya. Tunjukkan catatan tersebut sebagai bukti sehingga ia tidak dapat menyangkalnya.

6. Utang yang kecil-kecil

7 Ciri Utang yang Sulit Dilunasi, Pemberi dan Penerima Harus Hati-hatiilustrasi membayar (pexels.com/Kampus Production)

Utang yang jauh lebih besar baik secara keseluruhan maupun cicilannya menyulitkan pelunasan. Namun, jangan remehkan utang yang nilainya gak seberapa. Ini juga sering menjadi masalah, lho.

Orang yang berutang dan tidak mencatatnya pasti mudah sekali lupa. Bisa jadi, dia menggampangkannya dengan berpikir pemberi utang adalah orang kaya. Masa pinjaman sekecil itu saja tidak diikhlaskannya sekalian?

Di pihak pemberi pinjaman, tumpukan utang bernilai kecil yang tak kunjung dilunasi akan membuatnya kesal. Nilai setiap utang memang kelihatannya tak seberapa. Akan tetapi, setelah semuanya ditotal ternyata jumlahnya besar juga dan seharusnya bisa ditabung atau digunakan buat berbagai keperluan.

7. Utang yang dipandang penerima sebagai pemberian

7 Ciri Utang yang Sulit Dilunasi, Pemberi dan Penerima Harus Hati-hatiilustrasi memegang uang (pexels.com/Jonathan Borba)

Inilah pentingnya memperjelas status uang yang diserahkan pada orang lain. Sebagai pemberi pinjaman, kamu gak perlu malu untuk menegaskan bahwa uang itu bukanlah pemberian. Kamu menyerahkannya sebagai pinjaman yang harus dikembalikan 100 persen.

Bila perlu, langsung sepakati jatuh temponya. Kalau kamu gak setegas itu, orang lain yang punya sifat dasar kurang bertanggung jawab pasti mencari celah, agar tidak perlu mengembalikannya. Ia menganggapnya sebagai pemberian tanpa bertanya dulu padamu guna memastikannya.

Saat kamu di posisi pemberi pinjaman, tak ada salahnya mengecek sifat dan riwayat seseorang yang bermaksud untuk berutang. Sementara itu, ketika kamu hendak meminjam uang pada siapa pun juga mesti menunjukkan niat baik yang kuat buat melunasinya sesegera mungkin. Tentu dengan sebelumnya kamu mengukur kemampuan diri dalam pembayarannya.

Baca Juga: 5 Alasan Kamu Perlu Menghindari Utang, Jadi Beban!

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ines Sela Melia

Berita Terkini Lainnya