8 Hambatan saat Merencanakan Momongan, Pasangan Ingin Childfree

#IDNTimesLife Perlu dikomunikasikan sejak masih berpacaran

Mendapatkan momongan memang bukan satu-satunya tujuan dalam pernikahan. Namun, hampir semua pasangan suami istri mendambakan kehadirannya sebagai wujud penyatuan dua cinta sekaligus generasi penerus mereka. Akan tetapi, merealisasikannya kadang gak mudah.

Ada hambatan yang bersifat fisik, psikis, dan terkait finansial. Rencana mempunyai momongan juga bisa menimbulkan pertengkaran bahkan penyebab utama perceraian. Maka hal ini mesti disikapi dengan berhati-hati oleh pasangan suami istri. Berikut delapan hal yang menghambat kehadiran buah hati dalam sebuah keluarga.

1. Keinginan untuk selalu mendapat perhatian penuh dari pasangan

8 Hambatan saat Merencanakan Momongan, Pasangan Ingin Childfreeilustrasi pasangan (pexels.com/Helena Jankovičová Kováčová)

Benar bahwa pasangan wajib memperhatikanmu dan sebaliknya kamu pun care padanya. Namun, hati-hati apabila salah satu terlalu manja dan selalu ingin menjadi pusat perhatian pasangannya. Dia seperti senantiasa merasa haus akan kasih sayang.

Orang yang seperti ini cenderung sulit membayangkan dirinya akan menjadi orangtua. Ia tidak pernah siap membagi perhatiannya sendiri untuk anak maupun melihat pasangannya memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak. Dia akan merasa cemburu hebat setiap melihat pasangannya bersama anak.

Ia berpikir bahwa hadirnya momongan bakal menjadi saingan terberatnya dalam mendapatkan perhatian pasangan. Jika sampai buah hati hadir karena keterpaksaan, sikapnya pada anak sendiri dapat kurang baik. Tidak semua orang manja sampai gak siap memiliki momongan, tapi kamu perlu mewaspadai jika sifat ini ada dalam diri pacarmu.

2. Finansial belum stabil

8 Hambatan saat Merencanakan Momongan, Pasangan Ingin Childfreeilustrasi pasangan (pexels.com/Azra Tuba Demir)

Kondisi keuangan yang belum stabil sangat memengaruhi kesiapan pasangan suami istri dalam menyambut momongan. Kalau mereka punya anak dalam waktu dekat, takutnya kebutuhan keluarga malah kian tak tercukupi. Mereka juga khawatir hanya akan membuat anak besar dalam penderitaan akibat keterbatasan ekonomi.

Tak sedikit pasangan muda yang memilih untuk bekerja keras terlebih dahulu demi menstabilkan keuangan keluarga. Ini memang menjadi keputusan terbijak daripada gak mempersiapkan diri dengan baik untuk menyambut kehadiran anak. Akan tetapi, bisa menjadi masalah apabila saat menikah usia keduanya sudah tak cukup muda. Dikhawatirkan ketika kemapanan tercapai, memiliki anak pertama di usia ibu yang lebih dari 35 tahun justru meningkatkan risiko pada kesehatannya dan janin.

3. Masalah kesehatan

8 Hambatan saat Merencanakan Momongan, Pasangan Ingin Childfreeilustrasi pasangan (pexels.com/Melike Benli)

Pasangan suami istri juga dapat berhadapan dengan berbagai masalah kesehatan yang menyulitkan mereka buat memperoleh momongan. Ini sebabnya pertanyaan kapan punya anak sebaiknya tak lagi dilontarkan karena bisa bikin orang lain amat sedih. Mereka juga sudah berusaha dengan berbagai cara, tetapi masih terhambat oleh kondisi kesehatan.

Satu yang perlu diingat, masalah kesehatan yang berdampak pada sulitnya memperoleh keturunan tidak hanya bisa terjadi pada perempuan. Pria pun dapat mengalaminya sehingga jangan saling menyalahkan. Jika kamu dan pasangan juga berhadapan dengan ujian ini, tetaplah bersabar serta berusaha. Atau, suatu saat nanti kalian mulai memikirkan dengan serius kemungkinan buat mengadopsi anak.

4. Tinggal berjauhan

8 Hambatan saat Merencanakan Momongan, Pasangan Ingin Childfreeilustrasi pasangan (pexels.com/Josh Willink)

Saat pasangan suami istri tidak tinggal serumah, waktu buat bertemu saja jarang. Sekalinya bertemu, istri dapat sedang datang bulan. Atau, masing-masing dalam kondisi kelelahan sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya kehamilan.

Sebagian pasangan LDM juga memutuskan menunda punya momongan dengan harapan kelak bisa berkumpul di satu rumah dulu. Supaya suami dapat menunggui istri yang tengah hamil. Istri pun merasa lebih tenang dengan dukungan serta keberadaan pasangan di sisinya.

Baca Juga: 5 Doa dalam Al-Qur’an agar Cepat Dapat Momongan

5. Pandangan negatif tentang anak

8 Hambatan saat Merencanakan Momongan, Pasangan Ingin Childfreeilustrasi pasangan (pexels.com/Matheus Bertelli)

Pandangan negatif pada anak maksudnya secara umum mereka menganggap kehadirannya akan lebih banyak merepotkan. Sejak masa mengandung saja, kegiatan perempuan sudah banyak terhambat oleh rasa tidak nyaman. Setelah bayi lahir, dia harus dirawat 24 jam penuh baik oleh ayah maupun ibunya. Kehidupannya sangat bergantung pada orangtua. Tapi setelah anak besar belum tentu berbakti pada orangtua.

Sedang sekali orangtua mempunyai momongan, mereka gak bisa berhenti memikirkan segala tentang anak. Tidak jarang mereka juga harus mengorbankan impian pribadi demi memprioritaskan anak. Pandangan negatif pada anak begini hanya bisa berubah dari hati mereka sendiri. Kalau ada orang lain yang berusaha mengubah pandangannya tentang momongan justru hanya akan berujung perdebatan.

6. Satu menginginkan anak, satu lagi childfree

8 Hambatan saat Merencanakan Momongan, Pasangan Ingin Childfreeilustrasi pasangan (pexels.com/Joshua Ruanes)

Ini sebabnya obrolan tentang momongan jangan baru dimulai setelah kamu menikah. Repot sekali apabila ternyata dirimu dan pasangan berbeda keinginan terkait anak. Kamu sangat mendambakannya, sedangkan pasanganmu justru sama sekali tidak menginginkannya.

Ini akan membuat kalian bertengkar. Jika sampai bertahun-tahun kalian masih dengan dua keinginan yang bertolak belakang tentang momongan, kemungkinan terbesarnya kalian bakal berpisah. Memiliki anak harus dengan kesepakatan suami istri, tidak bisa hanya keinginan salah satu pihak.

7. Takut hamil

8 Hambatan saat Merencanakan Momongan, Pasangan Ingin Childfreeilustrasi kehamilan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Perasaan takut hamil tentu hanya dialami oleh perempuan. Ini tidak berarti mereka gak menginginkan anak. Namun, proses hamil sampai melahirkannya yang bikin mereka takut. Mereka khawatir tak sanggup menahan segala keluhan yang muncul akibat kehamilan.

Juga proses melahirkan yang penuh perjuangan, sakit, bahkan bertaruh nyawa. Apabila suami mendapati istri setakut ini dengan kehamilan serta persalinan, jangan bersikap ketus. Misalnya, dengan mempertanyakan kesadarannya akan kodrat seorang perempuan.

Itu hanya memberinya tekanan psikis yang kian membuatnya cemas dan tak mengharapkan kehamilan. Kamu harus sabar serta memahami ketakutan-ketakutannya. Jadilah suami yang bisa diandalkan dalam hidupnya untuk membangun rasa percayanya padamu secara perlahan-lahan. Bahwa apa pun yang terjadi bila nanti ia berbadan dua, kamu selalu ada buatnya dan mempersiapkan fasilitas terbaik untuk memeriksakan kehamilan maupun persalinannya nanti.

8. Trauma hubungan anak dengan orangtua

8 Hambatan saat Merencanakan Momongan, Pasangan Ingin Childfreeilustrasi pasangan (pexels.com/Eduardo Barrientos)

Anak yang merasa kecewa berat dalam hubungannya bersama orangtua bisa tumbuh dewasa dengan rasa takut mengulang sejarah. Mereka cemas bakal menjadi sama buruknya dengan orangtua dalam membesarkan anak-anak. Satu sisi, mereka juga ingin mempunyai momongan. 

Namun, mereka tidak yakin bisa menjadi orangtua yang baik sebab tak memiliki role model dalam keluarganya. Apabila pasanganmu juga mengalaminya, ajak dia untuk sering berdiskusi dan bila perlu berkonsultasi dengan psikolog. Trauma masa kecilnya mesti ditangani dulu sampai tuntas supaya tak menghambatnya dalam merencanakan kehamilan dan ia lebih yakin mampu menjadi orangtua yang baik.

Perihal memiliki momongan memang mesti direncanakan dengan matang. Untuk meminimalkan risiko delapan hambatan di atas, kamu dan pacar dapat mulai membicarakannya sejak hubungan kalian diniatkan buat naik ke pelaminan. Jika ada perbedaan pandangan, kalian punya banyak waktu buat membahasnya dan mencari solusi terbaik. Setelah kalian menikah tinggal menjalankan rencana tersebut.

Baca Juga: 5 Tips Menghadapi Keluarga Pasangan yang Menuntut Soal Momongan

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya