6 Kiat Berlatih Melepaskan Tuntutan Perfeksionisme, Harus Legowo!

Tuntutan perfeksionis bisa berasal dari mana saja. Baik diri sendiri yang menetapkan tujuan tersebut. Atau kita terbawa arus lingkungan sekitar. Tapi ada satu hal yang patut diketahui, standar perfeksionis yang berlebihan justru merusak pencapaian.
Kita perlu berlatih melepaskan diri dari tuntutan perfeksionisme. Kesempurnaan bukan tujuan utama dalam meraih kesuksesan. Yang paling penting, kita mengapresiasi setiap kemajuan yang sudah berhasil dilewati. Bagaimana berlatih melepaskan tuntutan perfeksionis? Inilah yang harus kamu terapkan.
1. Memahami akar tuntutan perfeksionis yang muncul

Perfeksionisme memang menjadi tantangan utama saat kita ingin meraih keberhasilan. Standar kesempurnaan yang berlebihan tidak akan menjadi motivasi. Kita justru terjebak pada perasaan tertekan dan terbebani.
Ternyata ada beberapa kiat yang perlu diterapkan agar mampu melepaskan diri dari tuntutan perfeksionis. Langkah pertama dengan memahami akar tuntutan yang muncul. Cari tahu apakah ini berasal dari harapan orang lain, rasa takut gagal berlebihan, atau kebutuhan utama untuk validasi.
2. Mengingatkan diri pada tujuan yang lebih realistis

Sikap perfeksionis yang tidak terkontrol dapat mengajarkan rencana meraih kesuksesan. Kita hanya tertuju pada standar-standar yang sudah ditetapkan. Tapi tidak melihat kembali kapasitas dan kemampuan yang dimiliki. Terkadang membuang waktu untuk meraih pencapaian yang mustahil.
Ternyata kita harus melepaskan diri dari tuntutan perfeksionis tersebut. Di sinilah kita perlu mengingatkan diri pada tujuan yang lebih realistis. Standar keberhasilan bukan sebuah kesempurnaan. Tapi adalah progres yang selalu terjadi sepanjang waktu.
3. Berdamai dan menerima setiap sisi kekurangan

Pernahkah kamu mengamati karakter orang-orang perfeksionis? Tidak dapat dimungkiri mereka memiliki tingkah laku yang khas. Sosok perfeksionis tidak akan pernah mau menerima kekurangan dalam diri. Tapi apakah cara seperti ini dibenarkan?
Pada faktanya kita perlu belajar melepaskan tuntutan perfeksionis. Sudah saatnya berdamai dan menerima setiap sisi kekurangan. Karena kehidupan tidak selalu berjalan sesuai dengan rencana dan ekspektasi. Kita harus siap berhadapan dengan beberapa hal di luar kehendak.
4. Memahami ketidaksempurnaan adalah bagian dari proses

Selama ini, sudahkah kamu menerima ketidaksempurnaan dengan baik? Terkadang kita tumbuh menjadi orang yang memiliki karakter perfeksionis. Standar kesempurnaan adalah tujuan utama untuk meraih kehidupan yang dianggap ideal.
Tapi kita juga harus menyadari jika tuntutan perfeksionis ada kalanya dikontrol. Kita perlu memahami ketidaksempurnaan sebagai bagian dari proses. Bukan sebuah hambatan yang dapat menunda keberhasilan. Dengan pemahaman ini, kita dapat menyikapi ketidaksempurnaan dengan bijaksana.
5. Menghargai kemajuan-kemajuan kecil yang sudah berhasil dicapai

Orang-orang perfeksionis selalu menargetkan pencapaian dalam cakupan yang luas. Mereka tidak mau menerima kemajuan kecil yang sudah berhasil diraih. Tapi sampai kapan kita terjebak tuntutan seperti ini? Di sinilah kiat penting berlatih melepaskan diri dari tuntutan perfeksionis.
Sudah saatnya kita menghargai kemajuan-kemajuan kecil yang sudah berhasil dicapai. Sejatinya pencapaian kecil bukan sebuah kegagalan. Tapi adalah rangkaian kemajuan yang akan membentuk pencapaian dalam skala besar.
6. Menyadari bahwa setiap orang pasti memiliki sisi kelemahan

Ciri khas dari orang-orang perfeksionis dapat diamati secara langsung. Mereka menganggap standar kesempurnaan tertinggi sebagai target yang ideal. Tapi di sisi lain, kehidupan bukan tentang kesempurnaan secara utuh.
Kita perlu menyadari bahwa setiap orang memiliki sisi kelemahan. Segala sesuatu tidak harus sempurna sebagaimana yang kita kehendaki. Pandang kesalahan sebagai peluang belajar, bukan kegagalan. Perspektif ini membantu kita lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan.
Berlatih melepaskan tuntutan perfeksionis memang menjadi proses yang tidak mudah. Namun demikian, ini menjadi kunci penting jika kita ingin memperoleh kepuasan dan kebahagiaan. Tidak semua rencana dan ekspektasi berjalan mulus. Mampu melepaskan diri dari tuntutan perfeksionis, kita lebih legowo menjalani kehidupan.