4 Cara Menikmati Masalah Hidup menurut Teori Konflik Karl Marx

Teori konflik lahir dari seorang sosiolog yang bernama Karl Marx. Teori tersebut bermula dari ketimpangan kesejahteraan hidup antara kaum borjuis dengan kaum proletar. Ya, pihak borjuis sebagai pemilik modal dan alat produksi merasa memiliki kekuasaan atas kelasnya yang di atas.
Di sisi lain, pihak proletar yang menempati kelas bawah ini merasa diperas tenaga kerjanya, namun ia tidak mendapatkan imbalan yang setimpal. Akhirnya, demi memperjuangkan kesejahteraan secara finansial, pihak proletar memberanikan diri untuk berkonflik dengan pihak borjuis. Sehingga, teori konflik lahir dengan membawa banyak revolusi di dalamnya.
Nah, sejalan dengan penjabaran teori konflik, konsep yang digunakan di dalamnya ini bisa dipakai untuk menjalani permasalahan hidup dengan nyaman, lho. Dengan kenyamanan, meski masalahnya berat, tentu bisa lebih menikmati prosesnya, ya. Penasaran bagaimana cara menikmati masalah hidup menurut teori konflik Karl Marx? Temukan jawabannya di bawah ini.
1. Jadikan permasalahan sebagai bagian dari kehidupan

Dalam teori konflik, setiap interaksi yang dilakukan oleh seseorang dianggap berpotensi melahirkan pertentangan. Bahkan, disintegrasi yang terjadi tersebut dianggap sebagai hal yang wajar. Tidak ada yang salah dengan hidup berdampingan bersama konflik. Sehingga, konflik pun dianggap menjadi bagian dari hidup.
Sejalan dengan konsep di atas, maka dalam menghadapi konflik maupun jenis permasalahan lainnya, cukup tanamkan mindset bahwa itu semua adalah bagian dari hidup. Alih-alih menganggapnya sebagai musuh dan beban hidup, alangkah lebih baiknya dijadikan teman, biar enjoy jalaninnya.
Teori konflik mengajarkan bahwa pertentangan tidak bisa dihindari, maka hal yang sama berlaku untuk semua jenis masalah hidup. Oleh karena tidak bisa dihindari, maka ya hidup berdampingan dengan damai saja.
Terlebih lagi, dengan menjadikan masalah sebagai menjadi teman hidup, maka kamu bisa menerima, mencerna, mengenal, dan memahaminya. Dengan bekal itu semua, selain enjoy menghadapinya, kamu juga bisa lebih cepat menyelesaikannya, lho.
2. Jadikan permasalahan sebagai perjalanan menjadi problem solver

Dalam teori konflik, terdapat dua kubu yang bertentangan karena memiliki perbedaan pandangan. Jika dilihat dari satu sisi, pertentangan menjadi hal negatif yang harus dihindari. Namun, jika dilihat dari sudut pandang lain, adanya konflik itu justru bisa melahirkan hingga melatih diri untuk berkompromi, lho.
Nah, bukan hanya dalam menghadapi konflik, permasalahan hidup yang lainnya juga bisa dilihat dari sudut pandang yang sama. Ya, kamu bisa mengembangkan dirimu dengan menjadi sosok yang problem solver, seperti kemampuan berkompromi dalam teori konflik.
Denagan kemampuan problem solver yang kamu miliki, maka kamu bukan hanya menyelesaikan masalah yang saat ini, tetapi juga meringankan beban di masa depan. Ya, kamu bisa meminimalisir munculnya masalah yang sama di masa depan. Setidaknya, masalah di depan nanti kamu bisa lebih enjoy karena sudah punya pengalaman untuk mengatasinya, ya.
3. Jadikan permasalahan sebagai momen berani untuk keluar dari zona nyaman

Secara tersirat, teori konflik ini mengajarkan untuk hidup dinamis dengan tidak apa-apa memiliki hidup yang tidak teratur. Ketidakteraturan tersebut memang membuat masalah bisa datang kapan saja, namun masalah yang ada justru bisa mengembangkan dirimu.
Salah satunya, yakni supaya kamu bisa keluar dari zona nyaman. Ya, dari zona hidup yang statis, hanya cari aman, dan nyaman pastinya. Alih-alih fokus pada masalah hidup sebagai beban besar dan tidak membutuhkan nyaman, alangkah lebih baiknya jika dianggap sebagai momen untuk keluar dari zona nyaman, ya.
4. Jadikan permasalahan sebagai ajang untuk perubahan besar-besaran dalam hidup

Seperti fokus kajian teori konflik yang menceritakan perjuangan kesejahteraan kaum proletar dengan berkonflik bersama kaum borjuis yang berkausa secara ekonomi. Lalu, terjadi perubahan besar dalam kesejahteraan kaum borjuis atas pertentangan yang telah dilakukan.
Maka, dalam menghadapi permasalahan hidup lainnya juga bisa kamu terapkan hal tersebut. Anggap bahwa masalah yang datang itu sebagai momen untuk mengubah hidup jadi lebih baik lagi. Sederhananya, kamu jadi tahu banyak hal baru dari masalah yang datang. Dengan bekal tersebut, bisa kamu gunakan untuk banyak hal yang membangun hidup.
Mulai dari membuang hal yang tidak berguna, memperbaiki hal yang masih bisa diperbaiki, hingga mengembangkan hal yang berpotensi. Dengan begitu, banyak terjadi perubahan besar untuk kehidupanmu yang lebih baik lagi di masa depan.
Bagaimana, cara menikmati masalah hidup menurut teori konflik Karl Marx tadi apakah sudah cukup membuka sudut pandangmu? Rupanya pemasalahan tak melulu negatif, melainkan juga bermanfaat dalam hidup. Dengan melihat masalah dari sudut pandang yang positif, tentu dalam menjalaninya lebih enjoy, ya.