Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Mengatasi Serangan Panik yang Datang Tiba-Tiba

ilustrasi panik (pexels.com/SHVETS production)

Kamu pernah tidak pas mau menghadapi sesuatu yang menegangkan atau lagi tenang tidak melakukan apa-apa, tiba-tiba, kayak ada saklar yang nyala di dalam diri kamu. Kamu pun seketika gemetar tak menentu, berkeringat, gugup hingga sulit bernapas. Pernahkah kamu berpikir akan mengalami serangan panik seperti itu?

Serangan panik adalah ketakutan dan kecemasan intens yang tiba-tiba menyebabkan gejala fisik dan psikologis. Dan biasanya rasa takut yang kamu alami tidak realistis dan tidak sebanding dengan kejadian atau keadaan yang memicu serangan panik tersebut. Bagi kamu yang memiliki tanda-tanda tersebut, mungkin bisa mencoba beberapa cara berikut untuk menghadapinya.

1. Bayangkan kamu memiliki balon di perut kamu

ilustrasi bernafas (pexels.com/Eren Li)

Alih-alih menarik napas dalam-dalam selama serangan panik, cobalah latihan pernapasan diafragma. Pernapasan diafragma adalah pernapasan yang berfokus pada rongga perut dan dada yang melebar karena paru-paru penuh dengan udara.

Jadi ketika kamu melakukan pernapasan jenis ini, dada kamu tidak naik dan turun, tetapi perut kamu mengembang dan mengempis. Ambil waktu lebih lama untuk menghembuskan napasmu daripada saat menghirup. Misalnya, dapat diatur untuk menarik napas selama tiga detik dan menghembuskan napas selama empat detik.

2. Relaksasi otot

ilustrasi olahraga (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Taktik lain yang dapat membantu kamu adalah relaksasi otot progresif. Kamu bisa mulai dari jari kaki dan naik ke atas, secara bergantian menegangkan kelompok otot selama beberapa detik sebelum mengendurkan sekitar 10-20 detik.

Kemudian lanjutkan dengan kelompok otot berikutnya hingga mencapai puncak. Untuk bagian wajah, kamu juga bisa memejamkan mata rapat-rapat dan menyatukan alis hingga kening berkerut sebelum rileks.

3. Terima perasaan panik

ilustrasi berdiam diri (pexels.com/Oleksandr Pidvalnyi)

Ingatlah bahwa kamu tidak sekarat dan gejala panik adalah normal. Biarkan diri kamu merasakan emosi negatif ini sehingga kamu bisa melepaskannya. Hal pertama yang biasanya dilakukan orang adalah melawannya.

Jadi, alih-alih menyangkal gejalanya, akui saja bahwa kamu mengalaminya. Ingatlah bahwa ini hanyalah reaksi sistem saraf simpatik yang akan segera berlalu. Biarkan gejalanya terjadi dan cobalah untuk menenangkan pikiran kamu.

4. Atur kebiasaanmu

ilustrasi minum teh (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kamu bisa mencoba membiasakan minum teh, terutama kamomil. Sebuah studi menunjukkan bahwa kamomil tidak hanya memiliki efek menenangkan, tetapi secara signifikan dapat mengurangi kecemasan dan bahkan melawan depresi. Jika kamu benar-benar khawatir, masukkan empat kantong teh kamomil ke dalam air panas.

Minum perlahan setelah seduhan selama lima menit. Penelitian juga menunjukkan bahwa olahraga selama 20 menit dapat mengurangi gejala kecemasan kamu. Olahraga tidak hanya membuat kamu merasa lebih baik, tetapi juga mengisi tubuh kamu dengan endorfin.

5. Percaya pada diri sendiri

ilustrasi tersernyum (pexels.com/Stefan Stefancik)

Kamu dapat mengontrol kecemasan kamu dengan memikirkan hal-hal yang telah kamu lalui. Percayalah pada kemampuan kamu sendiri. Mengingat hal-hal ini akan mengurangi rasa takut kamu untuk menanyakan "bagaimana jika" besok.

Ketahuilah bahwa kamu hebat bisa melewati fase ini. Saya yakin pasti banyak hal kemarin yang terasa sulit hingga sulit untuk dilanjutkan. Tapi lihat di mana kamu sekarang? Kamu selamat dari serangan panik.

Besok akan selalu lebih sulit dari kemarin. Namun, saat serangan panik terjadi, kamu tahu bahwa kamu akan baik-baik saja. Kamu dapat sepenuhnya mengendalikan pikiran dan emosi kamu. Setelah serangan panik mereda, ingatlah selalu bahwa kamu berhasil melewatinya dan kamu kuat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us