Mengenal Begum Shamim Akhta, Sopir Truk Wanita Asal Pakistan

Menjadi sopir truk bukanlah perkara mudah. Berbeda dari kebanyakan pekerjaan lainnya, sopir truk membutuhkan konsistensi yang tinggi karena harus mengendarai kendaraan jarak jauh di waktu yang cukup lama. Oleh karena itulah, banyak sopir truk adalah seorang pria dewasa. Namun, ada seorang wanita asal Pakistan memilih pekerjaan berat itu.
Harus menjadi tulang punggung setelah suaminya kabur bersama wanita lain.

Begum Shamim Akhta menikah saat berusia 17 tahun. Dalam pernikahannya, ia dianugerahi seorang putri. Sayangnya, suaminya pergi bersama wanita lain. Sejak saat itu, ia harus membiayai putrinya dengan bekerja serabutan. Pertama kali, ia bekerja sebagai penjahit dan penyulam. Karena kegigihannya dalam menjalankan tugas, ia sempat menjadi guru menjahit di sebuah sekolah lokal yang didirikan berkat bantuan dari warga dan donatur.
Petualangannya sebagai supir truk wanita.
Shamim Akhta merupakan wanita yang sangat cepat dalam belajar. Pengalaman pertamanya menyupir didapat ketika mengendarai mobil-mobil biasa. Selanjutnya, ia mulai mencoba mobil berat seperti truk, bus, dan sebagainya. Kerja kerasnya itu terbayar setelah ia dapat menyelesaikan lisensi mengemudinya. Tak tanggung-tanggung, ia dapat menyelesaikan izin surat kendaraan ringan (LTV) dan izin mengendarai kendaraan besar (HTV).
Misi pertamanya sebagai supir truk adalah membawa 7000 batu bata dalam sebuah truk yang ia kendarai dengan menempuh perjalanan sejauh 200 kilometer. Dalam 200 kilometer perjalanannya, ia akan menuju ke 2 tempat berbeda. Pekerjaannya sebagai supir truk pertama wanita bukan tanpa halangan, ia harus merasakan diskriminasi karena banyak para pria dewasa yang meremehkannya. Namun, Shamim Akhta membuktikan bahwa ia layak untuk pekerjaan tersebut.
Kegigihannya menginspirasi banyak orang, terutama kaum wanita.

Pelajaran kehidupan yang didapat dari cerita wanita berusia 54 tahun adalah semangat juang yang tak pernah kendor. Setiap keputusannya menginspirasi banyak orang, terutama para wanita. Menjadi wanita bukan hanya harus pintar di dapur, tapi juga berjuang untuk hidup yang lebih berguna. Akhta pernah berkata, “Nothing is too difficult if you have the will, however if women make themselves believe that they can’t do certain tasks then nothing works for them.”
"Tidak ada yang sulit kalau kamu punya keinginan. Tapi, kalau wanita percaya bahwa mereka tidak bisa menyelesaikan tugas tertentu, maka mereka akan gagal."