Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Keadaan yang Dapat Menjebakmu dalam Toxic Productivity

ilustrasi bekerja (pexels.com/Jcottonbro studio)
ilustrasi bekerja (pexels.com/Jcottonbro studio)

Toxic productivity adalah fenomena di mana individu lebih memprioritaskan produktivitas daripada kesejahteraan dan kebahagiaan mereka. Hal ini tentu saja berbahaya karena dapat mengarah pada konsekuensi negatif dan mengancam kesehatan mental individu. 

Toxic productivity tidak muncul begitu saja. Berikut ini ada beberapa perasaan-perasaan dan keadaan-keadaan yang menyebabkan seseorang terjebak dalam toxic productivity. Mau tahu apa-apa saja? Yuk, langsung aja disimak! 

1. Takut akan kegagalan

ilustrasi seorang pria sedang merenung (pexels.com/Nathan Cowley)
ilustrasi seorang pria sedang merenung (pexels.com/Nathan Cowley)

Takut akan gagal dapat menyebabkan kebutuhan terus-menerus untuk membuktikan diri dan mencapai kesuksesan. Pada akhirnya, keadaan ini  akan membuat seseorang untuk bekerja lebih keras daripada yang dia mampu. 

Gak cuma itu, hal ini juga  dapat menyebabkan kebutuhan untuk membuktikan diri secara terus-menerus, bahkan ketika itu tidak perlu. Hal ini dapat mengakibatkan seseorang bekerja berlebihan dan akhirnya jatuh kelelahan.

2. Merasa tidak layak

ilustrasi seorang pria sedang merenung (pexels.com/Nathan Cowley)
ilustrasi seorang pria sedang merenung (pexels.com/Nathan Cowley)

Merasa tidak layak atau memiliki harga diri yang rendah dapat menyebabkan seseorang bekerja terlalu keras untuk membuktikan nilai mereka atau pun demi mendapatkan validasi dari orang lain. Tidak hanya dapat menyebabkan individu terjebak dalam toxic productivity, hal ini juga dapat merusak kesehatan mental dan harga diri dalam jangka panjang.

Oleh karenanya, mulai sekarang penting bagimu untuk menanamkan mindset dalam dirimu bahwa kamu adalah orang yang layak. Kamu keren kok dengan dirimu yang sekarang. 

3. Merasa bersalah karena merasa belum cukup berprestasi

ilustrasi khawatir (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi khawatir (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Perasaan bersalah karena tidak cukup berprestasi atau tidak cukup sukses dapat menyebabkan kebutuhan terus-menerus untuk menjadi produktif, bahkan ketika hal itu tidak perlu atau bermanfaat. Hal ini dapat menyebabkan kamu merasa lelah dan jenuh dengan kehidupanmu. Padahal, bisa bertahan dan terus melanjutkan hidup setelah dihadang oleh berbagai permasalahan hidup juga merupakan prestasi lho!

Jadi kamu tidak perlu lagi merasa bersalah hingga bekerja tidak kenal waktu karena tidak sekeren orang lain, ya.

4. Merasa belum memiliki pencapaian yang cukup

ilustrasi individu khawatir (pexels.com/Download a pic Donate a Buck)
ilustrasi individu khawatir (pexels.com/Download a pic Donate a Buck)

Merasa pekerjaanmu atau pencapaianmu belum keren dapat menyebabkan munculnya  kebutuhan terus-menerus untuk membuktikan diri dan mencapai kesuksesan, yang pada akhirnya mengarah pada kerja berlebihan. Kamu pun menjadi terjebak dalam toxic productivity.

Membandingkan diri sendiri dengan orang lain juga dapat menimbulkan rasa tertekan untuk selalu produktif, yang menyebabkan kelelahan dan berdampak negatif pada kesehatan mental.

5. Stres

ilustrasi stres (pexels.com/Inzman Khan)
ilustrasi stres (pexels.com/Inzman Khan)

Stres tentang kehidupan pribadi juga dapat berkontribusi pada toxic productivity, karena individu mungkin merasa bahwa mereka harus selalu produktif untuk mengalihkan perhatian mereka dari masalah mereka. Namun, hal ini dapat menyebabkan kelelahan dan berdampak negatif pada kesehatan mental jika tidak dikelola dengan baik.

Secara keseluruhan, perasaan-perasaan yang disebutkan di atas dapat berkontribusi pada toxic productivity dengan menciptakan rasa urgensi dan tekanan untuk selalu produktif, yang menyebabkan kelelahan dan dampak negatif pada kesehatan mental. Penting untuk menemukan keseimbangan antara produktivitas dan perawatan diri. Tak hanya itu, penting juga untuk mengenali dan mengatasi perasaan-perasaan ini agar tidak menjebak dan memerangkapmu ke dalam perangkap toxic productivity.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us