Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Alasan Menulis Buku Harian Bisa Jadi Terapi Emosional yang Ampuh

ilustrasi menulis di buku harian (pexels.com/Monstera Production)

Di tengah hiruk-pikuk dunia, kapan terakhir kali kamu benar-benar mendengarkan dirimu sendiri? Bukan lewat media sosial atau obrolan singkat di WhatsApp, melainkan lewat keheningan yang dicurahkan di atas secarik kertas. Faktanya, menulis buku harian bisa jadi jembatan sederhana untuk kembali mengenali siapa dirimu sebenarnya.

Kebiasaan menulis buku harian mungkin terdengar membosankan, tetapi justru di situlah kekuatan tersembunyinya. Tanpa sadar, kamu bisa menyelami lapisan-lapisan emosi, memahami apa yang benar-benar dirasakan serta menemukan ketenangan yang sulit dicari di luar. Masih ragu untuk mulai? Tujuh alasan ini mungkin akan membuatmu berubah pikiran!

1. Kamu jadi lebih jujur pada diri sendiri

ilustrasi menulis di buku harian (pexels.com/picjumbo.com)

Menulis buku harian melatihmu untuk berani menghadapi isi pikiran dan perasaan sendiri. Di atas kertas, kamu bebas berekspresi tanpa takut dinilai atau dihakimi siapa pun. Inilah ruang aman tempatmu bisa jujur sepenuhnya tentang apa yang sebenarnya dirasakan.

Semakin rutin menulis, kamu akan makin terbiasa mengenali, menerima, dan memaknai setiap emosi yang muncul. Inilah proses penting untuk memahami dirimu secara lebih utuh. Tak jarang, kebiasaan ini juga dapat membantumu belajar dari masa lalu serta tumbuh dari pengalaman.

2. Menulis bikin kamu lebih tenang dan mengurangi overthinking

ilustrasi overthinking (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pikiranmu lagi lari maraton tak berhenti-henti? Itu tandanya kamu lagi overthinking, lho. Nah, daripada dipendam terus sampai bikin kepala pusing, cobalah untuk tulis semua hal yang bikin kamu khawatir. Menuliskan isi kepala bisa jadi cara ampuh buat menenangkan dirimu karena memberi jarak dari pikiran yang terus berputar itu.

Menulis bisa diibaratkan seperti menekan tombol "pause" di otak. Kamu jadi bisa melihat kekhawatiranmu dari sudut pandang baru, bukan dari emosi yang lagi naik-naiknya. Hasilnya? Beban di kepala terasa lebih ringan dan kamu bisa ambil keputusan dengan pikiran yang lebih jernih serta tenang.

3. Menulis bisa asah daya ingat dan bangkitkan kreativitas

ilustrasi menulis di buku harian (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menulis bukan cuma soal menuangkan isi hati saja, tetapi juga melatih otak untuk mengingat detail kehidupan sehari-hari. Saat menulis buku harian, otak akan bekerja menyusun alur cerita dan merekam informasi penting yang mungkin luput jika hanya dipikirkan sekilas. Tanpa disadari, kebiasaan inilah yang memperkuat daya ingatmu dari waktu ke waktu.

Tak berhenti sampai di situ, menulis juga bisa jadi pemantik kreativitas, lho. Menurut Psychology Today, kegiatan ini dapat melatihmu untuk mengolah ide, mencari sudut pandang baru, dan lebih ekspresif dalam menyampaikan isi pikiran. Hasilnya, kamu jadi lebih peka terhadap inspirasi dan mudah menemukan solusi kreatif dalam kehidupan sehari-hari.

4. Tulisanmu bisa mengungkap pola emosi yang tak kamu sadari

ilustrasi scroll media sosial yang membuat suasana hati bisa memburuk (pexels.com/mikoto.raw Photographer)

Dengan rutin menulis, kamu mulai bisa melihat pola-pola dalam perasaan dan reaksimu terhadap situasi tertentu. Mungkin kamu baru sadar kalau setiap Senin kamu selalu uring-uringan, atau gampang cemas setelah scroll media sosial terlalu lama. Semua itu sering kali tidak terlihat, tetapi perlahan muncul lewat jejak tulisan.

Dilansir WebMD, mencatat pengalaman harian membantumu mengenali pemicu emosional secara lebih akurat. Ini bukan cuma soal refleksi diri. Namun, langkah awal untuk membentuk strategi mengelola stres yang lebih sehat dan tepat sasaran.

5. Menumbuhkan rasa syukur dan pandangan positif

ilustrasi perempuan yang sedang tersenyum (pexels.com/Andreas Piacquadio)

Menuliskan hal-hal kecil yang patut disyukuri bisa mengubah cara pandangmu terhadap hidup. Aktivitas ini membantumu fokus pada apa yang berjalan baik, bukan hanya yang melulu bikin stres. Perlahan, kamu akan terbiasa melihat sisi terang bahkan dari hari yang paling melelahkan sekalipun.

Mencurahkan rasa syukur lewat tulisan dapat meningkatkan kesejahteraan secara menyeluruh, mengutip Healthline. Kamu jadi lebih optimis, bahagia dan tidak gampang tenggelam dalam pikiran negatif. Sebab, hal-hal kecil yang kamu syukuri itulah yang nantinya diam-diam menguatkanmu.

6. Membantu proses penyembuhan emosional yang belum selesai

ilustrasi menulis di buku harian (pexels.com/Lisa from Pexels)

Buku harian bisa jadi cara yang lembut namun efektif untuk memulihkan luka batin. Ketika kata-kata sulit diucapkan, menuliskannya bisa membantu proses penyembuhan berjalan lebih alami. Ini seperti memberi ruang bagi lukamu untuk bernapas tanpa tekanan.

Lebih dari itu, menulis juga membantumu memahami arah ke depan. Pasalnya, kegiatan ini bisa membantu kamu memikirkan langkah selanjutnya secara lebih jernih. Saat merasa tersesat atau stagnan, tulisanmu bisa menjadi petunjuk kecil yang membantu menyusun kembali tujuan dan keberanian untuk bangkit.

7. Dari tulisan, tumbuh rasa percaya diri

ilustrasi presentasi di depan publik dengan percaya diri (pexels.com/fauxels)

Setiap kali menulis, kamu sebenarnya sedang membangun kekuatan dari dalam diri. Dengan mencatat pencapaian kecil, tentang bagaimana kamu bertahan di hari yang sulit atau hal-hal baik yang telah dilakukan. Tulisan-tulisan itu menjadi cermin yang memperlihatkan betapa tangguhnya dirimu.

Kebiasaan menulis secara rutin dapat membentuk citra diri yang lebih positif dan sehat. Menurut Verywell Health, aktivitas ini dapat meningkatkan rasa percaya diri karena kamu lebih sadar akan nilai dan kemampuan yang dimilikimu. Seiring bertambahnya waktu, rasa bangga dan penghargaan terhadap diri sendiri pun tumbuh secara alami.

Bagaimana? Menulis buku harian ternyata bisa menjadi cara sederhana merawat kesehatan mental, ya. Meski memberi banyak manfaat, langkah ini tetap tidak menggantikan peran profesional. Jadi, jika kamu merasa begitu kewalahan secara emosional, jangan ragu untuk mencari bantuan ke psikiater atau psikolog.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us