Eklin Sebarkan Perdamaian Lintas Agama dengan Dongeng

Sempat diusir ketika ingin berdongeng

Perdamaian memang sudah seharusnya dirasakan oleh semua kalangan dan dimulai sejak anak-anak. Namun memberikan pemahaman tentang perdamaian di usia anak-anak tidak semudah yang dibayangkan, sehingga metode khusus pun harus diupayakan.

Tidak banyak yang mampu memberikan wawasan tentang perdamaian untuk anak, namun Eklin Amtor de Fretes mampu menyampaikannya dengan baik. Upaya tersebut tidak langsung berjalan mulus dan berhasil, banyak penolakan yang harus ia rasakan hingga sampai di titik sekarang. Simak perjuangan Eklin dalam membawakan pesan perdamaian dengan caranya sendiri.

1. Memulai menyebarkan perdamaian sejak 2016

Eklin Sebarkan Perdamaian Lintas Agama dengan DongengEklin Amtor de Fretes, menyebarkan perdamaian lewat dongeng (instagram/kak_eklin)

Eklin menyadari bahwa ia sebagai pemuda kelahiran Maluku, konflik sosial yang terjadi antara tahun 1999 hingga 2002 menyisakan sedikit keresahan di hati masyarakat. Untuk itu dimulai tahun 2016, ia ingin mengikis perbedaan pandangan yang terlebih dahulu ada dengan membuat berbagai program bertema perdamaian. Ia menginisiasi secara mandiri program-program yang ia buat.

Awal mulanya, Eklin pada 2016 memiliki akreditasi dari Living Values Education, lalu dengan biaya sendiri, ia menginisiasi program Youth Interfaith Peace Camp tahun 2017, dan pada 2019 kembali membuat program baru bernama Belajar di Rumah Dongeng Damai. Dimulai dari sanalah perjalanan Eklin yang kini menjadi seorang pendeta berawal.

2. Tidak didanai siapa pun, semangat Eklin tak pernah surut

Eklin Sebarkan Perdamaian Lintas Agama dengan DongengSelain pendongeng, Eklin juga seorang pendeta (instagram/kak_eklin)

Dari Youth Interfaith Peace Camp tahun 2017, Eklin berhasil mengumpulkan 40 pemuda yang memiliki visi sama yaitu perdamaian. Ilmu yang didapatnya digunakan untuk mengajak pemuda-pemuda melalui kegiatan berkemah dalam upaya menyampaikan perdamaian antar agama.

"Pada waktu 2017, saya melakukan aktivitas-aktivitas perdamaian itu dengan nama Youth Interfaith Peace Camp atau Kemah Damai Pemuda Lintas Iman. Saya kumpulkan teman-teman muda lintas iman dari berbagai agama. Agama Kristen, Katolik, Hindu, Islam, sampai agama suka atau di daerah Maluku disebut agama Noaulu. Itu kami bersatu lalu kami 30-40 orang berkumpul lalu berkemah selama kurang lebih 3 hari dan belajar perdamaian menggunakan pendidikan nilai itu pada tahun 2017 karena memang saya tidak didanai siapa pun," ungkap Eklin saat wawancara.

Karena tidak didanai oleh siapa pun, Eklin mencari cara untuk mengumpulkan dananya sendiri. Ia berjualan mulai dari cokelat hingga bunga untuk menghimpun dana demi mewujudkan keinginannya memulai program.

3. Tidak hanya pemuda, Eklin mulai menyebarkan perdamain dari anak-anak

Eklin Sebarkan Perdamaian Lintas Agama dengan DongengEklin bersama seorang anak (instagram/kak_eklin)

Baca Juga: Eklin Amtor de Fretes dan Upaya Merawat Perdamaian Lewat Dongeng

Setelah program Youth Interfaith Peace Camp berlangsung selama 3 hingga 4 kali, terdapat masalah dalam upaya penyebaran perdamaian yang merupakan inisiasi Eklin.

dm-player

"Saudara-saudara muslim terpisah dari saudara-saudara Kristen. Kita tinggal terpisah-pisah dengan jarak yang disekat jauh. Ada pilar ini daerah Kristen, ini daerah Muslim. Kita tinggal jauh terpisah sekali. Nah, segregrasi wilah itu bisa berdampak pada segregrasi pemikiran," kisah Eklin.

Karena tinggal berjauhan, cerita tentang agama tertentu yang disampaikan melalui orangtua kepada anak-anak mereka kerap berbeda. Untuk itulah Eklin ingin agar semua agama berdampingan dengan damai dan melahirkan ide penyampaian kedamaian melalui anak-anak terlebih dahulu lewat cerita.

"Nah, sampai di titik itu saya berpikir bahwa aktivitas perdamaian tidak hanya bisa dibuat atau harus dibuat untuk teman-teman muda saja. Yang terdampak juga adalah anak-anak. Oleh sebab itu, saya berpikir kalau memang segregasi wilayah itu bisa berdampak pada segregasi pemikiran akibat penuturan atau cerita, maka hal itu bisa dilawan juga dengan penuturan atau cerita yang lebih membangun kepribadian anak-anak dengan lebih baik,"

4. Mengawali mendongeng berkeliling justru diusir karena dianggap ingin menyebarkan agama

Eklin Sebarkan Perdamaian Lintas Agama dengan DongengEklin bersama Dodi (instagram/kak_eklin)

Lalu tekad Eklin sudah bulat untuk menyampaikan perdamaian melalui cerita. Namun, ia tidak bisa bercerita! Pada Desember 2017 bermodal YouTube, ia mulai mempelajari bagaimana cara mendongeng sekaligus metode ventriloquist, seni bicara tanpa menggerakkan mulut. Karena ia akan ditemani sosok boneka bernama Dodi, akronim dari Dongeng Damai.

Setelah belajar otodidak, 1 Januari 2018 Eklin memberanikan diri untuk berkeliling mendongeng menyebarkan perdamaian ke daerah pedalaman. Sayangnya, niat baiknya belum diterima para warga di sana. Ia justru diusir karena dianggap akan menyebarkan agama Kristen. Tidak lelah mencoba keesokan harinya Eklin mencoba mendongeng di daerah lain dan mendapat sambutan baik.

"Saya diusir pada tanggal 1 Januari itu, tapi itu gak mematahkan niat saya untuk terus melakukan aktivitas perdamaian bagi anak-anak. Lalu saya pindah di daerah agama suku yang lain. Saya pindah di daerah agama suku lain pada tanggal 2 Januari itu dan saya mendongeng bagi anak-anak di situ. Puji Tuhan, saya diterima di situ. Bahkan di tempat biasanya mereka melakukan upacara keagamaan atau upacara adat, saya mendongeng bagi anak-anak di situ,"

5. Tidak pantang menyerah, Eklin bahkan mengabadikan dongengnya dalam sebuah buku

Eklin Sebarkan Perdamaian Lintas Agama dengan DongengEklin ditemani boneka mendongeng, Dodi (instagram/kak_eklin)

Dalam mendongeng untuk anak-anak, Eklin memilih bercerita fabel karena jenis tersebut dianggap lebih mudah diterima. Apalagi kebanyakan ia mendongeng untuk anak usia 8 tahun ke bawah. Seiring berjalannya waktu, Eklin menyadari bahwa fabel juga cocok untuk berbagai kalangan usia, tidak hanya anak-anak saja. Bahkan, para orangtua pun menikmati jenis dongeng dengan tokoh hewan tersebut. Dibandingkan dengan cerita legenda, fabel ternyata lebih disukai dan efektif dalam menemaninya mendongeng. 

Dari mendongeng, Eklin juga berkarya melalui buku. Cerita-cerita yang ia sampaikan diabadikan dalam bentuk buku yang telah terbit pada tahun 2021.

"Ketika saya perjalanan mendongeng beberapa tahu itu, saya bikin dongeng sendiri selain ambil dongeng juga dari fabel buku-buku tertentu. Tetapi saya juga bikin dongeng sendiri sesuai dengan daerah yang saya singgahi, nilai-nilai apa yang mau dihidupkan di situ. Saya pakai dongeng itu dan saya bukukan. Pada tahun 2021 saya terbitkan buku itu. Buku itu berjudul 'Mari Belajar Mendongeng Kisah-Kisah Damai',"

Menjadi pendongeng tentang perdamaian sekaligus pendeta membuat Eklin perlu menyampaikan pesan penting untuk semua orang, yaitu kedamaian dalam diri. Sebelum memulai untuk menyebarkan kedamaian, fondasi yang kuat dimulai untuk berfokus pada diri sendiri sehingga mampu memancarkan kedamaian pada lebih banyak orang.

Baca Juga: Eklin Amtor de Fretes, Mendongeng untuk Menyatukan Maluku

Pusat Tanaman Hias Photo Verified Writer Pusat Tanaman Hias

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya