Di era saat ini, hampir seluruh masyarakat memiliki media sosial. Dari banyaknya media sosial, minimal seseorang pasti memiliki salah satu, deh. Apakah kamu juga begitu? Tak hanya berpengaruh secara sosial, media sosial juga membentuk pola kebiasaan baru.
Kebiasaan-kebiasaan kecil atau yang biasa disebut micro habit di media sosial bisa saja menimbulkan kerugian. Tentu saja ini harus disikapi dengan cermat. Lantas, apa saja bentuk dari micro habit di media sosial? Berikut lima diantaranya.
Apakah kamu pernah menjumpai unggahan yang bersifat provokatif di media sosial? Konten seperti ini seringkali berseliweran. Menariknya, banyak sekali orang yang antusias untuk membagikannya.
Padahal ini menjadi micro habit bermedia sosial yang kurang baik. Asal membagikan suatu konten tanpa mengecek kebenarannya bisa memperkeruh suasana. Akibat tindakan kurang bijak tersebut, bisa saja timbul permasalahan besar yang merugikan banyak pihak.
Selain sebagai media penyebaran informasi dan komunikasi media sosial juga difungsikan sebagai wadah berekspresi. Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan beberapa konten yang menumpahkan keluh kesah. Tidak terkecuali menyinggung permasalahan pribadi.
Salah satu micro habit bermedia sosial yang sering dianggap sepele yaitu oversharing terkait privasi. Padahal permasalahan privasi sudah seharusnya disimpan sendiri. Suka oversharing permasalahan privasi merupakan tanda seseorang belum bisa berpikir secara bijak.
Di era yang lekat dengan media sosial seperti sekarang ini, siapa sih generasi muda yang tidak tahu apa itu hate speech? Ujaran kebencian seperti makanan sehari-hari di media sosial. Entah itu mengomentari kekurangan fisik, perilaku, maupun kekurangan-kekurangan yang lain.
Turut andil dalam hate speech merupakan salah satu micro habit yang sering dianggap sepele ketika bermedia sosial. Mereka antusias ikut-ikutan merundung ataupun menghujat seseorang tanpa tahu permasalahan yang sesungguhnya.
Bagi sebagian orang, bisa pamer apa yang dimiliki di media sosial seolah menjadi kebanggaan tersendiri. Perilaku demikian ini biasa disebut dengan flexing. Entah itu pamer kekayaan finansial, pamer pencapaian, maupun pamer dalam hal yang lain.
Jika kita membahas micro habit bermedia sosial yang dianggap sepele, ikut-ikutan flexing rasanya pantang untuk dilewatkan. Seseorang berusaha menunjukkan segala sesuatu di media sosial. Terlepas itu sesuai dengan kondisi sebenarnya atau hanya sekadar pencitraan agar dikagumi orang lain.
Informasi yang bersifat negatif memang tidak bisa dikendalikan di media sosial. Semua kembali lagi pada bagaimana kita bisa berpikir secara bijak. Apakah kita memilih larut dalam informasi negatif tersebut atau bisa memilah dengan cermat.
Tentu saja ini menjadi salah satu micro habit yang sering dianggap sebagai ketika sedang bermedia sosial. Seseorang cenderung larut dalam berita buruk yang ada. Bahkan ia sering merasa panik hanya karena unggahan di media sosial yang belum tentu kebenarannya.
Keberadaan media sosial turut memengaruhi pola kebiasaan masyarakat. Jika kamu masih menganggap sepele lima micro habit di media sosial, mulai sekarang jangan lakukan lagi, ya!