5 Fakta Penting tentang Limbah Fashion, Dipengaruhi Kebiasaan Belanja!

Fast fashion punya andil besar

UN Conference of Trade and Development (UNCTD) 2019 mengungkap, fashion adalah industri paling berpolusi kedua di dunia setelah industri perminyakan. Faktanya, sepuluh persen dari emisi karbon yang memengaruhi krisis iklim dihasilkan dari industri fashion.

Bahkan, jumlah emisi karbon dari industri fashion lebih besar daripada total emisi yang dihasilkan dari gabungan industri jasa pengiriman dan penerbangan. Ini berarti industri fashion berperan besar dalam mendorong terjadinya perubahan iklim. 

Masalahnya, di masa mendatang, generasi muda akan menjadi yang paling terdampak oleh perubahan iklim tersebut. Maka, sejak sekarang mereka perlu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya beraksi dan berkolaborasi dalam memperlambat perubahan iklim.

“Kecenderungan generasi muda mengonsumsi fast fashion kemudian mendorong Generasi Nol Emisi meluncurkan kampanye #MakinBelelMakinNyaman melalui media sosial pada awal 2022. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya limbah fashion dengan tetap merawat pakaian-pakaian lama,” kata Dewi Rizki, Program Director for Sustainable Governance Strategic KEMITRAAN. 

Apakah kamu juga tertarik untuk diet baju dan produk fashion lain? Sebelum itu, yuk ketahui dahulu lima fakta penting tentang limbah fashion berikut ini.

1. Ada beragam bentuk limbah fashion. Salah satunya adalah limbah cairan

5 Fakta Penting tentang Limbah Fashion, Dipengaruhi Kebiasaan Belanja!ilustrasi baju (pexels.com/Mentatdgt)

Dewi menyebutkan, limbah fashion terdiri dari berbagai bentuk, yang di antaranya adalah limbah cairan. Bahkan, dua puluh persen limbah cairan di dunia berasal dari industri fashion.

Oleh karenanya, pewarnaan tekstil jadi polutan air terbesar kedua di dunia karena sisa air dari proses pewarnaan sering kali dibuang ke selokan dan sungai. Limbah ini mengandung zat-zat sisa pewarna kimia sintetis yang berbahaya bagi lingkungan.

Limbah fashion juga bisa berupa sisa kain dari produksi pakaian di pabrik berskala kecil dan besar serta pakaian tak terpakai yang kita buang. Masalahnya, sejumlah bahan pakaian terbilang sulit terurai secara alami.

Polyester dan nilon membutuhkan waktu 20-200 tahun hingga bisa terurai. Meski begitu, ada juga pakaian dari bahan kain bisa terurai secara alami, misalnya katun, terutama yang 100 persen. Katun bisa terurai dalam hitungan minggu hingga 5 bulan, sedangkan bahan linen bisa terurai dalam dua minggu. 

2. Berdampak pada krisis iklim

5 Fakta Penting tentang Limbah Fashion, Dipengaruhi Kebiasaan Belanja!ilustrasi baju (pexels.com/Kai Pilger)

Dewi menjelaskan, emisi karbon yang sangat besar dari industri fashion terjadi pada setiap tahap rantai pasokan fashion dan siklus produk. Tetapi, 70 persen emisi karbon berasal dari kegiatan hulu, seperti produksi dan pemprosesan bahan mentah.

Gak hanya itu, dampak fashion terhadap krisis iklim antara lain juga terkait dengan air, bahan kimia, penggundulan hutan, limbah tekstil, serta mikroplastik yang gak bisa terurai secara alami. Di sisi lain, industri fashion juga menyerap begitu banyak sumber daya air.

Sebagai gambaran, produksi satu potong jeans membutuhkan 7.500 liter air. Ini setara dengan rata-rata jumlah air minum yang kita konsumsi selama tujuh tahun.

Sementara itu, produksi sehelai kaus katun memerlukan 700 galon air, yang setara dengan kebutuhan air minum seseorang per hari (8 gelas) selama 3,5 tahun. Gak aneh jika industri fashion menjadi konsumer terbesar kedua dalam penggunaan suplai air dunia. 

dm-player

“Salah satu sumber terbesar mikroplastik adalah serat tekstil. Saat ini, 63 persen pakaian terbuat dari kain sintetis atau campuran. Hasil pencucian pakaian dari bahan sintetis dalam setiap beban pencucian, akan menghasilkan lebih dari tujuh ratus ribu serat mikroplastik, yang akan langsung mengalir ke pembuangan air dan bermuara di laut,” kata Dewi. 

3. Fast fashion punya andil besar

5 Fakta Penting tentang Limbah Fashion, Dipengaruhi Kebiasaan Belanja!ilustrasi baju (pexels.com/Ylanite Koppens)

Dari tahun ke tahun, konsumsi produk pakaian terus meningkat. Salah satu penyebabnya adalah budaya fast fashion yang memproduksi berbagai model dalam waktu sangat singkat serta menggunakan bahan baku yang buruk dan murah. 

“Karena harganya yang murah dan modelnya sedang tren, banyak anak muda yang tertarik untuk membeli pakaian dari merek-merek fast fashion tersebut,” tambahnya.

Dahulu, rata-rata brand merilis dua koleksi, yaitu koleksi musim panas dan musim dingin. Sekarang, frekuensinya bisa jauh lebih tinggi, bahkan ada brand global yang merilis hingga belasan koleksi per tahun. Ada pula yang mengeluarkan hingga lebih dari 40 koleksi. 

Baca Juga: 5 Fashion Item Cowok yang Cocok Digunakan Cewek

4. Perilaku konsumen ikut berperan

5 Fakta Penting tentang Limbah Fashion, Dipengaruhi Kebiasaan Belanja!ilustrasi perempuan berbelanja (pexels.com/Borko Manigoda)

Dinda mengamati, dari lingkungan teman-temannya saja, kebiasaan belanja baju luar biasa tinggi. Misalnya, temannya sengaja beli baju baru demi acara makan malam.

Padahal, koleksi bajunya sudah sangat banyak dan ia hanya akan memakainya satu kali itu saja sehingga dirinya menyarankan untuk memakai baju yang sudah dimiliki saja. Ia pun berbagi tips agar kamu gak perlu terus-menerus belanja produk fashion.

“Pilih produk fashion yang basic dalam warna-warna monokrom, seperti hitam dan cokelat sehingga bisa dikenakan di berbagai acara dan dipadankan dengan macam-macam aksesori. Basic item milik saya adalah jeans, kaus ketat atau tank top, dan sepatu putih. Kalau mati gaya, sepatu putih tidak pernah gagal jadi penolong,” ucapnya.

5. Limbah fashion bisa ditekan

5 Fakta Penting tentang Limbah Fashion, Dipengaruhi Kebiasaan Belanja!ilustrasi baju (pexels.com/Francesco Paggiaro)

Jika sangat perlu belanja baju, Dewi menyarankan agar kamu memastikan semua diproses secara bertanggung jawab. Pastikan pakaian tersebut diproses secara berkelanjutan, misalnya memakai bahan daur ulang dan dibuat dari bahan yang tahan lama.

“Mengurangi sampah fashion adalah aksi sederhana yang bisa kita lakukan untuk memperlambat perubahan iklim. Jadi, mari menunjukkan rasa cinta pada bumi dengan mengurangi belanja produk fashion, merawat pakaian dengan baik, dan memodifikasi pakaian lama. Semakin banyak anak muda terlibat, dampak perubahan iklim pada dunia dapat makin diperlambat,” ucap Dewi. 

Itu dia beberapa fakta penting tentang limbah fashion yang perlu kamu ketahui. Sebagai pengaruh paling besar munculnya limbah, sebaiknya pertimbangkan juga untuk membeli pakaian yang hanya dibutuhkan saja, ya!

Baca Juga: 6 Istilah Umum Fashion dalam Bahasa Prancis, Fashionista Wajib Paham

Topik:

  • Muhammad Tarmizi Murdianto
  • Febriyanti Revitasari
  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya