Cerita Nila Tanzil Tingkatkan Minat Baca Anak di Indonesia Timur

Bangun perpustakaan sekolah bernama Taman Bacaan Pelangi

Setiap orang di dunia pasti memiliki impian yang ingin diwujudkan. Gak terkecuali Nila Tanzil, seorang perempuan hebat yang bermimpi untuk meningkatkan minat baca dan literasi anak-anak di Indonesia, khususnya Indonesia Timur.

Memang berbeda dengan impian kebanyakan orang, Nila fokus untuk mengabadikan momen hidupnya pada kepentingan masyarakat banyak, terutama anak-anak. Dalam ceritanya bersama IDN Times pada Rabu (26/1/22), ia mengaku jika impian tersebut bersumber dari masa lalunya yang cukup dekat dengan buku.

Beragam upaya pun dilakukan oleh Nila, salah satunya adalah dengan membangun NGO atau organisasi non-pemerintahan bernama Taman Bacaan Pelangi. Melalui organisasi tersebut, dirinya berusaha untuk menyediakan akses bacaan serta lingkungan nyaman untuk membaca.

Berawal dari perpustakaan umum bagi masyarakat setempat, kini usahanya pun berbuah manis dengan hadirnya sejumlah perpustakaan di sekolah-sekolah dasar di pelosok Timur. Penasaran dengan cerita lengkapnya? Simak langsung pada ulasan berikut ini. 

1. Kisah awal mula terbentuknya Taman Bacaan Pelangi

Cerita Nila Tanzil Tingkatkan Minat Baca Anak di Indonesia TimurTaman Bacaan Pelangi yang didirikan oleh Nila Tanzil (instagram.com/nilatanzil)

Berawal dari perjalanan kariernya di Labuan Bajo pada 2009 silam, Nila yang kala itu bekerja sebagai konsultan di salah satu perusahaan swasta, melihat banyak sekali anak-anak di pelosok yang sulit mendapatkan akses buku bacaan. Padahal, menilik masa lalunya, dahulu ia sangat menikmati masa kecil yang penuh dengan imajinasi dan buku bacaan.

Berangkat dari hal tersebut, Nila pun berusaha untuk membangun sebuah perpustakaan umum bagi anak-anak di daerah pelosok, terutama di Indonesia Timur. Ini bertujuan untuk meningkatkan minat baca, literasi, daya kreativitas, serta imajinasi mereka. 

"Gak ada toko buku sama sekali dan malah gak punya perpustakaan sehingga aksesnya pun sulit. Aku jadi teringat dulu pas kecil tiap pulang sekolah selalu baca buku, benar-benar masih pakai seragam langsung baca buku, makan pun baca buku, jadi aku kaya gak bisa membayangkan masa kecilku tanpa buku itu kayak gimana. Jadi aku berpikir mungkin kalau ada buku sebagai alternatif kegiatan mereka baca buku, itu mungkin akan mengisi masa kanak-kanak mereka jadi lebih bervariasi karena buku bisa mengembangkan imajinasi mereka, mengembangkan daya kreatif, dan memaksimalkan fokus mereka. Jadi, bermodalkan nekat dan rasa prihatin yang luar biasa dan pengin anak-anak itu terinspirasi dari buku yang mereka baca, akhirnya aku bangun Taman Bacaan Pelangi," ceritanya.

Taman Bacaan Pelangi sendiri adalah sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan dengan tujuan untuk mengembangkan kebiasaan membaca anak-anak yang tinggal di daerah pelosok Indonesia, meningkatkan kemampuan literasi mereka, dan memberi akses buku bacaan. Telah berdiri selama 12 tahun, organisasi non-pemerintahan ini diketahui telah mendirikan 135 perpustakaan di 18 pulau di Indonesia timur.

"Sudah 12 tahun berdiri, kini Taman Bacaan Pelangi sudah mendirikan 135 perpustakaan di 18 pulau di Indonesia Timur, kalau guru yang sudah dilatih sudah lebih dari 5.000 guru, kalau penerima manfaatnya sudah lebih dari 33.000 anak," terangnya.

Nila juga berharap agar ke depannya bisa membangun lebih banyak perpustakaan di Indonesia Timur sehingga ada jutaan anak-anak Indonesia punya akses buku bacaan yang berkualitas. Dengan begitu, anak-anak di Indonesia Timur diharapkan bisa menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif ke daerah asal mereka. 

2. Berawal dari perpustakaan umum, Nila pun harus banyak mengedukasi masyarakat sekitar perihal membaca

Cerita Nila Tanzil Tingkatkan Minat Baca Anak di Indonesia TimurNila Tanzil bersama Taman Bacaan Pelangi (instagram.com/nilatanzil)

Pada awalnya, Taman Bacaan Pelangi berdiri dengan konsep perpustakaan umum yang dibangun di rumah penduduk. Kemudian, kini telah berevolusi menjadi sebuah yayasan yang membangun perpustakaan di sekolah-sekolah, khususnya sekolah dasar.

Namun, perjalanan untuk mencapai titik ini jelas gak mudah. Nila mengaku awalnya harus banyak mengedukasi masyarakat setempat tentang konsep membaca yang berbeda dengan belajar, serta memberikan pengertian bahwa perpustakaan yang ia bangun bersifat volunteer, tanpa ada bayaran tertentu. 

"Awal-awal berdirinya Taman Bacaan Pelangi, karena konsepnya masih berada di rumah-rumah penduduk, itu ada nyinyiran, seperti yang dipilih di rumah bapak A, terus nanti tetangganya pada iri dikiranya kita kasih uang ke bapak itu, padahal gak ada. Semuanya volunteer," tambahnya.

"Selain itu, perpustakaan kita itu semuanya buku cerita dan banyak orangtua mengeluhkan karena anak-anak itu kan butuh belajar. Nah, mengubah mindset kalau membaca tidak sama dengan belajar itu butuh waktu karena konsep membaca itu adalah sebuah kegiatan yang menyenangkan," katanya.

3. Gak hanya perpustakaan, ada pula beragam program, termasuk beasiswa yang ditawarkan

Cerita Nila Tanzil Tingkatkan Minat Baca Anak di Indonesia TimurNila Tanzil, Founder Taman Bacaan Pelangi (instagram.com/nilatanzil)

Gak hanya menghadirkan perpustakaan sebagai wadah membaca bagi anak, Nila juga menyampaikan jika Taman Bacaan Pelangi memiliki sejumlah program berkelanjutan yang dibuat untuk mendukung pendidikan di pelosok timur Indonesia. Beberapa di antaranya seperti pelatihan guru dan pustakawan, program parenting bagi orangtua murid, dan beasiswa.

dm-player

"Program-program Taman Bacaan Pelangi antara lain, pendirian perpustakaan ramah anak di SD, pelatihan guru dan pustakawan, program parenting engagement untuk orangtua agar bisa menumbuhkan minat baca anak, program bebas buta huruf untuk memberikan pelatihan bagaimana cara mengajar yang baik, dan beasiswa khusus perempuan," tuturnya.

Nila pun menjelaskan jika program beasiswa bernama Girls Scholarship Program yang khusus bagi perempuan ini, diberikan bagi anak-anak yang berasal dari keluarga prasejahtera. Untuk benefitnya, beasiswa ini menawarkan bantuan pendidikan dengan komitmen 5 tahun yang dimulai dari kelar 2 SMP hingga lulus SMA.

"Girls Scholarship Program, kami memberikan beasiswa untuk siswi-siswi yang berada di kelas 2 SMP yang berasal dari keluarga kurang sejahtera, yatim, piatu, atau yatim piatu. Tapi kalau orangtuanya lengkap, juga gak apa-apa. Yang penting dari keluarga prasejahtera dan mereka berprestasi. Beasiswa ini kita berikan dari kelas 2 SMP sampai mereka lulus SMA, komitmennya 5 tahun. Selain beasiswa, juga memberikan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan soft skill siswi tersebut," ucapnya.

Girls Scholarship Program sendiri dibuat karena Nila melihat tingkat Drop Out (DO) tertinggi di Indonesia berada di kisaran anak-anak 14-15 tahun. Apalagi, pendidikan gratis di luar Jakarta masih hanya SMP saja.

Baca Juga: Ternyata Ini Awal Kisah Husain Basyaiban Jadi Pendakwah Muda Populer

4. Meski fokus di Indonesia Timur, Nila mengaku jika kini Taman Bacaan Pelangi terbuka untuk hadir di berbagai daerah di Indonesia

Cerita Nila Tanzil Tingkatkan Minat Baca Anak di Indonesia TimurNila Tanzil, Founder Taman Bacaan Pelangi (instagram.com/nilatanzil)

Meski sejak awal Taman Bacaan Pelangi hanya fokus di Indonesia Timur, namun Nila menerangkan jika mulai tahun kemarin, organisasinya membuka diri untuk membangun perpustakaan di berbagai daerah lain. Syaratnya, pendirian ini didukung oleh perusahaan yang ingin memiliki program CSR di bidang pendidikan.

"Perusahaan-perusahaan yang ingin memiliki CSR di bidang pendidikan, yang ingin mendirikan perpustakaan di daerah operasional mereka, itu taman bacaan Pelangi bisa bantu. Mereka bisa gunakan expertise kami untuk mendirikan di luar daerah Indonesia timur," ungkapnya.

5. Ia juga menyebarkan semangat kebaikan ini lewat buku yang ia tulis sendiri mengenai perjalanan membangun Taman Bacaan Pelangi

Cerita Nila Tanzil Tingkatkan Minat Baca Anak di Indonesia TimurNila Tanzil, Founder Taman Bacaan Pelangi dalam acara perilisan buku Lembar-Lembar Pelangi (instagram.com/nilatanzil)

Untuk menumbuhkan kesadaran terhadap nilai-nilai positif dalam membangun negeri, terutama di bidang pendidikan dan bagi anak-anak di Indonesia Timur, Nila pun menuangkan kisah perjalanannya dalam sebuah buku berjudul Lembar-Lembar Pelangi. Buku yang terbit pada 2016 silam tersebut, diharapkan bisa menginspirasi banyak anak Jakarta lain untuk membantu membangun kualitas pendidikan di Indonesia.

"Buku aku yang pertama itu judulnya Lembar-Lembar Pelangi, itu terbit tahun 2016. Buku itu tentang perjalanan aku mendirikan taman bacaan di berbagai daerah di Indonesia timur. Lewat buku itu, aku pengin menceritakan potret pendidikan di Indonesia timur itu seperti apa. Dengan begitu, semoga orang-orang yang baca buku aku terinspirasi dan mau juga ikut berkontribusi atau bikin sesuatu untuk membantu kualitas pendidikan di Indonesia," terangnya.

Selain itu, Nila juga menyampaikan jika dirinya membuat dua buku lain, yakni buku berjudul The Art of Giving Back (2018) yang bercerita bahwa kita bisa membawa perubahan positif ketika sedang traveling dan buku cerita anak berjudul Teman Baru Epi yang masuk sebagai buku bertema SDG rekomendasi PBB.

6. Nila turut berpesan untuk para perempuan agar bisa melakukan hal apa pun yang ingin dilakukan tanpa ragu

Cerita Nila Tanzil Tingkatkan Minat Baca Anak di Indonesia TimurNila Tanzil, Founder Taman Bacaan Pelangi (instagram.com/nilatanzil)

Sebagai perempuan hebat dengan tujuan memberdayakan masyarakat luas, Nila berpesan bagi perempuan hebat lain agar bisa ikut mengekspresikan dirinya dengan baik. Gak hanya itu, jika ada hal lain atau mimpi yang masih terpendam dan ingin dilakukan, cobalah untuk menggapainya perlahan.

"If there’s a thing in your life that you want to do and you haven’t done it, just do it. Jadi kalau ada mimpi terpendam yang masih ingin dicapai, coba pelan-pelan realisasikan hal itu sedikit demi sedikit, selangkah demi selangkah. Try to make it come true, don't forget to believe in yourself and just do it. Go and get it, ladies!" pungkasnya.

Demikian kisah inspiratif yang penuh nilai positif dari Nila Tanzil dalam upaya membangun Taman Bacaan Pelangi guna meningkatkan minat baca dan literasi anak-anak di pelosok. Semoga cerita Nila ini bisa menginspirasimu juga untuk melakukan gerakan kecil yang positif di daerahmu, ya!

Baca Juga: Kisah Jennifer Budimulia & Bayu Sasono Mendirikan Seribu Tujuan

Topik:

  • Muhammad Tarmizi Murdianto
  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya