Kisah Jennifer Budimulia & Bayu Sasono Mendirikan Seribu Tujuan

Ingin menghadirkan wadah edukasi mental health di Indonesia

Telah empat tahun berlalu sejak Jennifer Budimulia dan Bayu Sasono mendirikan platform edukasi bernama Seribu Tujuan. Kedua sahabat yang bertemu sejak SMP ini tergerak untuk membuat komunitas tersebut setelah berdiskusi tentang gentingnya masalah kesehatan mental di Indonesia.

Dalam wawancara bersama IDN Times yang dilaksanakan pada Jumat (18/2/2020), Jennifer dan Bayu berbagi perjalanan berharga mereka bersama Seribu Tujuan. Ingin tahu seperti apa kisah serunya? Simak artikel berikut.

1. Dampak pandemik terhadap kegiatan Seribu Tujuan

Kisah Jennifer Budimulia & Bayu Sasono Mendirikan Seribu TujuanKisah Jennifer Budimulia & Bayu Sasono Mendirikan Seribu Tujuan (dok. Seribu Tujuan)

Saat ini, baik Jennifer maupun Bayu sama-sama sedang menempuh pendidikan di Australia. Keperluan studi di negeri kanguru tersebut ternyata justru mempertemukan mereka kembali setelah beberapa tahun terpisah.

"Aku sedang mengambil S2 dalam bidang informatika," tutur Bayu.

Pria berkacamata ini meraih gelar Bachelor of Science (Informatics) di University of Melbourne. Sedangkan, Jennifer saat ini sedang fokus dalam pendidikan kedokterannya. Situasi pandemik yang gak menentu membuat mereka harus membatalkan niatan pulang ke tanah air.

Jennifer mengatakan, "Dampak yang paling besar dari pandemik buat aku adalah gak bisa terbang balik ke Jakarta seenaknya. Kami berdua belum pulang 2 tahun ini".

Sejak awal pendiriannya di tahun 2018, Seribu Tujuan berjalan dengan sistem remote working. 

"Kegiatan sehari-hari gak terlalu terdampak, tapi banyak yang harus kita ganti rencananya," ujar Bayu.

Salah satu perubahan agenda tersebut adalah offline event yang harus tertunda. Pertemuan tatap muka itu diharapkan dapat membuat jalinan komunitas mereka bisa lebih intim.

Meski begitu, menurut Bayu hal tersebut juga memiliki efek positif tersendiri. Melalui platform online, diharapkan gerakan mereka bisa bersifat lebih inklusif dan menjangkau lebih banyak kalangan yang peduli dengan kesehatan mental.

2. Ini dia visi dan misi dari gerakan Seribu Tujuan

Kisah Jennifer Budimulia & Bayu Sasono Mendirikan Seribu TujuanKisah Jennifer Budimulia & Bayu Sasono Mendirikan Seribu Tujuan (dok. Seribu Tujuan)

"Waktu kita memulai Seribu Tujuan, fokus kiat memang lebih ke bidang edukasi. Walau gerakan ini dikenal lewat event dan medsosnya. Tapi, sebenarnya pride kita itu adalah education platform di website," pungkas Jennifer seraya tersenyum.

Ia mengatakan bahwa di tahun 2018 mereka merasa belum banyak platform yang memuat informasi terkait kesehatan mental. Setelah 4 tahun berjalan, Seribu Tujuan berupaya tetap berpegang teguh dengan visi misi mereka.

"Visi misi kami adalah mampu melihat dunia di mana kesehatan fisik dan mental diperlakukan setara," ujar Bayu.

Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka juga memegang misi untuk menjadi solusi kesehatan mental di Indonesia. Jennifer pun menjelaskan bahwa ada 3 level dari penanganan kesehatan mental, di antaranya adalah: primary prevention (awareness), secondary prevention (high risk group), dan tertiary prevention (long term effect).

"Beberapa tahun ini, kami fokus ke level primary dan sedikit secondary prevention. Contohnya, di tahun 2018 kami bikin website untuk memulainya dengan edukasi. Karena orang mungkin gak nyadar kalau edukasi itu punya dampak jangka panjang," tutur Jennifer.

Pada situs resmi mereka, Seribu Tujuan telah merilis sejumlah 50 artikel yang meng-cover isu-isu kesehatan mental yang mendasar. Kemudian, setahun berikutnya, tim mereka mulai merambah ke medium informasi lainnya seperti Instagram, Youtube, serta podcast.

Kegiatan itu berlanjut sampai 2020 di mana mereka mulai berkolaborasi dengan organisasi lainnya. Di tahun 2021, Seribu Tujuan fokus dengan acara independen mereka seperti 'Re-connect' dan 'Mencari Makna'.

Jennifer menambahkan, "Event favoritku tahun lalu adalah 'Mencari Makna', di sana kita ngomongin tujuan hidup dan suicide".

Baca Juga: Kisah Inspiratif dari Komunitas Nona, Ingin Berantas Stigma Menstruasi

3. Motivasi untuk mendirikan platform edukasi kesehatan mental bermula dari pengalaman pribadi mereka

Kisah Jennifer Budimulia & Bayu Sasono Mendirikan Seribu TujuanKisah Jennifer Budimulia & Bayu Sasono Mendirikan Seribu Tujuan (dok. Seribu Tujuan)

Salah satu sumber inspirasi mereka untuk mendirikan Seribu Tujuan muncul dari pengalaman sendiri. "Aku rasa sejak masih kuliah sih, tapi aku merasa isu-isu ini sudah aku alami sejak masih kecil," ujar Jennifer.

Selain itu, Bayu pun mengatakan hal yang serupa bahwa interest-nya tentang mental health mulai terbentuk di tahun 2016 atau masa-masa awal perkuliahannya.

Jennifer mengatakan, "Di sini beda banget cara mereka handle kesehatan mental. Di kampus gampang buat cari konseling, ngomongin mental health, dan guru- guru pun ngerti kalo kita lagi struggling".

Menurut perempuan berusia 24 tahun ini, perbedaan situasi itu bisa terjadi karena edukasi yang diterima oleh masyarakat sejak kecil. Setelah menyadari hal tersebut, keduanya tergerak untuk membantu orang lain yang tengah memperjuangkan kesehatan mental di Indonesia.

"Walau gak bisa direplika 100 persen, tapi setidaknya informasi mendasar itu bisa diberikan kepada mereka," ujar Bayu.

Menurut Jennifer, saat ini di Indonesia, masalah kesehatan mental masih mendapat pandangan miring dari masyarakat. Karena itu, ia berharap dapat memberikan wadah untuk membicarakan isu ini secara terbuka.

"Ketika kami dapat memberikan bantuan itu secara terbuka, hal itu bisa menyelamatkan banyak orang," katanya lagi.

Salah satu langkah pertama yang mereka lakukan adalah menyediakan ruang berbagi informasi kesehatan mental. Hal itu bisa membantu mereka memahami kondisi diri sendiri serta alternatif cara penanganan yang tepat. Bagi Jennifer, berbicara soal kesehatan mental bukan hanya mengenai penyakit saja.

"Bisa dengan kondisi kesehatan mental kita secara general. Cara kita berinteraksi dengan orang, apa yang kita rasakan setelah situasi tertentu, dan bagaimana kita menangani masalah," tambahnya.

dm-player

4. Makna filosofis di balik logo dan nama "Seribu Tujuan". Melambangkan harapan hidup!

Kisah Jennifer Budimulia & Bayu Sasono Mendirikan Seribu TujuanKisah Jennifer Budimulia & Bayu Sasono Mendirikan Seribu Tujuan (dok. Seribu Tujuan)

Pemilihan nama dan logo Seribu Tujuan memiliki makna filosofisnya tersendiri. Setelah brainstorming selama dua minggu, mereka memutuskan untuk mengambil simbol paper plane untuk mewakili harapan.

"Diambil dari salah satu folktale yang populer di Jepang, ada seorang anak yang terkena leukimia. Dan, untuk memberi harapan dia melipat seribu pesawat kertas," tutur Bayu.

Dari kisah tersebut, keduanya pun sepakat untuk mengambil nama 'Seribu Tujuan' untuk komunitas yang mereka bangun. Selain itu, menurut Jennifer kata 'tujuan' juga bisa mewakili goals yang dimiliki oleh seseorang.

Ia menuturkan, "Banyak banget cara untuk mencapai tujuan hidup, terutama untuk menemukan versi terbaik diri sendiri".

Sebagai upaya agar gerakan ini semakin dikenal, mereka memulainya dengan fokus mengembangkan platform media sosial, khususnya Instagram. Kegiatan itu berupa pembuatan konten, penggunaan fitur-fitur seperti IG Live, dan berkolaborasi dengan organisasi lain atau influencer. 

Aktivitas kolaborasi itu dilakukan untuk memperluas jaringan dan sekaligus menyuarakan pentingnya isu kesehatan mental. Selama menjalani kegiatan ini, baik Jennifer dan Bayu sama-sama mendapat feedback positif dari teman-teman terdekatnya.

"Reaksinya suportif! Mereka percaya bahwa ini memang topik yang seharusnya sudah lama dibicarakan," ujar Bayu.

Meski begitu, Jennifer mengaku sempat ada kendala karena pihak keluarganya pernah mempertanyakan keputusannya untuk aktif berorganisasi.

Ia mengatakan, "Dulu sih mungkin sedih, tapi pelan-pelan aku berharap mereka bisa mengubah pemikirannya dan lebih teredukasi tentang kesehatan mental".

5. Bermula dari gerakan komunitas, Seribu Tujuan melakukan transisi ke organisasi dan melangkah menuju startup

Kisah Jennifer Budimulia & Bayu Sasono Mendirikan Seribu TujuanKisah Jennifer Budimulia & Bayu Sasono Mendirikan Seribu Tujuan (dok. Seribu Tujuan)

"Awalnya kami itu komunitas, terus transisi ke organisasi. Dan, sekarang sedang mengembangkan diri menjadi startup," ujar Bayu.

Dari awal pendirian Seribu Tujuan, mereka menemukan berbagai kendala. Masalah pertama dimulai dari upaya untuk membuat nama mereka dikenal publik.

"Yang kedua itu untuk memperluas scale. Awalnya kami cuma berdua, terus memperbesar tim. Harus belajar tentang proses HR, workflow organization, dan environment kerja yang pas," ungkap Bayu. 

Untuk mengatasi kendala itu, Jennifer mengatakan bahwa salah satu solusi ampuh adalah dengan cepat beradaptasi dengan keadaan.

"Sebaiknya kita gak reluctant untuk coba sesuatu yang baru. Contoh, pas lockdown kita banyak melakukan IG Live dan TikTok," kata perempuan yang hobi berenang ini.

Dalam sesi interview bersama IDN Times, keduanya pun berbagi kisah personal mereka. Termasuk cerita titik balik yang membentuk mereka sampai saat ini. Cerita dimulai dari Bayu yang memiliki latar belakang yang unik.

"Growing up aku sempat pindah-pindah negara. Dalam proses itu, aku banyak membangun koneksi pertemanan, tapi harus terputus. Meski gak intense, tapi dari situ aku banyak belajar," katanya.

Untuk Jennifer sendiri, momen terendahnya dialami sejak ia masih bersekolah SMA di Jakarta dan pindah ke Australia.

Ia mengatakan, "Aku kira dengan aku pindah ke luar negeri itu semuanya akan terselesaikan, karena aku jauh dari lingkungan itu. Tapi, pas aku nyampe di Melbourne, aku tahu bahwa masalahnya ada di dalam diri aku sendiri".

Situasi tersebut perlahan-lahan membaik setelah ia bertemu dengan orang-orang yang suportif dan terpercaya untuk membicarakan kesehatan mentalnya. Jennifer pun mulai membangun kehidupannya kembali. Ia juga menekankan pentingnya untuk mempercayai proses penyembuhan.

"Banyak orang yang cari bantuan buat kesehatan mental, tapi mau hasil yang instan. Padahal perjalanan kesehatan mental itu banyak dan panjang," tambahnya.

6. Pesan motivasi dari Jennifer dan Bayu: Percaya proses!

Kisah Jennifer Budimulia & Bayu Sasono Mendirikan Seribu TujuanKisah Jennifer Budimulia & Bayu Sasono Mendirikan Seribu Tujuan (dok. Seribu Tujuan)

Ada banyak pelajaran berharga yang dipetik oleh mereka saat mengembangkan Seribu Tujuan. Salah satunya adalah bertemu dengan rekan-rekan tim dan merasakan sendiri dampak dan perubahan yang terjadi.

"It's such a blessing untuk bisa kerja dengan begitu banyak orang beberapa tahun ini. Semoga gerakan ini juga bisa membantu mereka. Momen paling berharga sih being able to connect with like minded individuals," kata Jennifer sambil terkekeh.

Untuk menutup sesi obrolan ini, keduanya pun menitipkan pesan untuk para pembaca IDN Times. Pesan dari Bayu adalah untuk mempercayakan proses dan perjalanan yang kita tempuh.

"Di masa sekarang, semuanya penuh instant gratification dan hidup terasa lebih fast paced. Sangat penting untuk kamu percaya dengan proses dan bersabar," ujarnya.

Jennifer menambahkan kata-kata mutiara favoritnya dari Christine Caine. Kutipan itu berbunyi: "Sometimes when you're in a dark place you think you've been buried, but you've actually been planted".

Perempuan yang berulang tahun pada tanggal 17 Juni ini menambahkan, "Saat mengalami masalah kesehatan mental, terkadang hidup kita terasa stuck. Gelap, gak bisa melakukan apa-apa, bahkan bergerak. Percayalah bahwa mungkin kamu sedang ditanam untuk jadi versi terbaik dirimu sendiri". Kutipannya indah banget, ya!

Itu dia isi obrolan seru IDN Times dengan Jennifer Budimulia & Bayu Sasono selaku pendiri Seribu Tujuan. Ada banyak pelajaran penting yang bisa kita ambil dari perjalanan mereka, ya?

Baca Juga: Perjalanan Inspiratif Westiani Agustin, Founder Biyung Indonesia

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya