5 Hal Wajib Diwaspadai dari Jiwa Kompetitif, Jangan Sampai Iri!

Sering melupakan makna kejujuran 

Jiwa kompetitif memacu seseorang untuk selalu mendapatkan yang terbaik. Semua usaha dilakukan agar tetap bisa mengimbangi persaingan. Kemampuan dimaksimalkan guna meraih pencapaian paling optimal.

Namun jiwa kompetitif harus tetap dikendalikan. Terutama saat seseorang mengharuskan diri sendiri selalu menang dalam persaingan. Memiliki jiwa kompetitif yang tinggi, kamu harus mewaspadai lima hal di bawah ini.

Baca Juga: 5 Cara Menanamkan Jiwa Kompetitif yang Sehat pada Anak

1. Berlebihan memforsir diri sendirian 

5 Hal Wajib Diwaspadai dari Jiwa Kompetitif, Jangan Sampai Iri!ilustrasi pekerja kantor (pexels.com/Mikhail Nilov)

Memiliki keinginan untuk terpacu menjadi yang terbaik boleh-boleh saja dilakukan. Jiwa kompetitif seperti ini turut memotivasi diri sehingga seseorang akan berusaha sebaik mungkin. Tapi keinginan bersaing menjadi yang terbaik tidak boleh dibiarkan tanpa pengendalian.

Dituntut jiwa kompetitif tinggi, kemungkinan yang harus diwaspadai yaitu berlebihan memforsir diri. Seseorang mengharuskan dirinya memenangkan persaingan. Termasuk mendorong dirinya bekerja keras tanpa batas.

2. Melupakan kejujuran 

5 Hal Wajib Diwaspadai dari Jiwa Kompetitif, Jangan Sampai Iri!ilustrasi pekerja kantor (pexels.com/Vlada Karpovich)

Kejujuran modal utama yang harus dipegang. Dengan kejujuran, seseorang mampu menapaki tangga keberhasilan dengan jalan yang benar. Jika sesuai dikatakan sesuai dan jika tidak dikatakan tidak. Tanpa ada yang dikurangi atau dilebihkan.

Namun jiwa kompetitif memiliki pengaruh tersendiri terhadap kejujuran. Akibat ingin unggul dalam persaingan, seseorang rela melanggar kejujuran. Termasuk meraih keberhasilan dengan jalan yang bertentangan dengan aturan.

Baca Juga: 5 Cara Mengenali Rekan Kerja yang Kompetitif di Kantor

3. Memicu kebencian 

dm-player
5 Hal Wajib Diwaspadai dari Jiwa Kompetitif, Jangan Sampai Iri!ilustrasi pekerja kantor (pexels.com/Kindel Media)

Di satu sisi, jiwa kompetitif akan memacu seseorang untuk berprestasi. Tapi di sisi yang lain, seseorang larut dalam persaingan satu sama lain. Entah persaingan sehat maupun saling menyingkirkan antar sesama.

Kebencian termasuk salah hal yang wajib diwaspadai dari adanya jiwa kompetitif. Seseorang tidak akur karena saling menganggap satu sama lain sebagai ancaman. Terlebih lagi kebencian pada seseorang yang memiliki kemampuan dan potensi diri mumpuni.

4. Sifat iri dengki 

5 Hal Wajib Diwaspadai dari Jiwa Kompetitif, Jangan Sampai Iri!ilustrasi pekerja kantor (pexels.com/Mikhail Nilov)

Sifat iri dengki mudah menyusup di dasar hati banyak orang. Setitik rasa iri dengki yang menyembul pada akhirnya melebar ke mana-mana. Orang lain harus berada di bawah dan tidak boleh lebih dari dirinya.

Jiwa kompetitif yang tidak terkendali sesegera mungkin harus diwaspadai. Jangan sampai akibat ingin bersaing pada akhirnya hidup didominasi iri dan dengki. Terlebih lagi rasa iri akan kepemilikan yang tidak seharusnya.

5. Tidak menikmati hidup

5 Hal Wajib Diwaspadai dari Jiwa Kompetitif, Jangan Sampai Iri!ilustrasi merasa lelah (pexels.com/Karolina Grabowska)

Menikmati hidup tidak harus menunggu kekayaan berlimpah atau karier mentereng. Tapi bisa berasal dari kebahagiaan kecil. Termasuk berasal dari hal-hal yang selama ini dianggap sepele dan remeh-temeh.

Saat seseorang dikuasai oleh jiwa kompetitif, salah satu hal harus diwaspadai yaitu tidak bisa menikmati hidup. Semangat bersaing menjadikan seseorang cemas sepanjang waktu. Ia takut jika kalah unggul dari orang lain.

Jiwa kompetitif selain membawa sisi positif juga berpotensi merugikan diri sendiri. Ketika memiliki semangat bersaing yang tinggi, sudah seharusnya seseorang menaruh waspada atas lima hal tersebut.

Baca Juga: 5 Alasan Kamu Harus Punya Jiwa Kompetitif, Berusaha jadi yang Terbaik!

Mutia Zahra Photo Verified Writer Mutia Zahra

Let's share positive energy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Diana Hasna

Berita Terkini Lainnya