Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Nilai Filosofi Olahraga Panahan, Gak Hanya tentang Fokus

ilustrasi orang memanah (pexels.com/Kampus Production)
Intinya sih...
  • Penghargaan terhadap proses dan pencapaian
  • Kedisiplinan dan ketekunan karena latihan yang berkelanjutan
  • Ketenangan, pengendalian diri, dan pengelolaan emosi

Kamu termasuk orang yang suka olahraga panahan gak? Kalau kita gali secara lebih dalam, panahan bukan sekadar olahraga yang membidik dan melepaskan anak panah ke panah sasaran. Panahan juga bukan sekadar olahraga yang membuat tubuh bugar. Lebih dari itu, di balik ketenangan seorang pemanah yang menarik busurnya untuk membidik, ada nilai-nilai filosofi yang dalam.

Kalau kamu paham filosofi panahan, kamu jadi punya perspektif baru mengenai kehidupan dan pengembangan diri (self-development). Kenapa berhubungan dengan pengembangan diri? Sebab, saat kamu memanah dalam sesi apa pun, hal itu merupakan kesempatan kamu untuk mengendalikan diri. Gak hanya tentang fokus, berikut lima nilai filosofi olahraga panahan yang bisa kamu petik untuk pelajaran hidup.

1. Penghargaan terhadap proses dan pencapaian

ilustrasi orang memanah (pexels.com/RDNE Stock project)

Dari olahraga panahan, kamu bisa belajar untuk menghargai proses dan pencapaian. Ada tiga komponen utama yang membentuk olahraga ini, yaitu busur, anak panah, dan panah sasaran. Busur dan anak panah merupakan suatu hal yang ada dalam kendali kamu, sedangkan panah sasaran adalah suatu hal yang di luar kendali kamu.

Hal tersebut lantas membuat kamu belajar untuk menghargai proses dan pencapaian layaknya kamu menghargai sebuah target atau panah sasaran. Saat anak panah yang kamu tarik gak bisa mencapai panah sasaran, bukan panah sasarannya yang perlu kamu ubah karena hal itu gak ada dalam kendalimu. Hal yang bisa kamu ubah adalah cara kamu memainkan busur dan anak panahmu atau merancang strategi untuk mencapai sasaran yang dituju.

2. Kedisiplinan dan ketekunan karena latihan yang berkelanjutan

ilustrasi orang memanah (pexels.com/Mikhail Nilov)

Seseorang gak bisa tiba-tiba ahli dalam memanah tanpa melalui proses belajar dan latihan. Untuk menjadi seorang pemanah yang baik, kamu perlu berlatih secara berkelanjutan, gak hanya satu atau dua kali. Sebab, memanah itu gak sembarang memanah. Ada teknik yang wajib kamu ketahui untuk bisa memegang busur, menarik tali, melepaskan anak panah, dan membidik target dengan benar. Postur tubuh dan genggaman juga harus diperhatikan. Tanpa teknik yang benar, kamu bisa saja mengalami cedera.

Latihan yang berkelanjutan atau terus-menerus mengandung nilai filosofi tentang kedisiplinan dan ketekunan. Setiap anak panah yang kamu lepaskan merupakan hasil dari latihan berjam-jam serta dedikasi kamu dalam mengembangkan maupun menyempurnakan teknik memanah.

3. Ketenangan, pengendalian diri, dan pengelolaan emosi

ilustrasi orang memanah (pexels.com/Kampus Production)

Salah satu sikap yang menjadi ciri khas olahraga panahan selain fokus adalah tenang. Ketika kamu menarik busur, kamu harus bisa mempertahankan ketenangan pikiran dan mengelola emosimu. Tanpa kedua hal itu, anak panahmu mungkin akan jauh dari panah sasaran. Dengan kata lain, perasaan cemas, gugup, takut, atau bahkan terlalu antusias bisa memengaruhi kestabilan maupun akurasi bidikan.

Nilai filosofi ini mengajarkan kamu tentang betapa pentingnya bersikap tenang dan mengendalikan diri. Sikap tenang gak hanya perlu dimiliki di situasi tertentu, tetapi juga di segala situasi, termasuk ketika kamu menghadapi tekanan dalam hidup dan membuat keputusan penting. Saat kamu sedang bahagia pun, ketenangan dibutuhkan. Ketenangan merupakan kunci bertindak secara efektif.

4. Fokus dan konsentrasi meraih cita-cita dan tujuan hidup

ilustrasi jemparingan gaya Mataram (kratonjogja.id)

Kalau kita melihat konteks olahraga panahan dalam budaya Indonesia, ada istilah jemparingan. Jemparingan merupakan olahraga panahan khas Kerajaan Mataram. Dilansir laman Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, gaya memanah jemparingan berbeda dengan panahan lain.

Apa saja yang membedakannya dengan panahan secara umum? Pemanah jemparingan gaya Mataram memanah seraya duduk bersila. Kemudian, hal menariknya adalah mereka gak membidik menggunakan mata, melainkan menggunakan perasaan maupun intuisi dengan busur panah yang dipegang mendatar di depan perut.

Gaya memanah seperti itu sesuai dengan filosofi jemparingan Mataram, yaitu pamenthanging gandewa pamanthenging cipta. Filosofi tersebut memiliki arti membentangnya busur seiring dengan konsentrasi yang ditujukan pada sasaran yang dibidik. Dari filosofi ini, manusia bisa belajar untuk fokus dan berkonsentrasi meraih cita-cita maupun tujuan hidupnya.

5. Ketepatan dalam bertindak

ilustrasi orang memanah (pexels.com/Mikhail Nilov)

Selain keempat nilai filosofi yang disebutkan di atas, olahraga panahan juga mengajarkan kita tentang ketepatan dalam bertindak. Sebagaimana kita ketahui, panahan merupakan olahraga yang menuntut presisi serta akurasi tinggi. Secara aturan, kamu harus bisa menarik anak panah agar mengenai panah sasaran, membidik secara tepat. Ketidaksempurnaan sekecil apa pun itu berpengaruh pada hasil akhir yang melenceng.

Hal ini dapat merepresentasikan tentang betapa pentingnya bertindak secara tepat dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, setiap tindakan yang kamu lakukan punya konsekuensinya. Berlaku dan bertindaklah sebaik mungkin untuk mendapatkan hasil yang baik pula. Berhati-hatilah dalam berucap dan berperilaku serta belajarlah dari setiap kesalahan yang ada.

Ada beragam nilai filosofi olahraga panahan yang sungguh berharga bagi kehidupan. Panahan bukan cuma tentang latihan fisik atau seberapa tepat kamu membidik, tetapi juga soal fokus, pengendalian diri, ketekunan, apresiasi, serta kesesuaian maupun ketepatan dalam berperilaku.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us