7 Red Flag Terapis yang Harus Diwaspadai, Bahayakan Mentalmu!

Bisa diketahui sejak awal

Ibarat pasangan, menemukan terapis seperti psikolog, psikiater, atau konselor rupanya susah-susah gampang. Alih-alih menyelesaikan masalah, tak jarang para ahli tersebut justru membuatnya semakin bertambah. Banyak orang menemukan jalan buntu meski melakukan puluhan sesi konsultasi bersama pakar yang juga gak terhitung jumlahnya.

Biar gak zonk, kita mesti jeli membaca tanda-tanda terapis yang berpotensi membahayakan kesehatan mental maupun tubuh. Bisa diketahui sejak dini, berikut beberapa red flag terapis yang wajib diwaspadai seperti dilansir dari laman Verywell Mind. Apa saja?

1. Tidak memiliki lisensi resmi

7 Red Flag Terapis yang Harus Diwaspadai, Bahayakan Mentalmu!ilustrasi dua orang menulis dan berbicara (pexels.com/SHVETS Production)

Sebelum menentukan terapis untuk membuat janji, ada baiknya kita mengulik beberapa informasi umum dari media maya atau media sosial. Gak cuma latar belakang pendidikan atau pelatihan, pastikan psikolog, psikiater, atau konselor pilihan memiliki lisensi resmi. Dokumen ini merupakan bukti hitam di atas putih jika terapis layak melakukan praktik.

Bila kita mendapati mereka berbohong soal izin atau lisensi praktik, mempunyai latar belakang pendidikan atau pelatihan gak jelas, tertutup soal biaya terapi, atau bahkan menyembunyikan feedback negatif dari klien sebelumnya, lebih baik kita menghindar, deh!

2. Menangani kasus di luar spesialisasi

7 Red Flag Terapis yang Harus Diwaspadai, Bahayakan Mentalmu!ilustrasi orang mengobrol (pexels.com/cottonbro studio)

Sama seperti dokter penyakit fisik, pakar kesehatan mental pun memiliki spesialisasai sesuai keahlian maupun pendidikan yang ditempuhnya. Ada terapis yang khusus menangani anak dan remaja, kognitif, trauma, kecanduan, hingga keluarga atau pernikahan.

Gak semua terapis dapat mengatasi beragam kondisi klien. Saat mereka mau atau bahkan memaksa menerima kasus yang bukan keahliannya, kita sebagai klien harus hati-hati, nih! Alih-alih terselesaikan, masalah kita justru bisa semakin runyam bila gak ditangani ahlinya.

3. Komunikasinya terlalu aktif atau pasif

7 Red Flag Terapis yang Harus Diwaspadai, Bahayakan Mentalmu!ilustrasi orang mengobrol (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Selain cakap membaca situasi dan kondisi klien, para terapis diwajibkan memiliki cara komunikasi yang baik dan jelas. Sebagai klien, kita pasti kebingungan bila mereka berbicara tanpa arah dengan kalimat yang sulit dimengerti atau memiliki komunikasi yang pasif.

Sebaliknya, terapis dengan komunikasi terlalu aktif dapat menyulitkan klien. Kita perlu mencari terapis baru bila mereka membicarakan hal-hal gak penting saat sesi konsultasi. Seperti menceritakan diri sendiri atau klien lain, dan membahas topik di luar masalah inti.

Baca Juga: 5 Cara Menemukan Terapis Kesehatan Mental yang Tepat

4. Banyak mengumbar janji palsu

dm-player
7 Red Flag Terapis yang Harus Diwaspadai, Bahayakan Mentalmu!ilustrasi orang mengobrol (pexels.com/cottonbro studio)

Fase jatuh, sembuh, dan tumbuh merupakan sebuah proses yang amat panjang. Proses itu juga bisa berbeda antara individu satu dengan lainnya. Ada dari kita yang dapat melaluinya hanya selama seminggu, sebulan, hingga setahun, atau mungkin sepanjang hayat.

Yang mesti kita lakukan adalah menjalani setiap fasenya dengan sabar dan tekun. Terapis yang baik akan membantu kita melewati proses itu dengan perlahan tapi pasti. Bukan malah mengumbar janji palsu bahwa kita akan sembuh dalam waktu dan cara instan.

5. Mengabaikan situasi, kondisi, dan privasi klien

7 Red Flag Terapis yang Harus Diwaspadai, Bahayakan Mentalmu!ilustrasi orang mengobrol (pexels.com/SHVETS Production)

Saat terapis berulang kali meminta kita menjelaskan sesuatu yang sudah disampaikan, mengabaikan kita saat berbicara, hingga melanggar privasi, kita wajib banget menjauh dari mereka, deh! Itu artinya, mereka gak peka dengan kita beserta masalah yang dialami.

Agar masalah terpecahkan, kita harus jujur dan terbuka pada terapis. Namun, bukan berarti mereka bisa seenak jidat memaksa kita menumpahkan semuanya di awal pertemuan. Sesi konsultasi merupakan proses yang harus dirasakan klien secara sadar, sukarela, dan damai.

6. Menghakimi, menekan, hingga membuat klien malu

7 Red Flag Terapis yang Harus Diwaspadai, Bahayakan Mentalmu!ilustrasi orang (pexels.com/cottonbro studio)

Kita wajib menumpahkan segala unek-unek kepada terapis dengan jujur. Namun, bukan berarti mereka bisa menekan, memaksa, atau mengintimidasi klien untuk menceritakan semua hal terutama detail privasi yang sulit diungkapkan. Sekali lagi, konsultasi merupakan proses yang harus mengalir alami tanpa tekanan dan ancaman dari siapa pun.

Selain mengintimidasi, terapis yang hobi judgemental alias menghakimi situasi dan kondisi klien harus dihindari. Apalagi jika mereka membuat malu dengan cara membocorkan rahasia klien bersangkutan kepada sesama terapis, klien lain, atau keluarga.

7. Membuat klien gak bisa hidup tanpa terapi

7 Red Flag Terapis yang Harus Diwaspadai, Bahayakan Mentalmu!ilustrasi orang berkonsultasi bersama psikolog (pexels.com/Alex Green)

Peristiwa traumatis meninggalkan luka yang membekas hebat. Terapis yang baik akan menjelaskan metode konsultasi secara terperinci untuk menyembuhkan luka dan trauma. Mereka juga menuntun klien agar mampu berdiri di atas kaki sendiri pasca kejadian itu.

Namun, ada segelintir terapis mengambil kesempatan dari ‘luka’ klien demi keuntungan pribadi. Mereka membuat klien seolah gak bisa hidup tanpa sesi terapi atau konsultasi, dan bahkan ketergantungan obat serta ahli terapi itu sendiri. Bila berada di situasi tersebut, kita harus banget move on dari psikolog, psikiater, atau konselor yang selama ini diandalkan.

Terapi merupakan proses panjang yang harus dilalui dengan penuh kesadaran dan kesabaran. Bukan bentuk glorifikasi atau romantisasi kesengsaraan, tetapi sebagai ajang transformasi diri ke arah lebih baik. Maka dari itu, kita gak bisa menjalaninya serampangan hingga melibatkan orang yang salah. Perhatikan red flag terapis berikut ini. Bagi yang sedang mengalami fase jatuh, semoga kamu segera sembuh dan tumbuh, serta menemukan terapis atau seseorang yang tepat, ya!

Baca Juga: 7 Kondisi yang Mengharuskanmu Pergi ke Terapis

Aqeera Danish Photo Verified Writer Aqeera Danish

edith

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya