Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Karanganyar ke Dunia, Kisah Nitya Ade Santi Jadi Doktor Termuda IPB

Your paragraph text - 2025-07-11T120937.976.png
Nitya Ade Santi, Doktor Termuda IPB (dok. Pribadi Nitya Ade Santi)
Intinya sih...
  • Inovasi deteksi kebakaran dengan analisis multi-waktuNitya mengembangkan metode berbasis citra satelit terbuka dan analisis multi-temporal untuk membandingkan kondisi lahan sebelum dan sesudah kebakaran, membantu pengambilan keputusan yang lebih akurat.
  • Dari keluarga sederhana menuju gelar DoktorNitya tumbuh dari keluarga sederhana di Karanganyar, mendapatkan beasiswa TELADAN dari Tanoto Foundation, dan berhasil menyelesaikan program doktor pada usia 25 tahun.
  • Menjawab amanah beasiswa dengan aksi nyata Nitya menjadi konsultan dan tenaga ahli untuk lembaga pemerintah, hasil risetnya diaplikasikan untuk analisis kebencanaan lain.

Ketika tantangan lingkungan hidup seperti kebakaran hutan dan lahan masih menjadi isu nasional yang krusial, muncul secercah harapan dari dunia akademik Indonesia. Harapan ini datang dari sosok muda inspiratif bernama Nitya Ade Santi, doktor termuda IPB University yang tidak hanya menorehkan prestasi akademik, tetapi juga melahirkan inovasi penting dalam mitigasi bencana lingkungan.

Melalui disertasinya yang berjudul “Pengembangan Metode Pengukuran Tingkat Keparahan Kebakaran dan Regenerasi Vegetasi Menggunakan Analisis Multi-Waktu Langsung”, Nitya menghadirkan pendekatan berbasis teknologi yang memungkinkan deteksi kerusakan lingkungan secara lebih presisi. Ia bukan hanya mengukur luas area terbakar, tetapi juga mampu mengidentifikasi jenis tutupan lahan, nilai kerugian ekonomi, hingga potensi daya dukung lingkungan yang hilang. Sebuah terobosan yang lahir dari kombinasi antara sains, keberanian, dan tekad.

1. Inovasi deteksi kebakaran dengan analisis multi-waktu

ilustrasi kebakaran hutan (pixabay.com/fish96)
ilustrasi kebakaran hutan (pixabay.com/fish96)

Kebanyakan sistem pemantauan kebakaran hutan saat ini hanya mencatat luas lahan yang terbakar. Nitya menilai pendekatan ini kurang memadai, karena tidak menunjukkan jenis vegetasi yang rusak dan dampaknya secara komprehensif. Oleh karena itu, ia mengembangkan metode berbasis citra satelit terbuka dan analisis multi-temporal untuk membandingkan kondisi lahan sebelum dan sesudah kebakaran.

"Selama ini kita hanya tahu luasan lahan yang terbakar, tapi tidak tahu apa yang terbakar. Apakah hutan primer, semak, atau kebun rakyat. Padahal informasi itu sangat penting," ujarnya.

Metode ini memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih akurat dalam upaya penanggulangan bencana dan pemulihan lingkungan. Bahkan, pendekatan tersebut telah digunakan di negara maju seperti AS dan Australia. Namun, Nitya menekankan pentingnya membuat standar sendiri untuk Indonesia, mengingat karakteristik geografis dan ekologis negara tropis ini berbeda dengan wilayah subtropis lainnya.

"Indonesia itu negeri tropis, makanya lebih baik kita punya standar sendiri. Apalagi karakteristik kebakaran hutan di negara tropis dan subtropis ini memang beda," paparnya.

2. Dari keluarga sederhana menuju gelar Doktor

Nitya Ade Santi, Doktor termuda di IPB University (1).jpg
Nitya Ade Santi, Doktor Termuda IPB (dok. Pribadi Nitya Ade Santi)

Di balik prestasi akademiknya, Nitya tumbuh dari keluarga sederhana di Karanganyar. Ibunya seorang guru, dan ayahnya bekerja di pabrik teh. Meskipun kondisi ekonomi terbatas, semangat keluarganya untuk mendukung pendidikan anak-anak tak pernah surut. Nitya melanjutkan pendidikan di IPB University dengan perjuangan yang tidak mudah, termasuk mencari beasiswa agar bisa bertahan.

Kesempatan itu datang lewat Beasiswa TELADAN dari Tanoto Foundation, yang tidak hanya memberi dukungan finansial, tetapi juga pelatihan kepemimpinan, konseling, dan pengembangan karakter. Saat indeks prestasinya sempat turun, Tanoto Foundation memberinya ruang untuk bangkit kembali. Ia pun berhasil melanjutkan pendidikan hingga program doktor dan menyelesaikannya pada usia 25 tahun, sebuah pencapaian luar biasa.

"Awalnya malah enggak kepikiran bakal diterima beasiswa Tanoto Foundation karena itu beasiswa paling diminati dan bergengsi. Sering membuat kegiatan, ada award (penghargaan), dan fellow-nya sering dibawa jalan-jalan. Sejak seleksi administrasi, wawancara, dan segala macamnya, saya merasa gak masuk ke deretan orang-orang pintar yang layak untuk dapat beasiswa Tanoto Foundation," kenangnya seraya tertawa. 

3. Menjawab amanah beasiswa dengan aksi nyata

Nitya Ade Santi, Doktor termuda di IPB University.jpg
Nitya Ade Santi, Doktor Termuda IPB (dok. Pribadi Nitya Ade Santi)

Bagi Nitya, beasiswa bukan sekadar hadiah, tetapi amanah. Ia memaknainya sebagai bentuk kepercayaan yang harus dijawab dengan komitmen tinggi dan kontribusi nyata. Saat ini, ia menjadi konsultan dan tenaga ahli untuk sejumlah lembaga, termasuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta menjadi rujukan penting dalam upaya pengendalian perubahan iklim.

Lebih dari itu, hasil risetnya juga diaplikasikan untuk analisis kebencanaan lain seperti banjir dan longsor, menunjukkan bagaimana ilmu pengetahuan bisa memberi dampak luas bagi masyarakat. Ia juga aktif memberi pesan kepada generasi muda agar tidak menyia-nyiakan masa kuliah dan bertanggung jawab terhadap pilihan hidup. Dalam kata-katanya, “kita harus bisa menyelesaikan apa yang sudah kita mulai dengan sebaik-baiknya.

Perjalanan Nitya Ade Santi bukan hanya kisah sukses akademik, tetapi juga bukti nyata bahwa ilmu pengetahuan, jika dilandasi dengan ketekunan dan integritas, bisa membawa perubahan besar. Dukungan dari lingkungan, seperti beasiswa Tanoto Foundation, terbukti menjadi katalisator penting dalam mencetak pemimpin masa depan. Nitya telah membuktikan bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk berkarya bagi negeri. Kini, giliran generasi muda lainnya untuk mengambil peran, bermimpi besar, dan menjawab tantangan dengan aksi nyata.

Saat ini Tanoto Foundation kembali membuka pendaftaran Beasiswa TELADAN angkatan 2026 mulai 1 Juli hingga 7 September 2025. Mahasiswa yang lolos seleksi program TELADAN akan mendapatkan bantuan biaya kuliah secara penuh dan tunjangan biaya hidup bulanan, serta yang berbeda dengan beasiswa lain, adalah penerima beasiswa juga akan mendapat pelatihan pengembangan kepemimpinan terstruktur selama 3.5 tahun dari semester 2 hingga 8. Untuk informasi lebih jelasnya, silakan cek bit.ly/JadiTELADAN2026.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us