Membaca buku masih jadi hal terberat buatmu? Mungkin kamu belum menemukan satu buku yang pas. Terkadang kita cukup memulai dengan satu buku yang berhasil diselesaikan dan bisa membuat kita ketagihan menyelesaikan buku lain.
Bisa mulai dari novel fiksi berikut. Sudah dikurasi berdasarkan cerita paling gereget dan dikemas dari sudut pandang yang beda. Siapkan catatan dan masukkan dalam wish-list.
Roberto Saviano sebelumnya sudah dikenal lewat novel Gomorrah yang mengungkap keberadaan organisasi kriminal di Napoli, Italia. Karya semi dokumenter yang menggelora itu memang melambungkan namanya, tetapi sekaligus membuat nyawanya terancam. Ia bahkan harus hidup dengan perlindungan polisi sampai sekarang sejak novel debutnya itu terbit.
Pengalaman pahitnya menulis tentang gang kriminal tidak membuatnya gentar. Ia kembali menelurkan karya serupa berjudul The Piranhas. Kali ini mengulik gang kriminal remaja, masih di Napoli. Nico, sang karakter utama adalah tokoh fiktif yang digambarkan Saviano sebagai anak muda dengan ambisi besar untuk mendapatkan kekayaan dan kekuasaan. Ia dan rekan-rekannya bahkan tak ragu memanfaatkan keberadaan tuna wisma untuk melatih kemampuan bersenjata mereka.
Terbit tahun 2016, novel ini sudah difilmkan dengan judul aslinya La Paranza dei Bambini dan mendulang respon positif.
Kazuo Ishiguro dikenal luas lewat Never Let Me Go, novel fiksi sains yang menggugah rasa kemanusiaan. Tahun ini ia kembali dengan novel serupa berjudul Klara and The Sun. Sang narator, Klara adalah hasil rekayasa articifial inteligence. Tiap hari ia berada di toko, menanti pembeli datang padanya. Lewat mata Klara, pembaca diajak menyelami makna kehidupan dan hubungan antar manusia.
Susah memang memisahkan Klara and The Sun dengan Never Let Me Go, tetapi Ishiguro mencoba membuat poin yang berbeda di novel terbarunya. Novel ini jadi salah satu karya paling dinantikan tahun 2021.
Membaca novel horor pasti punya sensasi yang berbeda ketimbang nonton filmnya. Jika banyak film horor bertumpu pada makeup, lighting, dan jumpscare, novel biasanya diramu dengan deskripsi dan plot se-ngeri mungkin untuk tetap menghibur. Sama dengan The Upstairs House yang sebenarnya tidak terlalu horor, tetapi mengandung unsur supranatural dan misteri.
Kisahnya tentang seorang perempuan baru saja melahirkan dan tinggal di sebuah rumah tua. Sang suami yang sibuk bekerja sering meninggalkan sang istri di rumah bersama bayinya seorang diri. Sampai suatu ketika, sang istri menemukan sosok kawan baru yang tinggal di lantai dua rumah mereka.
Novel horor ini juga mengulik isu-isu yang berkaitan dengan trauma. Termasuk taruma pasca melahirkan yang sebenarnya sering dialami ibu muda, tetapi dianggap aneh atau tabu. Kelahiran selalu dianggap sebagai sumber kebahagiaan, padahal setiap ibu merasakan tantangan yang berbeda-beda.
Sorrow and Bliss adalah bacaan tepat untuk pebcinta drama psikologi. Martha adalah perempuan 40 tahun yang sadar bahwa ada sesuatu yang salah dengan kondisi mentalnya, tetapi tidak pernah terdiagnosis. Sang suami bertahun-tahun menganggapnya baik-baik saja, sampai ia memutuskan untuk meninggalkannya.
Di masa inilah, pembaca diajak menyelami masa lalu Martha. Bagaimana hubungannya dengan orang tua, kakak, bibi, dan suaminya sebelum mereka menikah. Penulis sengaja tidak mencantumkan diagnosis pasti atas penyakit mental Martha. Ia justru mengambil berbagai gejala dari beberapa penyakit untuk membangun karakter Martha.
Dapat jempol dari Bill Gates, A Gentleman in Moscow adalah potret kehidupan seorang bangsawan Rusia di tahun 1922. Di tahun itu, revolusi Bolshevik sudah berhasil menyingkirkan aristokrasi di Rusia dan mendirikan negara komunis bernama Uni Soviet. Statusnya sebagai bangsawan membuat Rostov ditangkap dan dijatuhi hukuman seumur hidup.
Tentu berbeda dengan kenyataannya yang lebih kejam, novel fiktif ini dibuat dengan lebih manusiawi. Bukannya dibunuh seperti yang seharusnya, Rostov justru dipenjara di sebuah hotel mewah bernama Metropol. Ia dipaksa menjadi pekerja hotel, tetapi justru menikmatinya. Unik, sarat dengan sindiran dan humor cerdas.
Terinspirasi dari gerakan #MeToo, novel ini merupakan karya fiksi yang mengambil sudut pandang seorang aktris muda bernama Grace yang sedang naik daun. Namun, di tengah popularitasnya yang naik, ia memilih meninggalkan Hollywood. Hingga ia memutuskan untuk kembali saat diminta menjadi salah satu pembaca nominasi Golden Globes.
Sebenarnya dari sini sudah tertebak bahwa Grace akan menyasar salah satu petinggi di Hollywood yang sering menyalahgunakan kekuasannya. Namun, novel ini menawarkan lebih dari pembalasan dendam dan pemberdayaan perempuan serta korban. The Comeback turut menggambarkan perjalanan berat para aktris dan aktor yang memulai karier mereka di usia yang sangat muda.
Novel debut Joanne Tompkins ini berlatarkan sebuah kota kecil yang baru saja mengalami kejadian tragis. Dua remaja laki-laki ditemukan meninggal mendadak. Menyisakan dampak psikologis untuk Isaac dan Lorrie, ayah dan ibu mereka masing-masing.
Sampai suatu hari seorang perempuan muda datang di kota itu. Kisah ketiga karakter ini terjalin perlahan hingga meninggalkan pesan tentang kemanusiaan dan kemampuan memaafkan.
Novel multikarakter satu ini berlatarkan Norwegia tahun 1677. Tahun yang berat untuk penduduk sebuah desa setelah badai menewaskan mayoritas penduduk laki-laki. Meninggalkan para perempuan berjuang sendiri untuk menafkahi keluarga mereka.
Beberapa tahun setelah tragedi itu, sepasang suami istri datang untuk memulai hidup baru di desa tersebut. Di situlah sang istri, Ursa sadar bahwa banyak perempuan mandiri di desa ini dan itu memberinya harapan untuk keluar dari hubungan toksiknya dengan sang suami. Karakter dan plot dalam novel ini fiktif, tetapi tragedi badai besarnya nyata adanya.
Coba salah satu deh, siapa tahu ketagihan baca buku lebih banyak. Kalau kamu butuh rekomendasi bacaan saat senggang, bisa tuh pilih satu dari delapan daftar novel dengan cerita yang greget dan sudut pandang yang berbeda.