6 Novel yang Gali Irisan Isu Perempuan dan Kapitalisme

- Convenience Store Woman (Sayaka Murata) mengikuti Keiko, perempuan yang belum bisa memenuhi ekspektasi sosial dan menikmati pekerjaan rendahnya.
- Lucy (Jamaica Kincaid) adalah cerita imigran perempuan kulit hitam yang harus mengorbankan mimpi dan potensinya demi keluarga.
- Severance (Ling Ma) berkisah tentang Candace, perempuan muda yang kehilangan arah saat fenomena alam menghapus sebagian peradaban manusia.
Tidak seperti yang kita kira, isu perempuan dan kapitalisme ternyata punya irisan yang cukup besar. Ini karena pada dasarnya kapitalisme dan patriarki adalah dua hal yang susah dipisahkan. Opresi dalam bentuk komodifikasi perempuan sampai pengkerdilan pekerjaan yang dikerjakan perempuan adalah beberapa contohnya. Itu pula yang menjelaskan mengapa isu feminisme biasanya beririsan dengan ide-ide sayap kiri (sosialisme).
Masih susah membayangkan bagaimana irisan itu terimplementasi dalam kehidupan nyata? Kamu bisa coba baca 6 novel yang menggali posisi perempuan dalam kapitalisme berikut. Dijamin tercerahkan!
1. Convenience Store Woman (Sayaka Murata)

Berformat novela, Convenience Store Woman bisa jadi bacaan ideal untuk memulai misimu menggali irisan isu perempuan dengan kapitalisme. Ia mengikuti Keiko, perempuan yang pada usia 36 tahun belum bisa memenuhi ekspektasi sosial yang melekat padanya. Ia masih bekerja menduduki posisi hierarki terendah dalam pekerjaannya dan belum pula memiliki pasangan. Sadar kalau orang mulai mendesaknya untuk mengubah hidup, Keiko berusaha keras melawan impuls dalam dirinya yang sama sekali tak peduli dengan tuntutan itu. Ia menikmati pekerjaan yang dianggap remeh itu dan ia pun tak merasa kesepian, meski melajang seumur hidup.
2. Lucy (Jamaica Kincaid)

Novela lain yang bisa bikin kamu makin melek isu perempuan dan kapitalisme adalah Lucy karya Jamaica Kincaid. Ia adalah cerita imigran perempuan kulit hitam yang bekerja sebagai pengasuh anak di keluarga kelas menengah atas di New York, Amerika Serikat. Selama menjalani pekerjaannya, Lucy tak bisa menampik godaan untuk melakukan refleksi atas hidupnya sendiri. Hubungannya dengan sang ibu yang tak benar-benar hangat, fakta bahwa ia harus mengorbankan mimpi dan potensinya untuk berkuliah demi menghidupi keluarga, sampai ketimpangan ekonomi yang disaksikannya sendiri di perantauan.
3. Severance (Ling Ma)

Lanjutkan misimu memahami isu perempuan dan kapitalisme dengan membaca Severance. Novel ini berkisah tentang Candace, perempuan muda yang mendedikasikan hampir seluruh hidupnya untuk pekerjaannya. Namun, saat sebuah fenomena alam menghapus sebagian peradaban manusia, Candace dibikin kehilangan arah. Ia tak lagi punya pekerjaan yang jadi prioritas hidupnya dan terpaksa mengarungi dunia yang kembali ke era primitif.
4. Hard Copy (Fien Veldman)

Bergenre fiksi spekulatif, jangan kaget kalau kamu akan menemukan banyak keganjilan dalam novel ini. Ia berpusat pada seorang pegawai perempuan yang saking bosan dan kesepiannya menemukan kenyamanan dengan curhat ke mesin fotokopi di kantornya. Lama-lama, ia merasakan koneksi dan ikatan yang tak biasa dengan si mesin. Di mata rekan kerja dan atasannya, ia sedang bicara sendiri dan mungkin butuh waktu untuk rehat. Sebaliknya, bagi si lakon ini adalah upaya mereka memisahkan dirinya dengan cinta sejatinya.
5. The House of Mirth (Edith Wharton)

Isu perempuan dan kapitalisme bukan hal baru. Ada beberapa novel klasik yang menjegal irisan keduanya. Salah satunya Edith Wharton dalam bukunya The House of Mirth. Bicara komodifikasi perempuan, novel ini mengikuti balada Lily Bart, perempuan muda yang memenuhi standar kecantikan yang berlaku pada era itu. Selama hidupnya, Lily tak kesulitan mendapat apa yang ia mau dan kebanyakan datang dari lelaki yang mendekatinya. Sampai akhirnya memasuki usia 30, Lily merasa kehabisan waktu untuk segera menikah. Namun, ia harus menikah dengan pria yang bisa mengakomodasi gaya hidup mewahnya.
6. The Ladies’ Paradise (Emile Zola)

The Ladies’ Paradise adalah novel klasik lain yang bisa kamu baca untuk topik ini. Ditulis Emile Zola pada abad 19, novel ini sedang mengupas fenomena ekonomi yang meresahkan. Yakni, ditemukannya konsep supermall alias toko serba ada raksasa yang membunuh toko-toko kecil di sekitarnya. Unit bisnis ini menyerap banyak tenaga kerja, terutama perempuan muda dari kota-kota kecil di sekitar Paris yang butuh pekerjaan. Namun, mereka ternyata tak lepas dari ancaman sistem kapitalis yang destruktif dan kejam.
Kalau kamu masih meremehkan buku fiksi, 6 novel di atas kiranya bisa mengubah opinimu selamanya. Dari cerita karangan yang tampak remeh, sebuah fenomena sosial ternyata sedang dikupas.