6 Novel Klasik yang Diskusikan Keresahan dan Kerentanan pada Pria
- Jude the Obscure: Novel tentang nasib pemuda tak beruntung, menggambarkan kejahatan masyarakat terhadap pria tanpa modal sosial ekonomi.
- Beware of Pity: Cerita Anton Hoffmiller yang merasa keresahan karena ketidaksetaraan kelas sosial dan ekonomi dalam hubungan kompleks dengan keluarga kaya raya.
- The Black Tulip: Kisah Cornelius yang difitnah dan membangun asa bersama Rosa, mencerminkan protagonis pria terbuka dengan keresahan dan kerentanannya.
Kalau ada satu topik yang cukup sering ditemukan dalam novel klasik, itu adalah keresahan atau rasa tak aman pada pria. Menariknya lagi, cerita-cerita itu kebanyakan datang dari penulis laki-laki yang membuatnya terasa jauh lebih jujur dan realistis.
Ingin mencoba pengalaman membaca perspektif pria yang autentik dan gak jaim mengakui keresahan dan kerentanannya? Tujuh rekomendasi novel klasik berikut bisa masuk daftar to-be-read (TBR).
1. Jude the Obscure
Jude the Obscure adalah novel karangan Thomas Hardy yang mengekor perspektif pemuda yang nasibnya bikin pembaca ikut depresi. Jude Fawley lahir dari keluarga tak berpunya dan gagal meraih aspirasinya melanjutkan pendidikan tinggi.
Kemalangannya di bidang pendidikan setali tiga uang dengan kehidupan percintaannya. Ia terpaksa menikah karena keadaan, ditinggal sang istri, dan ketika akhirnya menemukan sosok yang sungguh-sungguh dicintainya, sang pujaan hati ragu untuk menunjukkan komitmen yang sama. Jude the Obscure berhasil memotret betapa jahatnya masyarakat memperlakukan pria tanpa modal sosial ekonomi yang mumpuni.
2. Beware of Pity
Beware of Pity akan mengajakmu mendalami batin Anton Hoffmiller, tentara muda yang tak sengaja menceburkan diri dalam hubungan kompleks dengan keluarga kaya raya. Semua bermula dari rasa bersalah dan ibanya terhadap putri pebisnis penting di Austria-Hungaria saat itu, Edith yang mengidap kelumpuhan.
Sejak sebuah insiden yang tak ia sengaja, Anton memutuskan untuk jadi teman Edith. Namun, di balik sambutan hangat keluarga itu, ia mengalami berbagai pergolakan batin. Keresahan ini banyak berasal dari fakta bahwa ia tak setara secara kelas sosial dan ekonomi dengan keluarga itu.
3. The Black Tulip
Coba juga The Black Tulip karya Alexandre Dumas. Novel ini mengikuti perspektif Cornelius, pria yang difitnah melakukan kejahatan tingkat tinggi oleh seseorang yang iri padanya. Di penjara, ia bakal bertemu Rosa, putri dari sipir penjara tempat Cornelius mendekam yang berbagi minat yang sama dengannya. Bersama mereka membangun asa yang sama, melihat Cornelius bebas dan bisa kembali melakoni apa yang selama ini jadi kecintaannya, menanam bunga tulip. Sosok Cornelius dalam novel ini bisa jadi cerminan protagonis pria yang gak klise serta terbuka dengan keresahan dan kerentanannya.
4. Bel-Ami
Bel-Ami adalah balada Georges Duroy, jurnalis yang amat oportunis dan ambisius. Segala cara dilakukannya untuk bisa panjat sosial, termasuk memanipulasi dan melontarkan ancaman-ancaman. Sifatnya yang bikin pembaca susah berempati sebenarnya bisa dilihat sebagai bentuk mitigasi dari rasa mindernya. Ia merasa harus terus mempertahankan dominasinya dengan berbagai cara tanpa peduli etika dan perasaan orang lain.
5. The Great Gatsby
Keresahan dan perasaan rentan juga terpampang nyata dari karakter Nick Carraway dalam novel The Great Gatsby. Nick diceritakan sebagai pria biasa dengan profesi paling biasa di antara orang-orang dengan karier mentereng di sekitarnya. Rasa mindernya makin parah ketika ia menemukan dirinya jatuh hati pada seorang sosialita yang jelas berada di luar sirkel dan jangkauannya.
6. Notes from Underground
Notes from Underground sering disebut salah satu novel paling depresif yang pernah dibuat manusia. Buku ini menguliti perspektif seorang pria yang merasa dirinya tak berharga hingga tergerak untuk mengisolasi diri. Ia tak siap mendengar penilaian orang tentang dirinya sendiri dan ini membuatnya tersiksa setengah mati. Namun, di satu sisi, pembaca bisa mencium gelagat arogannya ketika ia berkali-kali menyakinkan pembaca bahwa tak ada satu pun orang di dunia yang bisa memahami dan membantunya.
Novel-novel klasik tadi menarik buat peminat studi psikologi. Cara penulis mengekspresikan perasaan-perasaan dengan diksi yang beragam dan bermakna dalam bakal memberimu pencerahan dan inspirasi untuk memahami diri sendiri. Menariknya lagi, keputusan mereka untuk menggunakan karakter laki-laki sebagai lakon jadi semacam bukti kalau rasa resah, minder, tak aman itu bukan sesuatu yang tabu untuk diekspresikan seorang pria.
