7 Novel Jepang Kontemporer Terbaik Selain Karya Murakami 

Convenience Store Woman adalah novel yang menyindir standar sukses dan kenormalan dalam hidup manusia. Saat beranjak dewasa, seseorang harusnya punya pekerjaan mapan serta hidup bahagia dengan pasangan dan anak-anak mereka. Namun, si tokoh utama tidak punya semua itu. Ia bekerja paruh waktu di minimarket dan sangat mencintai pekerjaannya. Ia juga tidak merana dengan kesendiriannya sebagai lajang.

Nyentrik dan humoris, novel ini berhasil melambungkan nama sang penulis, Sayaka Murata dalam bidang literatur Jepang kontemporer. 

Ogawa memilih dua karakter utama di novelnya, seorang asisten rumah tangga dan profesor yang bertemu karena keadaan. Profesor ini memiliki satu kondisi khusus yang membuat ingatannya hanya bertahan dalam jangka pendek. Sang asisten rumah tangga pun harus memperkenalkan dirinya tiap ia datang untuk mulai bekerja. 

Lama kelamaan, keduanya membentuk hubungan pertemanan yang penuh dengan nilai-nilai kehidupan. Novel ini dikategorikan family-friendly, cocok dibaca siapapun mulai usia 13 tahun ke atas. 

Kitchen adalah novela yang terdiri dari dua cerita pendek yang berkutat pada cerita kehilangan dan kematian. Cerita pertama datang dari sosok Mikage yang kebanyakan dialog dan adegannya terjadi di dapur. Kematian bertubi-tubi menghampirinya dimulai dari kedua orang tuanya, sang nenek, lalu sobatnya.

Sementara cerita kedua, masih tentang seorang perempuan muda yang kehilangan kekasihnya. Novel Banana Yoshimoto ini didapuk sebagai karya terbaiknya sejauh ini. 

Tokyo Ueno Station adalah kisah hidup seorang kakek yang lahir di Fukushima pada tahun 1933, pernah bekerja untuk persiapan Olimpiade 1964. Ia meninggal di tahun 2020 dalam keadaan menjadi tunawisma di usia senjanya lengkap dengan trauma mendalam tentang tsunami yang menghancurkan kota kelahirannya serta kekecewaannya saat  Olimpiade 2020 batal karena pandemi. Miris, tapi penuh dengan pesan moral. 

Bernuansa memoar, novel yang sudah diadaptasi menjadi serial di Netflix tersebut berkisah tentang seorang komedian bernama Tokunaga. Ia sedang dalam proses berkarier di Osaka saat seorang komedian terkenal bernama Kamiya menawarinya pekerjaan di Tokyo. Selama menjadi orang kepercayaan Kamiya, Tokunaga mulai meragukan cita-citanya sendiri menjadi komedian. 

Novel ini sering dikategorikan cerita coming-of-age dengan tokoh utama seorang anak laki-laki. Ia menaruh hati pada pegawai minimarket dekat rumahnya dan rela mampir tiap hari demi melihat sang pujaan hatinya beraktivitas dari kejauhan.

Namun, bukan hanya itu yang menarik, novel ini diramaikan oleh orang-orang di sekitar sang bocah. Ibunya yang bekerja sebagai peramal, neneknya yang sakit keras, dan kawannya yang mencintai film dan gim bergenre horor dan thriller. 

Lewat perspektif polos sang bocah, novel ini disebut salah satu bacaan heartwarming yang cocok dibaca siapa saja. 

Novel ini lebih tepat disebut antologi cerpen karena berisi beberapa kisah pendek dengan tema yang mirip. Feminisme dipilih Aoko Matsuda sebagai tema karyanya. Ia memadukan kisah-kisah tokohnya di masa modern dengan mitos dan makhluk-makhluk supernatural khas Jepang. Dianggap nyeleneh, tetapi tak sedikit yang memuji karya sastra kontemporer ini.  

Perkaya bacaanmu tahun ini. Pilihan novel Jepang di atas boleh dipertimbangkan.