Sering Disalahartikan, 5 Perbedaan Introvert dan Depresi

Pahami perbedaannya, jangan asal judge, ya!

Introvert dan depresi memang seringkali tampak serupa, karena senang menyendiri menjadi karakteristik dari kedua istilah tersebut. Namun, hal tersebut tentu saja berbeda. Introvert adalah salah satu trait kepribadian yang normal, sedangkan depresi merupakan salah satu bentuk gangguan psikologis yang membutuhkan penanganan dari para profesional. 

Biar kamu gak salah mengartikan lagi, yuk baca artikel ini sampai habis!  

1. Definisi introvert dan depresi

Sering Disalahartikan, 5 Perbedaan Introvert dan Depresiilustrasi orang introvert dan depresi (pexels.com/Vlada Karpovichpexels.com/cottonbro studio)

Introvert merupakan salah satu bentuk kepribadian yang dicirikan dengan sifat suka memendam rasa dan pikiran sendiri dibanding mengutarakan hal tersebut kepada orang secara luas. Mereka dengan kepribadian ini menikmati waktunya seorang diri atau lebih dikenal dengan istilah me-time untuk mengisi kembali energi dalam diri setelah beraktivitas di lingkungan sosial. 

Sedangkan, depresi merupakan sebuah gangguan psikologis yang dicirikan dengan munculnya perasaan sedih, tidak berdaya, putus asa, hampa dan kosong dalam jangka waktu yang lama. Orang dengan gangguan depresi akan kehilangan minat dalam melakukan sesuatu dan sulit untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga cenderung mengisolasi diri sendiri di tempat yang sepi.

Mereka dengan kepribadian introvert tetap mampu berinteraksi dengan lingkungan sosial sebagaimana mestinya, sedangkan mereka dengan gangguan depresi cenderung mengisolasi diri sendiri. 

2. Motivasi senang menyendiri

Sering Disalahartikan, 5 Perbedaan Introvert dan Depresiilustrasi wanita menyendiri (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Bagi orang-orang dengan trait kepribadian introvert, kegiatan menyendiri atau menghabiskan waktu di dalam kamar didorong oleh keinginan untuk me-recharge energi yang telah habis setelah beraktivitas di luar rumah. Mereka mengisi kembali energi dengan menikmati waktunya seorang diri agar dapat kembali berfungsi secara optimal sebagai makhluk sosial. 

Sedangkan, kegiatan menyendiri bagi orang dengan kecenderungan depresi sejatinya didorong oleh berbagai pikiran dan perasaan negatif yang mendominasi diri. Mereka mengurung dan mengisolasi diri dari lingkungan luar karena merasa tidak berguna, tidak berdaya, tidak berharga, terbelakang atau bahkan tidak percaya diri. 

Bagi orang introvert, menyendiri dinilai sebagai kegiatan menyenangkan dan positif. Sedangkan bagi orang depresi kegiatan menyendiri adalah bentuk keterpurukan dan keputusasaan dalam hidup.

Sampai sini, semoga kamu sudah lebih paham bahwa orang-orang yang senang menyendiri tidak selalu berarti depresi, ya!

Baca Juga: 5 Jenis Depresi yang Sering Tidak Disadari, Menurunkan Kualitas Hidup

3. Kegiatan sosial

Sering Disalahartikan, 5 Perbedaan Introvert dan Depresiilustrasi orang saling berinteraksi (pexels.com/Yan Krukau)

Meski terkesan senang menyendiri, mereka dengan trait kepribadian introvert sejatinya tetap mampu terhubung dengan lingkungan sosialnya. Mereka tidak menutup dan mengisolasi diri. Mereka tetap menjalin relasi dengan orang-orang sekitar, meskipun hal tersebut seringkali menghabiskan energi dengan cepat.

Di sisi lain, mereka dengan kecenderungan depresi adalah orang-orang yang terputus dari lingkungan sosial. Mereka mengisolasi diri sendiri, tidak ingin berinteraksi dengan orang lain bahkan kepada kerabat terdekat sekalipun. Mereka bahkan dapat mengurung diri di dalam kamar berhari-hari dan berdampak buruk pada kesehatan fisik diri sendiri. 

Meski keduanya tampaknya tidak menjadikan kegiatan sosial sebagai kegiatan yang amat disukai, namun orang-orang dengan kepribadian introvert tetap mampu menjalin relasi dengan orang sekitar sebagaimana mestinya. 

4. Energi dalam diri

dm-player
Sering Disalahartikan, 5 Perbedaan Introvert dan Depresiilustrasi orang produktif (pexels.com/cottonbro studio)

Seperti yang disebutkan sebelumnya, trait kepribadian introvert sejatinya merupakan hal yang normal. Mereka dengan trait tersebut tetap berfungsi seperti orang-orang pada umumnya dan mampu melakukan kegiatan-kegiatan yang produktif. Meskipun membutuhkan waktu sendiri untuk mengisi energi, mereka dengan trait ini memahami peran dan tanggungjawabnya di lingkungan sosial. 

Hal ini berbeda drastis dengan mereka yang mengalami gangguan depresi, sebab gangguan tersebut membuat para penderita merasa tidak termotivasi dan tidak berenergi untuk melakukan apapun. Akibatnya, mereka menjadi pribadi yang tidak produktif serta tidak mampu menyelesaikan tugasnya hingga akhir. 

5. Gejala gangguan depresi

Sering Disalahartikan, 5 Perbedaan Introvert dan Depresiilustrasi orang depresi (pexels.com/Kat Smith)

Berikutnya, ada beberapa gejala atau ciri-ciri yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki kecenderungan gangguan depresi. Dilansir Premier Health, ciri-ciri tersebut berupa:

  • Mengalami gangguan tidur, entah itu sulit tertidur atau tidur terlalu lama;
  • Sering didominasi oleh emosi sedih atau depresi;
  • Kehilangan energi dan merasa kelelahan yang berlebihan, seringkali disertai dengan ucapan atau gerakan yang lambat;
  • Mengalami peningkatan aktivitas fisik yang tidak bertujuan, seperti meremas-remas tangan, mondar-mandir dan sebagainya;
  • Kesulitan dalam mengambil keputusan atau berkonsentrasi;
  • Merasa tidak berharga dan tidak berdaya;
  • Memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup.

Gejala-gejala di atas muncul secara terus menerus hingga membuat seseorang tidak mampu berfungsi secara optimal. Bagi para introvert, gejala-gejala di atas bukan merupakan ciri-ciri dari trait kepribadian tersebut. 

Introvert dan depresi memang sekilas memiliki pola aktivitas yang hampir serupa, seperti senang menyendiri. Akan tetapi, sekali lagi kamu perlu memahami bahwa introvert adalah hal yang normal sedangkan depresi adalah sebuah gangguan.

Kalau kamu menemui seorang teman yang mengarah pada gangguan depresi, jadilah teman yang baik dengan mengarahkan mereka kepada para profesional. Setelah membaca artikel ini, semoga kamu juga bisa gak asal men-judge lagi, ya!

Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.

Saat ini, tidak ada layanan hotline atau sambungan telepon khusus untuk pencegahan bunuh diri di Indonesia. Kementerian Kesehatan Indonesia pernah meluncurkan hotline pencegahan bunuh diri pada 2010. Namun, hotline itu ditutup pada 2014 karena rendahnya jumlah penelepon dari tahun ke tahun, serta minimnya penelepon yang benar-benar melakukan konsultasi kesehatan jiwa.

Walau begitu, Kemenkes menyarankan warga yang membutuhkan bantuan terkait masalah kejiwaan untuk langsung menghubungi profesional kesehatan jiwa di Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.

Kementerian Kesehatan RI juga telah menyiagakan lima RS Jiwa rujukan yang telah dilengkapi dengan layanan telepon konseling kesehatan jiwa:

RSJ Amino Gondohutomo Semarang(024) 6722565

RSJ Marzoeki Mahdi Bogor(0251) 8324024, 8324025

RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta(021) 5682841

RSJ Prof Dr Soerojo Magelang(0293) 363601

RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang(0341) 423444

Selain itu, terdapat pula beberapa komunitas di Indonesia yang secara swadaya menyediakan layanan konseling sebaya dan support group online yang dapat menjadi alternatif bantuan pencegahan bunuh diri dan memperoleh jejaring komunitas yang dapat membantu untuk gangguan kejiwaan tertentu.

Baca Juga: 7 Aktivitas untuk Menjaga Kesehatan Mental, Cegah Depresi dan Stres

Nur Tazkiyah Sejati Photo Verified Writer Nur Tazkiyah Sejati

rarely found someone who wants to listen carefully, so i write to release what is inside my mind

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya