Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Padel Menjadi Ruang Sosial Baru dengan Tantangan Inklusivitas

Ilustrasi olahraga padel (pexels.com/Sergio Contreras Arcos)
Ilustrasi olahraga padel (pexels.com/Sergio Contreras Arcos)
Intinya sih...
  • Komunikasi di lapangan membutuhkan adaptasi dan interaksi antar individu
  • Padel menjadi simbol gaya hidup dan identitas sosial generasi urban
  • Padel mencerminkan bagaimana kita membentuk jaringan sosial dan narasi identitas dalam keseharian
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sebelum ramai di Jakarta dan kota besar lainnya, tahukah kamu jika popularitas padel terbentuk lebih dulu di Bali? Sebenarnya, Indonesia mulai mengenal padel itu sejak tahun 2021, tapi olahraga ini baru benar-benar mendapatkan perhatian luas di tahun 2024.

Kini, padel sudah menjadi tren urban yang mempengaruhi gaya hidup hingga spending behavior masyarakat. Lapangan padel bertambah setiap bulanannya, komunitas komunitas baru pun kian bermunculan menawarkan main bareng untuk kelompok individu maupun korporasi. Bahkan, beberapa macam turnamen padel pun mulai digelar baik oleh komunitas, hingga media kreatif

Padel terasa sepopuler ajakan ngopi.

1. Komunikasi di lapangan membutuhkan adaptasi dan interaksi

Ilustrasi pemain padel (pexels.com/Anap Valladares)
Ilustrasi pemain padel (pexels.com/Anap Valladares)

Padel hampir selalu dimainkan dalam format dua lawan dua. Ini membuat dinamika komunikasi antar individu sangat menonjol. Suksesnya permainan tak hanya bergantung pada teknik, tetapi pada sejauh mana dua pemain bisa saling membaca: kapan menyerang, kapan bertahan, dan kapan mengalah.

Dalam konteks ini, teori Communication Accommodation dari Howard Giles menjadi relevan. Teori tersebut menjelaskan bahwa dalam interaksi, individu cenderung menyesuaikan cara berkomunikasi mereka dengan lawan bicara.

Di permainan padel, komunikasi bersifat nonverbal seperti gestur tangan, gerakan cepat, ekspresi mata, hingga perubahan postur tubuh. Ini adalah komunikasi interpersonal dalam bentuk paling spontan dan jujur, tanpa filter, dan tanpa skrip.

2. Antara gaya hidup dan identitas sosial

Ilustrasi perangkat olahraga trendi (pexels.com/SHVETS production)
Ilustrasi perangkat olahraga trendi (pexels.com/SHVETS production)

Di luar lapangan, padel tampil sebagai simbol gaya hidup. Raket dan lapangan yang estetis, pakaian olahraga yang trendi serta bagian dari kelompok tertentu menjadikan padel bagian dari visual generasi urban. 

Konsep ini berkaitan dengan teori representasi dari Stuart Hall. Menurut Hall, melalui pendekatan konstruksionis, simbol makna sebuah budaya dibangun melalui proses sosial sehingga representasi memiliki peran penting dalam pembentukan identitas, nilai serta persepsi. Dalam padel, olahraga ini menjadi bagian dari branding identitas diri. 

Identitas dari sisi performative bukanlah sesuatu yang kita miliki melainkan hal yang terus menerus kita tunjukkan. Bermain padel dapat menjadi semacam pertunjukan, bahwa kita memiliki konsistensi, kompetitif dan terhubung dalam komunitas tertentu

3. Antara ruang terbuka dan sirkel sosial

Ilustrasi sirkel sosial dalam padel (pexels.com/Yaroslav Shuraev)
Ilustrasi sirkel sosial dalam padel (pexels.com/Yaroslav Shuraev)

Jadi padel ini sebenarnya olahraga yang ekslusif atau inklusif? Sama seperti golf, tennis, bersepeda atau olahraga sejenis, mereka yang kurang memiliki akses, entah karena keterbatasan biaya, jejaring, atau keberanian sosial maka secara alami akan merasa tidak termasuk. Penjelasan ini pun diperkuat oleh teori identitas sosial dimana manusia akan cenderung membentuk kelompok dalam (in-group), lalu secara tidak sadar menciptakan kelompok luar (out-group). 

Seperti yang kita lihat, bahwa sejauh ini berbagai komunitas padel telah memfasilitasi sesi rutin seperti newbie & beginner day , ladies fun game hingga all level game.  Lalu, bagaimana bisa mengelola komunikasi di dalamnya?

Jika padel dipahami sebagai simbol status, maka ia akan menjadi ruang tertutup. Namun apabila ia dimaknai sebagai ruang untuk berbagi pengalaman dan membangun relasi, maka padel dapat menjadi alat penghubung identitas sosial.

4. Padel, lebih dari sekadar gaya hidup aktif

Ilustrasi pemain padel (pexels.com/Oliver Sjöström)
Ilustrasi pemain padel (pexels.com/Oliver Sjöström)

Olahraga ini mencerminkan bagaimana kita membentuk jaringan sosial, memilih siapa yang “sefrekuensi”, dan menyusun narasi identitas dalam keseharian. Ia bisa menjadi alat pemersatu, atau justru memperlebar jarak sosial, semua tergantung pada bagaimana kita berkomunikasi di dalamnya.

Maka, ajakan main padel bisa jadi lebih dari sekadar olahraga. Ia bisa menjadi pintu awal untuk terhubung dengan orang baru serta membuka peluang untuk mengembangkan diri. 

Menariknya padel bukan hanya tentang raket, skor, dan keringat melainkan cara ia membentuk arena komunikasi sosial yang unik. Di mana orang bertemu, berinteraksi, menegosiasikan identitas sosial, bahkan, secara tak sadar, membangun batas-batas kelompok.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us