5 Bentuk Kekerasan Verbal yang Masih Sering Terjadi, Sadar Gak?

Jangan anggap remeh dampak yang ditimbukannya 

Kalau masih memiliki anggapan bahwa bentuk kekerasan hanya bisa menyerang fisik, maka kamu salah besar. Faktanya banyak kekerasan non-fisik yang sangat berdampak pada kestabilan mental, salah satunya kekerasan verbal. Buat yang belum paham, kekerasan verbal merupakan kata-kata yang ditujukan untuk merusak mental seseorang hingga orang tersebut merasa gak berharga lagi.

Disadari atau tidak, lima bentuk kekerasan verbal berikut ini masih sering terjadi di lingkungan sosial. Jangan anggap remeh dampak yang ditimbukannya, ya.

1. Memberi sebutan atau nama panggilan yang terkesan menghina 

5 Bentuk Kekerasan Verbal yang Masih Sering Terjadi, Sadar Gak?ilustrasi perundungan di sekolah (Pexels.com/cottonbro)

Memberi sebutan tertentu sebagai nama panggilan terhadap seseorang memang lumrah terjadi. Namun, gak jarang hal ini dilakukan dengan tendensi menghina, seperti sebutan “si bodoh”, “si gendut”, “si jelek”, atau malah memakai nama binatang. Dalihnya tentu saja bercanda, tapi orang yang bersangkutan bisa saja merasa tersinggung.

Sikap semacam ini merujuk pada kekerasan verbal bernama name-calling. Biasanya sebutan semacam ini akan melekat dan banyak orang jadi ikut-ikutan. Tanpa disadari, kamu juga sudah melakukan kekerasan verbal kalau ikut menyapa dengan nama panggilan semacam itu. Jangan dilanjutkan lagi, panggil saja dengan nama aslinya, ya.

2. Merendahkan harga diri seseorang 

5 Bentuk Kekerasan Verbal yang Masih Sering Terjadi, Sadar Gak?ilustrasi perilaku menindas orang lain (Pexels.com/Keira Burton)

Belittling merupakan bentuk kekerasan verbal berikutnya di mana orang cenderung merendahkan harga diri orang lain. Biasanya, sikap semacam ini akan satu paket dengan rasa bangga berlebihan terhadap diri sendiri hingga ingin selalu menunjukkannya pada dunia dan kalimat penghinaan yang membuat “korban” jadi merasa gak berguna.

Bahkan jika kamu hanya sekadar ingin pamer kebolehan diri, sikap merendahkan orang lain tetap sebuah bentuk kekerasan verbal yang berpotensi menyerang mental seseorang. Jika dia gak mampu menerima sikapmu dengan legowo, bisa-bisa malah mentalnya yang jadi makin drop, lho.

Baca Juga: 5 Kekerasan Verbal dalam Hubungan, Hati-hati Mentalmu!

3. Menyalahkan orang lain sebagai bentuk pembenaran diri 

dm-player
5 Bentuk Kekerasan Verbal yang Masih Sering Terjadi, Sadar Gak?ilustrasi menyalahkan orang lain (Pexels.com/Liza Summer)

Hampir sebagian besar orang akan merasa gak nyaman saat disalahkan meski sebenarnya memang bersalah. Apalagi jika dijadikan kambing hitam dan disalah-salahkan hanya demi sebuah pembenaran diri dari orang lain, pasti psikisnya akan terluka dan mentalnya auto drop.

Kalau kamu jadi pelaku atas sikap menyalahkan orang lain demi pembenaran tindakanmu, tandanya kamu sudah melakukan kekerasan verbal blaming. Kalimat seperti “kamu memang pantas dihujat karena sudah menyakiti hatiku” juga sudah masuk kategori blaming, lho. Jadi, hati-hati saat ingin menunjukkan kesalahan orang lain, ya.

4. Mengancam orang agar mau patuh 

5 Bentuk Kekerasan Verbal yang Masih Sering Terjadi, Sadar Gak?ilustrasi menuntut (Pexels.com/Budgeron Bach)

Kalimat berbau ancaman juga masuk dalam kekerasan verbal karena sudah menyerang mental orang, terlebih jika dilakukan hanya demi sebuah kepatuhan. Bukankah semua orang berhak atas kebebasan diri untuk melakukan sesuatu atas kehendaknya sendiri tanpa ada ancaman dari pihak lain?

Ketika kamu mengancam orang lain agar mau patuh dan menuruti perintahmu, indikasi adanya kekerasan verbal pun jadi makin kuat. Misalnya, “jangan macam-macam denganku kalau gak mau kariermu hancur” atau “ turuti perintahku atau kamu aku usir dari rumah!”. Gak cuma melakukan kekerasan, kamu pun makin terlihat otoriter seolah ingin selalu mendominasi orang lain.

5. Menaruh curiga yang berlebihan pada orang lain 

5 Bentuk Kekerasan Verbal yang Masih Sering Terjadi, Sadar Gak?ilustrasi bertengkar (Pexels.com/cottonbro)

Rasa curiga seringkali dikaitkan dengan sikap waspada yang biasanya dilakukan sebagai upaya perlindungan diri. Namun, jika rasa curigamu terlalu berlebihan pada orang lain, apalagi jika ditunjukkan lewat kata-kata, boleh jadi hal ini merupakan tanda kekerasan verbal yang mulai kamu lakukan.

Curiga berlebih tanpa bukti kuat hanya akan mengarah pada serangan mental pada orang lain dan membuat mereka gak nyaman. Mau dilakukan pada teman atau malah pasangan, rasa curigamu tetap akan merusak kestabilan mental orang lain. Pada akhirnya orang akan memilih untuk mulai menjauh darimu.

Kelima bentuk kekerasan verbal tadi jadi bukti bahwa kita bisa saja gak menyadari perilaku tersebut hingga terasa menyerang mental dan membuat jatuh terpuruk. Kalau gak segera menumbuhkan kesadaran tentang pengenalan bentuk kekerasan verbal, pada akhirnya kamu juga akan menjadi korban atau malah pelaku itu sendiri. Hati-hati dan mulai lebih bijak dalam berbicara, ya.

Baca Juga: 5 Hal Buruk yang Dialami Korban Kekerasan Verbal

T y a s Photo Verified Writer T y a s

menulis adalah satu dari sekian cara untuk menemui ketenangan

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya