5 Tanda Kamu Kena Sindrom Mythomania, Bikin Ketagihan Berbohong
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hampir semua orang pernah berbohong dengan tujuan yang bisa berbeda-beda, mulai dari untuk melindungi diri, mendapat perhatian, atau malah menghindari hukuman. Sayangnya, ada juga orang yang malah terbiasa melakukan kebohongan secara berulang hingga mulai mengarah pada kecenderungan gangguan patologis, seperti sindrom mythomania.
Secara lebih spesifik, sindrom mythomania adalah kondisi di mana seseorang ketagihan berbohong dalam jangka waktu yang lama. Kalau tanda-tanda ini mulai terlihat, artinya kamu sudah terkena sindrom mythomania. Harus segera ditangani, nih.
1. Cenderung berbohong dalam berbagai situasi
Saat memiliki tanda mythomania biasanya kamu akan cenderung berbohong dalam berbagai situasi. Kamu pun jadi terus berbohong meski tidak dalam kondisi terdesak atau terancam. Hal ini terjadi karena berbohong sudah seperti perilaku yang otomatis muncul.
Tanpa disadari, kamu tetap akan berbohong di setiap situasi meski sebenarnya perilaku ini tidak dibutuhkan. Ibarat mesin yang sudah disetel, berbohong merupakan pengaturan awal sistem berpikirmu di alam bawah sadar hingga terasa sulit diubah, dikendalikan, apalagi dicegah.
2. Gak punya motif yang jelas untuk berbohong
Parahnya lagi, kebohongan yang kamu lakukan tidak memiliki motif khusus yang jelas. Kamu hanya merasa butuh dan ingin berbohong tanpa perlu ada alasan logis yang melatarbelakanginya. Ibarat sudah terlanjur jadi kebiasaan, ada perasaan mengganjal saat tidak berbohong.
Kondisi ini juga yang jadi pembeda yang cukup jelas antara seorang pembohong situasional dengan penderita sindrom mythomania. Berbohong adalah kebutuhan yang ingin dipenuhi setiap saat dan gak harus ada tujuan khusus di balik perilaku tersebut.
Baca Juga: 5 Alasan Orang dengan Kebiasaan Berbohong Sulit Berhenti, Waspada!
3. Menggabungkan fakta dan khayalan dalam cerita yang disampiakan
Editor’s picks
Tanda khas kalau kamu menderita sindrom mythomania terdeteksi dari konteks cerita yang disampaikan. Ada kecenderungan menggabungkan fakta dan khayalan dalam cerita bohongmu tadi. Meski ada unsur fakta, tapi keseluruhan isi cerita tetap berujung pada kebohongan.
Kamu juga gak segan untuk menambahkan drama di dalamnya. Bahkan bisa dibilang keseluruhan cerita bohong tersebut sukses kamu kemas dengan dramatis, pelik, dan sangat detail. Dari sisi penyampaian pun kamu terlihat sangat meyakinkan hingga orang jadi mudah terhasut untuk percaya.
4. Ada kecenderungan menikmati perilaku berbohong
Sayangnya, kamu pun mulai menikmati perilaku berbohong yang sudah jadi kebiasaan dan kebutuhanmu tersebut. Hal ini dikarenakan respons positif yang kamu dapat dari orang lain saat mendengar cerita bohongmu, seperti bentuk perhatian, antusiasme, dan bahkan pujian.
Respons inilah yang terkadang ikut memberi dampak pada rasa enggan untuk berubah dan meninggalkan semua kebiasaan berbohongmu. Kamu seolah terjebak dalam kesenangan semu dari atensi orang. Bahkan saat ketahuan sekalipun, kamu bisa merebut simpati mereka dengan drama “sakit” karena kesulitan berhenti berbohong.
5. Sayangnya, kamu pun percaya dengan kebohonganmu sendiri
Satu hal yang membuat penderita sindrom mythomania merasa kesulitan “sembuh” adalah pikiran mereka sendiri. Meski sadar sudah berbohong dan tahu kalau hal itu salah, tapi anehnya kamu tetap terseret dan ikut percaya dengan kebohongan tersebut seperti orang lain.
Kondisi ini makin memperparah drama kebohongan yang kamu sampaikan karena bagimu semua juga terdengar benar dan nyata. Kamu pun makin bersemangat menambah durasi dan variasi cerita bohong yang kamu karang di hadapan semua orang.
Melihat dari kelima tanda tadi, seharusnya kita semua jadi bisa lebih waspada dengan gejala sindrom mythomania. Jika ada indikasi sekecil apa pun, segera lakukan langkah pencegahan demi penanganan sedini mungkin.
Baca Juga: Mengenal Mythomania: Penyakit Psikologis Suka Berbohong
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.