Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pertengkaran (pexels.com/Gustavo Fring)

Keributan mengenai uang tidak hanya melibatkan pasangan suami istri. Uang meliputi seluruh urusan manusia sehari-hari. Orang dapat bertengkar seputar uang dengan saudara, teman kerja atau bisnis, hingga dengan orang lain yang tidak benar-benar dikenal.

Maka uang adalah kenikmatan dunia yang memiliki dua sisi. Uang dapat memberikan kebahagiaan karena dengannya kamu bisa mencukupi berbagai kebutuhan bahkan keinginan. Namun, uang pun dapat menghancurkan hubungan jika kamu melakukan kesalahan dalam pengelolaannya maupun gak siap mental untuk menjadi orang kaya. 

Segala persoalan yang berkaitan dengan uang bisa berlarut-larut dan kian menyusahkanmu. Sebagai benda mati, tentu uang tidak bersalah. Manusia perlu mewaspadai diri sendiri serta keadaan-keadaan di bawah ini yang memudahkan timbulnya konflik seputar materi. 

1. Tidak punya uang dan terdesak kebutuhan

ilustrasi pertengkaran (pexels.com/RDNE Stock project)

Siapa yang gak panik kalau tidak memegang uang? Orang dewasa selalu membutuhkan uang. Maka ketika ada kebutuhan tetapi uangnya tak tersedia, emosi mudah tersulut. Meski ada juga sisi sedihnya, kemarahan lebih mendominasi karena rasa panik dan frustrasi.

Uang tunai masih menjadi raja dalam transaksi sehari-hari. Sayangnya, beberapa orang tidak berpikir panjang ketika membeli berbagai benda sampai tak menyisakan uang yang cukup di rekening bahkan dompet mereka. Misalnya, mereka memiliki mobil seharga ratusan juta rupiah.

Akan tetapi, saldo tabungan kurang dari Rp10 juta rupiah. Begitu mobil mengalami kerusakan dan biaya perbaikannya mencapai jutaan rupiah, mereka pusing memikirkan pembiayaannya. Seharusnya mereka punya simpanan setidaknya sebesar harga barang yang masih butuh perawatan dan perbaikan agar merasa aman.

Begitu juga jika sebatas untuk memenuhi kebutuhan pokok pun tak ada cukup uang. Pasangan suami istri akan terus bertengkar karena kebutuhan perut gak bisa ditunda lebih lama. Bahkan orang yang masih lajang pun dapat seakan-akan mengajak cekcok semua orang saking stresnya saat gak punya uang.

2. Baru merasakan punya banyak uang

ilustrasi merasa senang (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Memiliki banyak uang mestinya bikin orang merasa senang. Tapi nyatanya, mendadak kaya juga bikin orang terlalu kaget dan tidak tahu cara bereaksi yang tepat atas kemujurannya. Tak ada cukup uang maupun hujan rezeki pada suatu hari sama-sama menguji kekuatan mental.

Banyaknya uang yang dimiliki dalam waktu singkat bikin orang sulit fokus. Muncul berbagai bayangan tentang cara menggunakan uang tersebut. Tetapi bukannya makin lama makin jelas apa yang harus dilakukannya, malah membuatnya kebingungan dan terlalu sensitif.

Jadi orang kaya dalam waktu super singkat juga dapat membuatmu merasa paling tajir. Sikap lupa diri memicu konflik dengan orang lain. Misalnya, kamu berubah menjadi semena-mena pada mereka yang gak mendapat rezeki nomplok sepertimu. Seiring kekayaan dikejar seharusnya mentalmu juga dipersiapkan dengan baik untuk dapat memegang banyak uang dengan pikiran yang jernih serta emosi stabil.

3. Sifat serakah

ilustrasi menutup telinga (pexels.com/Kindel Media)

Serakah berarti ada upaya buat memiliki lebih banyak dari yang sudah menjadi haknya. Serakah tidak sama dengan usaha yang wajar buat terus bekerja meski sudah menjadi orang kaya. Sifat serakah mendorongmu buat menguasai kekayaan orang lain dengan cara-cara yang licik.

Apakah orang lain akan diam saja melihat upayamu? Tentu mereka bakal berusaha sekuat mungkin buat mempertahankan kekayaannya. Maka terjadi perlawanan dari mereka dan kalian bertikai. Di mana ada orang serakah, di situ ada masalah.

Keserakahan membuatmu gak bisa menghargai kepemilikan orang lain. Dirimu bahkan seakan-akan berhak lebih marah ketimbang orang yang hak atas kekayaannya diusik. Jauhi sifat serakah bila kamu ingin kehidupan yang tenang. Jangan sampai suatu saat dirimu justru menjadi korban dari orang yang lebih serakah darimu.

4. Pemaksaan kehendak dalam pengelolaan uang

ilustrasi pertengkaran (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Selama uang yang ada merupakan milik bersama, kamu harus sangat menghargai pendapat orang lain. Jangan menyamakannya dengan uang pribadimu. Dirimu bebas mengelola uang pribadi dengan cara apa pun. Tapi uang bersama gak bisa diatur hanya oleh satu orang.

Makin kamu berusaha memaksakan pendapatmu atas pengelolaan uang tersebut, makin dirimu terkesan hendak menancapkan kuasamu. Pikir mereka, sekarang kamu memang cuma mendominasi tentang cara pengelolaan uang. Akan tetapi, bukan gak mungkin kelak kamu kian tak tahu diri dan menguasai pemakaian uang tersebut buat kebutuhan pribadimu.

Jangan menjadi raja dari uang milik bersama. Apabila sejumlah uang dipunyai oleh 5 orang misalnya, maka suaramu juga cuma seperlima. Lebih dari itu bakal menimbulkan pertengkaran dengan orang lain yang hak berpendapatnya dirampas olehmu. Hindari terlalu berisik soal uang milik bersama sebagai tanda kamu masih tahu malu.

5. Jeratan utang

ilustrasi pertengkaran (pexels.com/RDNE Stock project)

Utang kerap kali memberikan kemudahan dan kenikmatan di awal, tetapi kesulitan di kemudian hari. Utang bukan pemberian yang gak perlu dikembalikan. Utang tanpa bunga saja belum tentu bisa dibayar lunas, apalagi jika bunganya tinggi.

Jeratan utang sangat sering menyebabkan berbagai pertengkaran dengan orang terdekat. Ada yang saling menyalahkan tentang siapa yang pertama kali memberikan ide berutang. Ada juga yang merasa sudah berkorban paling banyak guna membayar utang, tapi tak juga lunas.

Ada pula yang mempermasalahkan pemakaian pinjaman tersebut yang ternyata gak menghasilkan apa-apa, kecuali masalah. Bahkan antara orang yang tidak saling mengenal dapat terjadi pertengkaran hebat. Contohnya, antara penagih dengan orang yang berutang.

Pertengkaran tentang apa pun mesti dihindari. Terlebih berkaitan dengan uang yang merupakan perkara sensitif. Tidak sedikit kasus penganiayaan sampai penghilangan nyawa bermula dari keributan soal uang. Jangan biarkan lembaran uang membutakan mata hatimu. Banyak atau sedikitnya uang yang dimiliki, kamu kudu mampu mengendalikan diri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team