Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi perempuan me time (freepik.com/kroshka nastya)
ilustrasi perempuan me time (freepik.com/kroshka nastya)

Intinya sih...

  • Soft life adalah pilihan sadar, lazy life adalah kebiasaan menghindar. Soft life menekankan ketenangan, kualitas hidup, dan keseimbangan dengan sadar demi menjaga kesehatan mental dan emosional.

  • Soft life punya tujuan jangka panjang, lazy life hanya memikirkan kenyamanan sesaat. Soft life berorientasi pada masa depan yang damai dan stabil, sementara lazy life fokus pada kepuasan instan tanpa memikirkan dampaknya.

  • Soft life menghargai istirahat, lazy life mengabaikan produktivitas. Istirahat dipandang sebagai bagian penting dari produktivitas dalam soft life, sedangkan lazy life menjadikan istirahat sebagai alasan untuk tidak bergerak.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Hidup tenang dan damai terdengar seperti mimpi, apalagi di tengah dunia yang serba cepat seperti sekarang. Belakangan, tren soft life semakin populer di media sosial, mengajak orang untuk memilih hidup dengan ritme yang lebih santai dan penuh kesadaran. Tapi, apakah semua yang terlihat santai itu bisa disebut soft life?

Masalahnya, gak sedikit yang salah paham dan menganggap soft life sebagai kemalasan terselubung. Padahal, ada perbedaan besar antara mengambil jeda dengan sengaja dan menghindari tanggung jawab. Biar gak salah kaprah, yuk simak lima perbedaan antara soft life dan lazy life yang perlu kamu tahu!

1. Soft life adalah pilihan sadar, lazy life adalah kebiasaan menghindar

ilustrasi perempuan membaca (freepik.com/freepik)

Soft life artinya memilih gaya hidup yang menekankan ketenangan, kualitas hidup, dan keseimbangan. Kamu tetap bekerja dan memenuhi tanggung jawab, tapi dengan ritme yang lebih ramah untuk tubuh dan pikiran. Semua dilakukan dengan sadar demi menjaga kesehatan mental dan emosional.

Sementara itu, lazy life cenderung menghindari kewajiban dan mencari kenyamanan tanpa usaha berarti. Fokusnya bukan pada keseimbangan, tapi menghindari pekerjaan atau tantangan yang dirasa berat. Inilah yang membuat lazy life sering berujung pada penumpukan masalah.

2. Soft life punya tujuan jangka panjang, lazy life hanya memikirkan kenyamanan sesaat

ilustrasi perempuan merenung (freepik.com/diana.grytsku)

Hidup dalam soft life biasanya berorientasi pada masa depan yang lebih damai dan stabil. Setiap keputusan diambil dengan pertimbangan matang, termasuk dalam mengatur energi dan waktu. Prinsipnya adalah mengurangi stres tanpa mengorbankan pencapaian penting dalam hidup.

Sedangkan lazy life lebih fokus pada kepuasan instan tanpa memikirkan dampaknya. Aktivitas yang menantang dihindari karena dianggap mengganggu kenyamanan saat ini. Akibatnya, kualitas hidup justru menurun dalam jangka panjang.

3. Soft life menghargai istirahat, lazy life mengabaikan produktivitas

ilustrasi perempuan me time (freepik.com/freepik)

Dalam soft life, istirahat dipandang sebagai bagian penting dari produktivitas. Waktu luang digunakan untuk mengisi ulang energi, memperkuat hubungan sosial, atau melakukan aktivitas yang membawa kebahagiaan. Ada kesadaran bahwa istirahat adalah investasi untuk kesehatan dan kinerja yang lebih baik.

Berbeda dengan itu, lazy life cenderung menjadikan istirahat sebagai alasan untuk tidak bergerak. Rasa lelah dijadikan pembenaran untuk menunda semua pekerjaan tanpa batas waktu. Lama-lama, hal ini bisa mengikis motivasi dan rasa tanggung jawab.

4. Soft life tetap memegang tanggung jawab, lazy life cenderung melepaskannya

ilustrasi perempuan bekerja (freepik.com/KamranAydinov)

Gaya hidup soft life tidak berarti mengabaikan kewajiban yang ada. Justru, mereka yang menerapkan soft life punya disiplin tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai prioritas. Hanya saja, mereka melakukannya tanpa tekanan berlebihan dan dengan cara yang lebih bijak.

Di sisi lain, lazy life sering diwarnai dengan penundaan dan pengabaian tugas. Tanggung jawab yang seharusnya diselesaikan malah dibiarkan menumpuk. Akhirnya, rasa damai yang diharapkan tidak pernah benar-benar tercapai.

5. Soft life adalah bagian dari gaya hidup minimalis, lazy life hanya menghindari usaha

ilustrasi perempuan bahagia (freepik.com/lookstudio)

Banyak yang mengaitkan soft life dengan gaya hidup minimalis karena keduanya sama-sama mengutamakan kualitas dibanding kuantitas. Fokusnya ada pada hal-hal yang benar-benar penting, baik dalam pekerjaan, hubungan, maupun waktu pribadi. Tujuannya adalah hidup dengan lebih sederhana tapi penuh makna.

Sebaliknya, lazy life tidak punya arah atau nilai yang jelas. Semua keputusan diambil hanya untuk menghindari usaha atau rasa tidak nyaman. Hidup memang terasa “ringan”, tapi kehilangan tujuan yang membuatnya bermakna.

Menjalani soft life bukan berarti kamu bebas dari tantangan, tapi kamu memilih cara menghadapi hidup dengan lebih tenang dan sadar. Bedanya dengan lazy life, soft life tetap punya tujuan, tanggung jawab, dan arah yang jelas. Yuk, mulai bijak mengatur ritme hidup agar tenang tanpa kehilangan makna.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team