4 Alasan Seorang Sandwich Generation Enggan Menerapkan Slow Living

Istilah slow living atau hidup dengan ritme yang lambat sering digaungkan sebagai gaya hidup yang ideal dan bermanfaat karena lebih mengedepankan kesadaran penuh, ketenangan, dan keseimbangan hidup. Akan tetapi, gak semua orang cocok menerapkan gaya hidup ini. Terutama orang-orang yang termasuk sandwich generation alias orang yang harus bertanggung jawab penuh atas kebutuhan orangtua, anak atau adik secara bersamaan.
Bagi mereka yang berada di posisi ini, gaya hidup slow living adalah pantangan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan situasi dan kondisi yang sedang mereka hadapi saat ini. Berikut empat alasan mengapa seorang sandwich generation enggan menerapkan slow living supaya kamu lebih paham.
1. Tanggung jawab finansial yang gak bisa dihindari

Slow living memang mengacu pada gaya hidup yang santai dan hadir sepenuhnya dalam momen-momen kecil, Tapi seringkali mengesampingkan aspek finansial. Di sisi lain, mereka yang tergolong sandwich generation memiliki tanggung jawab finansial yang gak bisa mereka hindari.
Mulai dari membeli kebutuhan sehari-hari, membayar aneka tagihan, sampai membiayai pendidikan anak atau adik dan hidup orangtua yang mungkin sudah gak produktif lagi adalah kewajiban yang harus ditunaikan sehingga bertahan dalam ritme hidup yang cepat bahkan tergesa-gesa tapi stabil secara finansial adalah keputusan yang paling bijak bagi mereka.
2. Kebutuhan akan uang yang harus dipenuhi dengan segera

Memang benar bahwa uang bukan tolok ukur kebahagiaan seseorang. Tapi kenyataannya, untuk bisa bertahan dalam kehidupan modern yang serba cepat dan serba mahal ini, stabilitas finansial tetap yang paling penting.
Inilah yang menjadi alasan kenapa seorang sandwich generation enggan menerapkan slow living. Dengan banyaknya kepala yang harus dihidupi, tentunya membutuhkan uang dalam jumlah yang banyak dan harus dipenuhi dengan segera. Sedangkan slow living membuat orang-orang yang mereka cintai terjebak dalam kesulitan finansial.
Menerapkan gaya hidup yang santai dan minim tekanan dianggap bisa menurunkan semangat kerja yang tentu saja akan membuat aliran uang untuk memenuhi kebutuhan mereka jadi tersendat.
3. Terjebak fenomena hustle culture

Kamu pasti sudah sering mendengar istilah hustle culture. Istilah ini mengacu pada fenomena seseorang yang bekerja terlalu keras sampai lupa segalanya. Membahas fenomena hustle culture, ternyata masih ada kaitannya dengan orang-orang yang termasuk sandwich generation.
Terjebak fenomena hustle culture menjadi alasan masuk akal kenapa gaya hidup slow living menjadi sesuatu yang haram diterapkan. Mereka percaya bahwa kerja keras tanpa henti adalah jalan satu-satunya membangun pondasi ekonomi keluarga yang aman dan kokoh. Sedangkan jika mereka memilih hidup dengan lebih santai, dikhawatirkan pondasi finansial itu akan goyah bahkan ambruk.
4. Bertanggung jawab penuh atas stabilitas emosional keluarga

Tanggung jawab seorang ujung tombak dalam keluarga bukan cuma soal stabilitas finansial, tapi juga stabilitas emosional. Setiap pilihan yang diambil punya efek domino terhadap kesejahteraan mental anggota keluarga yang bergantung padanya.
Tanggung jawab inilah yang menjadi alasan masuk akal mengapa seorang sandwich generation enggan menerapkan slow living. Memilih untuk menerapkan gaya hidup yang lebih santai dan mindful bisa membuat orangtua khawatir yang mungkin berimbas pada kesehatan fisik mereka. Gak hanya itu, anak atau adik bisa ikut-ikutan stres. Meskipun harus mengorbankan ketenangan jiwa, sebenarnya justru inilah bentuk kedewasaan yang bisa dijadikan teladan, lho!
Menerapkan gaya hidup slow living memang bisa menghadirkan ketenangan karena hidup dengan penuh kesadaran tanpa merasa terburu-buru. Tetapi bagi seorang sandwich generation, enggan menerapkan slow living adalah pilihan yang bijaksana. Mereka adalah orang-orang yang mengemban tanggung jawab finansial dan emosional yang luar biasa besar terhadap orang-orang yang mereka cintai. Menerapkan gaya hidup yang santai dikhawatirkan akan berdampak negatif bagi kelangsungan hidup mereka.