Dalam dunia yang semakin kompetitif, sikap perfeksionis sering dianggap sebagai keunggulan. Seseorang yang perfeksionis biasanya berusaha melakukan segala sesuatu sebaik mungkin, tidak menerima hasil yang biasa-biasa saja. Namun, menjadi perfeksionis juga bisa menjadi bumerang kalau tidak dibarengi dengan sikap realistis. Sering kali, standar yang terlalu tinggi membuat kita kecewa saat kenyataan tak sesuai ekspektasi. Apalagi, sikap perfeksionis cenderung menguras energi dan waktu secara berlebihan untuk detail-detail yang kadang kurang penting.
Sebenarnya, gak ada yang salah dengan menjadi perfeksionis, tapi hal itu perlu dibarengi sikap realistis agar kita tetap bisa menikmati proses tanpa terjebak dalam tekanan yang gak perlu. Dengan keseimbangan tersebut, kita bisa fokus pada tujuan dan hasil yang lebih bermakna. Nah, yuk kita bahas empat alasan kenapa bersikap realistis sama pentingnya dengan tetap mempertahankan kualitas sebagai perfeksionis!