Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Penyebab Self Blaming, dari Mencari Validasi Juga Over Perfeksionis

ilustrasi menyalahkan diri sendiri (unsplash.com/Yosi Prihantoro)

Self blaming adalah kondisi dimana menganggap dirinya sebagai penyebab dari masalah atau kejadian negatif, bahkan di situasi yang sebenarnya tidak menjadi tanggung jawabnya. Secara singkatnya, self blaming bisa dikatakan sebagai suatu kondisi menyalahkan diri sendiri. 

Ada beberapa hal yang perlu kita kenali dan waspadai agar terhindar dari self blaming. Berikut lima penyebab dari adanya self blaming.

1. Over perfeksionis dan mencari validasi

Ilustrasi bekerja (unsplash.com/Sebastian Herrmann)

Mungkin sikap perfeksionis ini bisa dibilang salah satu hal yang harus dibenci. Sebisa mungkin kita hindari. Buat apa kita berusaha perfeksionis di depan orang lain jika sebenarnya itu hanyalah kerjaan yang sia-sia?

Ya, jika mereka juga beranggapan sama dengan kita. Jika tidak, bukankah itu hal yang melelahkan? Bahkan bisa membuang tenaga juga karena terlalu memikirkan strategi bagaimana agar terlihat sempurna di mata orang lain.

Oleh karena itu, belajarlah untuk menjadi diri versi kita sendiri, bukan orang lain. Abaikan tanggapan-tanggapan dari orang lain jika hanya membawa dampak negatif untuk kita.

2. Kecewa berlebih

ilustrasi kecewa (unsplash.com/Francesco Moreno)

Wajar jika keadaan tidak selamanya sesuai harapan karena memang bukan manusia yang mengatur jalannya kehidupan. Namun, seringkali kita sebagai manusia tidak menyadari hal tersebut. Tak jarang, kita menjadi korban dari kekecewaan diri sendiri.

Alhasil, yang dilakukan hanya menyalahkan diri sendiri dan selalu menganggap kita lah dalang dari keadaan yang mengecewakan. Padahal, alur kehidupan sudah ada yang mengatur.

Kita sebagai manusia cukup menjalankan tugas penghambaan saja tanpa mengatur strategi untuk kehidupan yang bahagia selamanya, karena hidup itu seimbang tak selamanya bahagia maupun sedih. Untuk itu jangan terlalu kecewa dan belajarlah untuk mensyukuri keadaan juga.

3. Kurangnya self love

Ilustrasi self love (unsplash.com/Raychan)

Seringkali kurangnya self love menjadi pemicu dari adanya self blaming. Hal itu karena tidak ada rasa menghargai dan memahami terhadap diri sendiri. Tak jarang bahwa kurangnya self love ini membuat kita benci dengan diri sendiri sehingga ketika keadaan tidak sesuai dengan harapan, sikap menyalahkan diri sendiri akan muncul.

Untuk itu cintailah diri kita sendiri sebab jika bukan kita sendiri yang mencintai, maka siapa lagi?

4. Kritikan Eksternal

ilustrasi diskusi (unsplash.com/ Mimi Thian )

Perlu disadari bahwa dunia dipenuhi dengan berbagai macam karakter manusia. Ada yang suka mengkritik orang, netral, dan lain sebagainya.

Nah kritikan eksternal inilah yang kerap kali melahirkan self blaming. Mengapa? Karena pada kenyataannya kritikan eksternal sangat berpengaruh, terlebih lagi kritikan buruk atau kritikan yang sulit untuk kita terima. Kritikan itulah yang sering membuat kita menyalahkan diri sendiri entah menganggap sebagai seorang yang bodoh, tidak bejus, tidak bisa diandalkan, dan sebagainya. 

That's why, sudahilah menyalahkan diri sendiri hanya karena kritikan. Jadikanlah kritikan orang lain sebagai pembelajaran, penyemangat untuk berbenah, dan pendorong untuk self love. Ingatlah, kita ini manusia bukan eksekutor harapan manusia di luar sana. Semangat!

5. Perasaan bersalah

Ilustrasi perasaan bersalah (unsplash.com/Sean Boyd)

Finally, penyebab self blaming adalah perasaan bersalah. Hal sepele atau kesalahan kecil jika kita menganggapnya sebuah kesalahan besar dan kita dalang di balik situasi itu maka kita hanya menganggap sebagai sosok yang tidak bejus, menyusahkan bahkan menyakiti orang lain. Padahal, kesalahan merupakan hal yang tidak bisa lepas dari manusia.

Jadi, tidak perlu berlebihan dalam merasa bersalah dengan diri sendiri karena hal itu hanya menghambat proses 'grow up' kita.

Untuk itu, yuk jangan sampai kita jadi korban dari diri sendiri. Berikanlah treatment untuk mental kita sendiri. Cintailah kita sendiri karena diri sendiri adalah kendaraan yang kita tumpangi dan mental (ego) kita lah yang menyopirnya. Kalau mental kita rusak, bagaimana kita bisa mengendalikan atau mengarahkan kendaraan yang kita tumpangi(?)

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tika Nur Hasanah
EditorTika Nur Hasanah
Follow Us