Profil Denica Riadini-Flesch, Founder & CEO SukkhaCitta (dok. SukkhaCitta)
Sebagai seseorang yang mendapat gelar di bidang ekonomi, Denica punya motivasi awal yang unik untuk bergelut di industri fashion. Salah satu dorongan terbesarnya ada pada pertemuannya dengan ibu-ibu di pedesaan.
"98 persen perempuan yang membuat pakaian kita, gak dapat menghasilkan cukup uang untuk menghidupi keluarga mereka, yang membuat aku semakin menyadari betapa besarnya pengaruh pilihan kita dalam kehidupan orang lain," ungkapnya.
SukkhaCitta mulai berdiri pada tahun 2016 dengan visi utama untuk memberi akses yang adil ke pendidikan dan pasar kepada perempuan di pedesaan. Mereka juga berupaya untuk memproduksi pakaian yang ramah lingkungan. Contohnya dengan memperkenalkan pewarna alami serta menanam kapas secara regeneratif.
Ia menambahkan, "Aku melihat secara langsung dampak buruk bahan kimia yang digunakan untuk membuat pakaian kita, di mana sungai-sungai berubah warna mengikuti warna tren koleksi fashion terbaru."
Unit usaha sosial yang berkonsentrasi di bidang fashion ini, gak hanya mengubah kehidupan para perempuan pengrajin serta petani kecil di pedesaan Indonesia, namun telah mendapat beberapa penghargaan. Seperti 'Leadership Award for Sustainable Fashion - Winner | Common Objective (2022)' serta 'Forbes 30 Under 30 | Forbes Asia (2019)'.
Sampai saat ini, sudah ada lebih dari 1.482 keluarga pengrajin dan petani yang terlibat. Di studio SukkhaCitta yang berlokasi di Tangerang, ada 7 anggota tim yang membantu proses operasional.
"SukkhaCitta biasanya mengangkat cerita dari setiap desa. Contohnya, koleksi Seribu Bunga kami terinspirasi dari bunga jasmine yang banyak tumbuh di desa Gesikharjo," ujar alumnus Erasmus Universiteit Rotterdam ini.