Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perjalanan Spiritual Vidi Aldiano, Bermula Ibadah karena Takut Hukuman

potret Vidi dan Habib Jafar di acara Login (youtube.com/corbuzier)
potret Vidi dan Habib Jafar di acara Login (youtube.com/corbuzier)

Baru-baru ini Vidi Aldiano menjadi bintang tamu dalam acara Login yang dipandu oleh Habib Jafar dan Onad. Login sendiri merupakan sebuah acara yang berisikan tentang Islam dengan berbagai sudut pandang yang ada.

Selama berada di Login, Vidi banyak bercerita terkait perjalanan spiritualnya. Yakni, perjalanan Vidi dari yang awalnya Islam secara formalitas hingga kini bisa merasakan keimanan Islam di hatinya. Berikut sederet prosesnya.

1. Ibadah salat awalnya dilakukan untuk menghindari hukuman

potret Vidi dan Habib Jafar di acara Login (youtube.com/corbuzier)
potret Vidi dan Habib Jafar di acara Login (youtube.com/corbuzier)

Vidi mengakui bahwa ia besar di bawah pengaruh ibunya yang ketat akan keislamannya. Setiap hari, ibadah salat yang dijalankan Vidi bukan atas dasar ketergerakan dirinya sendiri. Melainkan atas dasar dorongan dari sang ibu.

Alhasil, Vidi merasa ibadah salat hanya untuk menyenangkan hati ibunya. Pun menghindari hukuman dari ibunya ketika tidak menjalankan ibadah salat. Hingga ketika beranjak dewasa punishment itu jadi semakin kompleks.

Yakni, munculnya pemikiran bahwa saat tidak salat bukan hanya dimarahi sang ibu, tetapi juga bisa masuk neraka. Oleh karena pemahaman yang didapatkan bahwa neraka itu sangat pedih, akhirnya Vidi beribadah salat untuk menghindari punishment tersebut.

2. Menjadi sosok SJMJ (salat jalan maksiat jalan)

potret Vidi dan Habib Jafar di acara Login (youtube.com/corbuzier)
potret Vidi dan Habib Jafar di acara Login (youtube.com/corbuzier)

Waktu semakin berjalan, dengan kondisi ibadah sebagai formalitas, pun salat untuk menghindari punishment. Cerita Vidi ini dideskripsikan oleh Habib Jafar bak SJMJ atau salat jalan, tapi maksiat juga jalan.

Secara lebih kompleks, Habib Jafar menjelaskan bahwa sesungguhnya orang beriman itu sadar bahwa Tuhan melihat segala sikap dan tindakannya, meski tidak kasat mata. Dengan begitu, maka secara otomatis ia tidak ingin berbuat maksiat.

Berbeda halnya dengan Vidi yang saat itu merasa Tuhan tidak bisa dilihat secara nyata. Sehingga, salat dijalankan untuk menghindari punishment. Terapi berbagai larangan agama Islam tanpa sadar juga terkadang masih dilakukan.

3. Semakin menggunakan logika, Tuhan makin terasa jauh

potret Vidi dan Habib Jafar di acara Login (youtube.com/corbuzier)
potret Vidi dan Habib Jafar di acara Login (youtube.com/corbuzier)

Semakin dewasa, Vidi merasa perlu menggunakan logikanya untuk menentukan agama yang terbaik. Jadi, bukan hanya beragama atas dasar ia lahir dan dibesarkan dari keluarga dengan agama yang seperti apa.

Berangkat dari pemikiran yang ada, akhirnya Vidi mempelajari berbagai macam agama. Hingga ia menyadari satu hal, yakni semakin logikanya penuh, makin Tuhan terasa jauh.

Pada saat itu Vidi mengakui bahwa hanya logika yang ia isi, tapi tidak dengan hatinya. Puncaknya, logika membawa Vidi pada kebingungan dan berakhir tak ada satu pun agama yang meyakinkannya. Hingga Vidi pun merasa agnostik, yakni meragukan keberadaan Tuhan.

4. Keimanan tumbuh saat sadar ada momen yang solusinya hanya bersandar pada super power Tuhan

potret Vidi dan Habib Jafar di acara Login (youtube.com/corbuzier)
potret Vidi dan Habib Jafar di acara Login (youtube.com/corbuzier)

Keimanan Vidi akan agama Islam mulai tumbuh ditandai dengan keberadaannya di Singapura untuk menjalankan operasi pengangkatan ginjal pada akhir 2019 lalu. Di situ, Vidi merasa bahwa hidup dan mati, pun sehat dan sakit itu tak bisa menggunakan logika. 

Vidi menyadari bahwa ada kekuatan super yang berada di luar logika, di luar rasionalitas, yakni Tuhan. Seketika, Vidi salat dengan begitu khusyuk dan merasakan bahwa ada sosok yang memeluknya. 

Ya, Vidi merasakan ketenangan dalam salatnya. Hal ini membawa Vidi menyadari bahwa salat bukan hanya kewajiban, melainkan ungkapan rasa syukur atas hidupnya. Syukur karena masih bisa bernafas, tertawa, ketemu orang-orang hebat, dan berbagai kecukupan lainnya.

Pada akhirnya, kanker ginjal yang dialami Vidi dianggapnya sebagai jembatan untuk punya koneksi dengan Tuhan. Pun menjadi titik temu akan keyakinan Vidi akan keimanan Islam yang begitu menenangkan hatinya. Wah, luar biasa sekali, ya. Semoga lekas sembuh untuk Vidi!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Melinda Fujiana
EditorMelinda Fujiana
Follow Us