Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak suka belajar
ilustrasi anak suka belajar (pexels.com/RDNE Stock project)

Intinya sih...

  • Jangan menganggapnya aneh

  • Anak yang suka belajar tidak aneh atau abnormal

  • Jangan membebani anak dengan label negatif

  • Ingatkan diri untuk tidak stres menyuruh anak belajar

  • Kasih fasilitas agar keingintahuannya terpuaskan

  • Siapkan sumur ilmu yang selalu dapat ditimba oleh anak

  • Belanja buku, alat peraga, dan berlangganan konten edukasi

  • Fasilitasi potensi terbaiknya agar berkembang

  • Tetap didorong bergaul dan melakukan aktivitas lain sesuai minat

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tak sedikit orangtua yang mengeluhkan anaknya malas belajar. Anak sudah didorong seperti apa pun tetap saja lebih suka main dengan teman, menonton televisi, atau bermain gadget. Anak juga gak takut ketika dimarahi orangtua.

Hal sebaliknya terjadi pada anakmu. Ia tanpa disuruh pun punya ketertarikan yang besar buat belajar. Bahkan sebelum anak bersekolah sudah menunjukkan tanda ini. Dia mudah tertarik dengan buku atau alat peraga. Tampaknya kamu punya anak yang suka belajar karena sangat suka memperhatikan buku dan alat peraga, meski belum memahaminya.

Bila kamu mengajarinya ini itu, dia tahan menyimak tanpa perhatian teralihkan ke hal-hal lain. Segera setelah anak mampu membaca, kegemarannya belajar makin terlihat. Malah keinginan belajarnya lebih tinggi daripada bermain. Bagaimana cara yang tepat untuk menyikapinya?

1. Jangan menganggapnya aneh

ilustrasi membaca (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Soal aneh dan tidak banyak dipengaruhi oleh apa yang biasa dilihat atau diketahui olehmu. Seperti kamu melihat banyak anak sepantar anakmu bermain tak kenal waktu. Maka kesukaan anak terhadap aktivitas belajar menjadi tampak aneh bahkan gak normal.

Namun jangan sekali pun dirimu melabeli atau menyebutnya aneh dan abnormal. Kalau anak dilabeli demikian, ia akan terbebani. Dia merasa buruk seolah-olah selalu melakukan hal yang tidak seharusnya.

Tidak masalah anakmu berbeda dari anak-anak lain. Apalagi perbedaannya masih hal yang positif. Ingat-ingat orangtua yang sampai stres menyuruh anaknya agar rajin belajar. Sementara anakmu tanpa disuruh pun justru sudah berinisiatif mengambil buku dan mempelajarinya.

2. Kasih fasilitas agar keingintahuannya terpuaskan

ilustrasi anak suka belajar (pexels.com/MART PRODUCTION)

Anak yang suka belajar seperti makan dengan lahap. Isi piringnya akan cepat habis dan ia masih lapar. Dia perlu tambahan makanan. Begitu pula anakmu dan antusiasmenya yang tinggi untuk menimba ilmu.

Orangtua harus siap menyediakan sumur ilmu yang selalu dapat ditimba oleh anak. Belanja buku, alat peraga, berlangganan konten edukasi, dan sebagainya harus masuk dalam kebutuhan rutin. Bila anakmu sudah siap diasah, kamu dan pasangan pun mesti menyiapkan batu asah yang bagus.

Jangan tidak memfasilitasinya yang bikin potensi terbaiknya gak berkembang. Anak mungkin tak keberatan membaca ulang bukunya. Akan tetapi, selalu ada buku baru lebih baik buat memperluas pengetahuannya.

3. Tetap didorong bergaul dan melakukan aktivitas lain sesuai minat

ilustrasi bermain bola (pexels.com/Thirdman)

Barangkali kamu mencemaskan tentang keseimbangan dalam kehidupan anak. Dirimu dan pasangan bukannya gak senang punya anak yang rajin belajar. Akan tetapi, bagaimana bila anak menjadi terlalu asyik sendiri dengan dunianya?

Permainan dan pergaulan dengan teman sebaya seperti kurang menarik minatnya. Dia terus belajar serta banyak diam. Meski belajar bukan hal buruk, orangtua memang perlu mengarahkan anak pada kehidupan yang lebih seimbang walau tidak persis.

Ajak anak untuk sesekali berada di antara kawan-kawan sebayanya di luar situasi belajar kelompok. Anak juga bisa diminta mengikuti setidaknya satu kegiatan non-akademik. Seperti ia ikut kegiatan olahraga atau seni. Biarkan anak memilih sendiri apa yang menurutnya menarik buat selingan belajar.

4. Mungkin butuh guru les lebih banyak daripada anak lain

ilustrasi anak suka belajar (pexels.com/Jena Backus)

Dengan kesukaan belajar yang tinggi, tentu baik kamu maupun pasangan gak punya cukup waktu buat mendampingi anak. Sementara membaca buku sendiri juga dapat memunculkan lebih banyak pertanyaan di benak anak. Dia lebih kritis daripada anak-anak sepantarnya.

Atau, terdapat materi yang sukar dipahaminya sendiri. Kamu perlu menyiapkan guru les sebanyak kebutuhan anak. Sesuaikan jumlah guru les dengan mata pelajaran yang paling diminatinya. Juga buat mapel (mata pelajaran) yang nilainya agak kurang meski ia sudah berusaha mempelajarinya.

Anak lain barangkali diajak les ke satu guru saja ogah-ogahan. Namun, anakmu akan menyambutnya dengan gembira. Ia menjadi punya teman belajar yang tahu lebih banyak darinya dan dengan senang hati mau berbagi ilmu.

5. Jangan malu mengakui ketidaktahuanmu dan mendengarkan anak

ilustrasi anak suka belajar (pexels.com/Timur Weber)

Anak yang belajar lebih banyak tentu akan banyak tahu juga. Terkadang dia senang menguji pengetahuan kedua orangtua dengan bertanya ini itu. Bukan karena ia benar-benar ingin tahu, melainkan seakan-akan mengajakmu bermain tebak-tebakan terkait ilmu pengetahuan.

Lengkap dengan permintaan agar kamu menjelaskan jawabanmu. Dirimu atau pasangan sebaiknya tak menghadapi pertanyaan anak ini dengan sikap sok tahu. Apalagi mengeyel dengan pendapat kalian dan menyebut anak yang salah.

Bahkan buku bacaannya disebut ngawur. Akui saja bila ada hal-hal yang tidak diketahui oleh kalian. Tanyakan pada anak apa yang benar dan dengarkan penjelasannya. Kalian bisa bersama-sama mengecek kebenaran penjelasan tersebut dari berbagai sumber.

Bila anak ternyata salah, kalian telah belajar bareng. Jika ia betul, kasih apresiasi seperti pujian. Kepandaian anak jangan coba dikalahkan orangtua hanya bermodalkan sikap malu mengakui kesalahan dan ketidaktahuan di hadapannya.

Meski punya anak yang suka belajar menjadikannya sosok yang lebih mandiri dalam menimba ilmu, bimbingan orangtua tetap diperlukan. Supaya orangtua tahu betul minat anak dan dapat membantunya agar berprestasi. Hindari menggembosi semangat belajar anak sekalipun dulu kamu dan pasangan tak setekun dia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team