Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sumber Gambar: onlybackground.com

Sejak kecil, kita diajarkan untuk menjadi yang terbaik. Orang tua, guru, dan lingkungan menginginkan dan mendorong kita untuk mencapai posisi puncak. Hingga dewasa, hal ini kita bawa ke dalam alam bawah sadar kita dan mempengaruhi kita tiap kali bertindak, berperilaku, dan berkompetisi.

Ketika menjadi terbaik dalam suatu hal, kita menyandang sebuah gelar dengan awalan 'ter-'. Terkaya, terhebat, terkeren. Menyandang gelar ini tidaklah salah, tapi terkadang perlu kita coba lihat bahwa gelar 'ter-' tidak hanya berarti 'terbaik', tetapi ada juga 'terlalu' yang menyertainya. Dan sejujurnya, 'terlalu' ini  malah dapat merugikan. Mengapa demikian? 
    
1. Kita dituntut oleh lingkungan untuk berperilaku sesuai 'ter-' yang kita sandang.

Ketika kita mencapai posisi 'ter-', kita punya tanggung jawab lebih dalam menjalani suatu hal. Misalnya ketika kita menjadi pimpinan perusahaan, jabatan yang dipandang terhormat. Namun di balik itu, ada tanggung jawab lebih besar yang wajib kita pikul demi berjalannya perusahaan secara keseluruhan. Begitu juga dengan menjadi figur dengan gelar terpopuler, terpintar dan sebagainya.

Editorial Team

Tonton lebih seru di