Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret Reza Riyady di Klungkung, Bali
potret Reza Riyady di Klungkung, Bali (Instagram.com/rezariyadyid)

Di balik gemerlap pariwisata Bali dan panoramanya yang memesona, terdapat kisah pilu yang jarang tersorot. Krisis air bersih yang terjadi di Desa Ban, Karangasem, Bali, di mana warga harus menimba air dari sumber yang jauh dan sulit dijangkau. Bahkan medan terjal akan ditempuh masyarakat sekitar, hanya demi satu ember berisi air bersih.

Gak jarang pula masyarakat di sana hanya bisa pasrah dan menunggu hujan, sebagai jalan keluar. Kondisi ini menggugah hati seorang perawat muda, Reza Riyady Pragita, mencetuskan SAUS (Sumber Air untuk Sesama). Lewat SAUS, Reza gak hanya ingin mengalirkan air, tetapi juga memberi harapan dan keadilan sosial.

Sejak awal program ini diinisiasi bukan dengan modal besar, melainkan dari kepedulian, niat baik, dan tekad kuat untuk memberdayakan masyarakat Desa Ban, agar bisa mengakses air bersih secara mandiri. Berkat SAUS, Reza pun berhasil menjadi pemenang SATU Indonesia Award 2022. Kira-kira, bagaimana kisah menarik Reza dalam menjalankan program ini? Yuk, simak kisah inspiratifnya di bawah ini!

1. Krisis air yang terjadi di Bali Timur merupakan wujud ironi daerah pariwisata

potret warga di Desa Ban. (Instagram.com/rezariyadyid)

Bali sering dipromosikan sebagai daerah indah, dengan pantai cantik dan hotel mewah, tapi cerita seperti di Desa Ban jarang terdengar. Warga di sana harus jalan jauh dan menanjak, hanya untuk mendapatkan air yang menjadi kebutuhan paling utama. Mereka menghabiskan tenaga, waktu, bahkan uang hanya untuk sesuatu yang harusnya mudah didapat.

Demi mendapatkan satu jerigen air, warga Desa Ban menempuh perjalanan hingga 5 kilometer. Kondisi ini bahkan membuat kesehatan warga sering terganggu, terutama anak-anak yang rentan dehidrasi. Situasi ini membuat Reza semakin memahami bahwa, masalah air bukan sekadar fasilitas, tapi menyangkut martabat manusia. 

“Ibu-ibu itu harus memasukkan air ke jerigen, berdrum-drum, terus mendorongnya dengan jarak berkilo-kilo meter,” terang Reza Riyady saat menggambarkan perjuangan warga Desa Ban dalam mendapatkan air sehari-harinya.

2. Cerita awal mula tercetusnya SAUS

Kondisi Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, Bali. (Instagram.com/rezariyadyid)

Reza Riyady, yang sehari-hari bekerja sebagai perawat di RSUD Klungkung Bali, melihat penderitaan warga Desa Ban akhirnya merasa terpanggil untuk membantu. Inspirasi terbesarnya melakukan aksi ini datang dari sang ibu, tempat ia belajar tentang kepedulian. Reza membayangkan bagaimana kalau hal ini terjadi pada ibunya, pasti sebagai anak ia harus berbuat sesuatu.

“Perempuan-perempuan di sana hebat banget, mereka punya tugas mulai gak cuma mendidik anak tetapi juga harus menjaga stabilitas finansial keluarga. Belum lagi ditambah tuga berat di desa mereka, yaitu kekurangan air,” ujar Reza.

Dan gak hanya untuk membantu warga, Reza juga melakukan pendekatan jangka panjang. Mula-mula ia mengajak warga untuk musyawarah, merencanakan program, lalu menciptakan solusi bersama melalui komunitas Bali Tersenyum ID, hingga akhirnya tercetuslah program SAUS. Reza bahkan membangun hubungan dengan warga setempat, agar dianggap sebagai teman dan tempat bertukar cerita.

3. Tantangan pertama Reza dalam menggalang dana

Kondisi Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, Bali. (Instagram.com/rezariyadyid)

Mendirikan SAUS bukanlah hal mudah, sebab saat awal kampanye donasi di platform seperti Kitabisa.com, target yang diinginkan gak langsung tercapai. Donasi yang didapat hanya menyentuh angka sekitar Rp2,8 juta. Reza pun sempat merasa putus asa, mempertanyakan apakah niat baiknya bisa benar-benar terwujud. 

Namun, dia terus menyuarakan program itu ke jaringan pertemanan dan media sosial, berharap ada yang tergerak hatinya. Usaha dan kegigihannya untuk memperjuangkan hak warga Desa Ban pun membuahkan hasil, ada bantuan dari seseorang yang baik asal Medan, Sumatera Utara, yang memberikan dana sebesar Rp28 juta. Dengan total uang yang sudah terkumpul, target untuk membuat bak penampungan air di Desa Ban bisa dilakukan.

"Yang bikin saya syok, orang baik asal yayasan ini bilangnya cuma mau kasih Rp6 juta. Ternyata mereka ngasih Rp28 juta," terang Reza berbinar-binar, saat menceritakan pengalaman gak terduga itu. Perasaannya yang sempat down pun, kembali bangkit dan semangat melanjutkan program SAUS.

4. Kolaborasi dengan warga setempat untuk menyukseskan program

Warga Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, Bali. (Instagram.com/rezariyadyid)

Reza menekankan prinsip CAP (Community As Partner) dalam program SAUS ini. Warga desa gak hanya menjadi penerima bantuan, tetapi menjadi bagian aktif dalam proses pembangunan. Selain ikut dalam tahap perencanaan, warga di dasa juga harus membantu dalam pembangunan bak penampungan, pemasangan pipa, dan sistem distribusi air.

Partisipasi ini memperkuat rasa kepemilikan komunitas terhadap program SAUS dan mendorong keberlanjutan karena masyarakat merasa bertanggung jawab atas hasilnya. Sebenarnya selain program menyediakan air bersih untuk masyarakat, Reza juga sempat ingin melakukan bedah rumah warga. Namun, warga di sana lebih membutuhkan ketersediaan air bersih, yang dekat dengan pemukiman warga agar gak perlu lagi jalan berkilo-kilometer.

5. Dampak nyata yang dirasakan warga desa Ban

Keseharian Reza sebagai perawat di RSUD Klungkung. (Instagram.com/rezariyadyid)

Sejak SAUS diresmikan pada Januari 2020, perubahan mulai terasa. Pada saat peresmian, air mengalir deras ketika keran dibuka dan momen ini menjadi simbol harapan bagi warga di sana. Kesehatan masyarakat juga membaik, angka dehidrasi dan diare terutama pada anak-anak menurun, karena akses air bersih yang lebih mudah dan terjangkau. 

Reza juga menyimpan harapan, agar masyarakat Desa Ban bisa mengelola usaha air sendiri. Misalnya, ke depannya ada perusahaan air mineral lokal, sebagai langkah pemberdayaan ekonomi jangka panjang. 

“Saat itu saya ngerasain sendiri, air yang keluar dari keran yang kita putar betapa segarnya. Terus pada hari peresmian kan turun hujan, kalau filosofi orang Bali, apabila kita sedang melakukan sebuah kebaikan dan ada hujan, berarti alam semesta merestui kita,” terang Reza dengan nada bahagia.

Kisah Reza Riyady dan program SAUS di Desa Ban adalah bukti bahwa satu individu dengan kepedulian dan tekad, bisa membawa perubahan besar dalam kehidupan. Lewat pendekatan kolaboratif dan pemberdayaan lokal, SAUS bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan simbol harapan dan kemandirian. Lebih dari sekadar mengalirkan air, Reza mengalirkan rasa percaya bahwa setiap orang pantas mendapat hak dasar seperti akses air bersih.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team