"Kenapa saya terjun di masyarakat karena asuhan keperawatan itu lebih dari merawat orang yang sedang sakit, tetapi juga bertajuk kepada kebutuhan dasar manusia. Bagaimana mereka bisa memenuhi kebutuhan hidup sehatnya jika kebutuhan dasarnya saja, seperti air, tidak terpenuhi?" ucap Reza ketika menjadi pembicara dalam Workshop Menulis Online dan Bincang Inspiratif Astra bersama IDN Times pada Selasa, 21 Oktober 2025.
Setetes Air, Sejuta Harapan: Kisah Inspiratif Reza Riyady di Desa Ban

Hamparan pasir yang halus, debur ombak pantai yang menenangkan, dan senyum hangat penduduk lokal membuat Bali seperti "rumah" bagi siapa pun yang datang. Pulau Dewata ini memang tak pernah kehabisan keindahannya. Hal inilah yang menjadikannya destinasi impian bagi jutaan wisatawan.
Namun, di balik panorama yang memanjakan mata itu, ada sisi Bali yang jarang tersorot dari lensa kamera. Di wilayah-wilayah pedalaman, beberapa desa terpencil justru berjuang menghadapi krisis air bersih. Ini yang dirasakan Desa Ban, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali.
Warga di sana bangun pagi bukan untuk menikmati indahnya mentari pagi, melainkan mencari setetes air demi menyambung kehidupan. Reza Riyady pertama kali menyaksikan kontras itu sebagai sebuah tamparan. Ia melihat bagaimana sebuah pulau yang keindahannya begitu diagungkan dunia masih menyimpan cerita getir tentang krisis air. Dari sinilah, ia memulai langkah kecilnya menjadi sebuah gebrakan yang begitu berarti bagi banyak orang.
Bersama Bali Tersenyum ID, Reza begitu bersemangat merintis sebuah program bernama Sumber Air untuk Sesama (SAUS), sebuah gagasan yang diharapkan dapat mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi masyarakat Desa Ban. Penulis mendapat kesempatan untuk berbincang langsung dengan sosok inspiratif Reza Riyady Pragita sebagai penerima 13th SATU Indonesia Awards 2022 tingkat provinsi di bidang kesehatan. Berikut kisah perjuangan Reza mengalirkan harapan ke Desa Ban melalui setetes air yang mengubah segalanya!
1. Langkah kaki yang mengantarkan Reza ke masalah sesungguhnya

Sebelum menjejakkan kakinya di Desa Ban, Reza Riyady merupakan seorang tenaga medis yang memandang profesinya lebih dari sekadar merawat pasien yang sedang sakit. Oleh karena itu, sebagai wujud cintanya terhadap keperawatan, ia berusaha untuk hadir dalam empat dimensi, yaitu preventif (pencegahan), promotif (promosi), kuratif (pengobatan) dan kolaboratif. Keyakinan inilah yang membuatnya mencari ruang bagaimana perannya bisa benar-benar memberikan dampak.
Pada akhirnya, semua prinsip itu menemukan maknanya ketika ia pertama kali datang ke Desa Ban. Mulanya, ia pergi ke sana untuk sekadar berlibur di daerah Bali timur. Namun, justru dari sinilah, ia menemukan kenyataan yang jauh dari bayangannya: air bersih bak "permata" yang sulit didapatkan.
Momen yang benar-benar membuka matanya ketika ia melihat para perempuan di sana sedang mengisi air ke dalam jeriken demi keluarga yang menunggu di rumah. Perjalanan untuk mendapatkan air pun membutuhkan jarak sekitar 5 kilometer jauhnya. Akses jalannya pun kurang memadai. Masalah krisis air bersih kian pelik ketika Desa Ban menghadapi musim kemarau.
Meski setiap tahunnya Desa Ban mendapatkan bantuan pasokan air bersih dari pemerintah sebanyak 10 ribu liter melalui truk tangki, jumlah ini tentu masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seluruh warga. Akibatnya, penduduk desa di sana belum bisa menerapkan PHBS karena terbatasnya akses air bersih. Berangkat dari kondisi tersebut, Reza menyadari bahwa kebutuhan dasar seperti air tidak seharusnya menjadi kemewahan yang hanya bisa dinikmati sesekali.
2. Bersama warga setempat, Reza menemukan jalan untuk akses air bersih

Awalnya, sebagai dampak dari letusan Gunung Agung, Reza merencanakan program bedah rumah mengingat banyak tempat tinggal yang sudah tidak layak. Namun, saat melihat langsung kondisi di Desa Ban, ia menyadari bahwa kebutuhan warga akan ketersediaan air bersih lebih mendesak. Bersama komunitas Bali Tersenyum ID, pria yang memiliki senyum hangat ini turut serta mengajak masyarakat untuk berkolaborasi memecahkan masalah tersebut.
Sejak awal digagasnya program SAUS, Reza bersama komunitas Bali Tersenyum ID sudah lebih awal melakukan pendekatan community as partner (CAP). Ia tak hanya memandang masyarakat sebagai objek asuhan keperawatan, tetapi juga mengajak mereka untuk dapat menemukan solusi secara mandiri. Dalam wawancara, ia juga menyebutkan tak pernah memberikan "janji surgawi" ke penduduk desa untuk menjaga harapan tetap realistis dan menghindari kesalahpahaman.
"Apa permasalahan di sini yang bisa kami bantu? Ternyata, masyarakat menginginkan akses air bersih yang lebih dekat dan mudah. Karena program bedah rumah sudah sering didapatkan dari pemerintah pusat," tutur Reza Riyady.
Setelah berdiskusi panjang, Reza dan warga menyadari masalah utama yang bisa mereka pecahkan bersama. Pertama, sulitnya akses air bersih bagi masyarakat Desa Ban untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Warga harus menempuh berkilo-kilo meter untuk mendapatkan air. Perjalanan ini tentu melelahkan, terutama bagi para perempuan.
Kedua, harga air bersih yang cukup mahal jika warga ingin akses air yang mudah. Bayangkan saja, harga untuk satu jeriken air mencapai Rp100 ribu, jumlah yang memberatkan banyak keluarga. Kondisi inilah yang membuat mereka kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dari kesadaran itu, Reza mengajak warga untuk merancang rencana bersama, salah satunya membangun bak penampung yang nantinya akan dihubungkan dengan sumber air terdekat.
3. Tetes demi tetes, Reza berusaha dan bekerja keras mengalirkan air di Desa Ban

Mewujudkan program SAUS di Desa Ban tentu bukan suatu hal yang mudah. Reza bersama komunitas Bali Tersenyum ID dan warga sekitar memulai langkah mereka dengan survei ke lokasi sumber air terdekat. Kegiatan ini menjadi dasar bagi seluruh proses pembangunan agar nantinya bermanfaat bagi semuanya.
"Kita diajak warga ke sumber air terdekat. Aksesnya enggak bisa dilalui oleh motor. Jadi, kita harus jalan kaki. Saat itu, saya sampai luka-luka karena jatuh. Jalannya itu benar-benar setapak," ujar Reza
Setelah memastikan kualitas air layak pakai, Reza memulai kampanye penggalangan dana melalui platform donasi seperti Kitabisa. Tak hanya teman-teman dan warga setempat, kampanye ini juga mendapatkan banyak dukungan publik, termasuk seleb koki Farah Quinn yang turut berpartisipasi. Dukungan inilah yang membuat program SAUS dikenal luas dan membantu mempercepat proses pembangunan bak penampung air di Desa Ban.
Dengan dana yang sudah terkumpul, Reza mengajak masyarakat untuk terlibat langsung dalam pembangunan bak penampung air. Ini mulai dari penggalian tanah, pemasangan pipa, hingga pembangunan infrastruktur bak penampungan. Keterlibatan warga secara langsung diharapkan dapat menumbuhkan rasa kepemilikan dan kesadaran akan pentingnya menjaga sumber air.
4. Di tengah keterbatasan, tekad dan semangat Reza mengalir lebih kuat

Di balik senyum hangatnya, tantangan terbesar Reza dalam menjalankan program SAUS justru berasal dari dalam dirinya sendiri. Ia tak menampik bahwa rasa lelah, cemas, dan takut gagal sempat menggerogoti tekad serta komitmennya kala itu. Apalagi, dana yang terkumpul dari platform donasi hanya sebesar Rp 2,8 juta, yang jauh dari target awal.
Reza sempat merasa bingung karena dana tersebut belum mencukupi untuk membangun bak penampungan air di Desa Ban. Meski begitu, bayangan masyarakat Desa Ban yang harus menempuh perjalanan jauh demi setetes air kembali memantik semangatnya. Ia terus meyakinkan dirinya bahwa niat baik dari hati pasti akan menemukan jalannya.
Harapan dan doa Reza akhirnya terjawab ketika ia dihubungi oleh seorang dermawan dari Medan, Sumatra Utara, yang bersedia mengulurkan bantuan. Meski penggalangan dana di Kitabisa telah selesai, orang tersebut tetap ingin berdonasi demi berjalannya program SAUS tersebut. Bantuan tersebut bahkan mampu menutupi kekurangan dana dan membuat pembangunan bak penampung air berjalan lancar.
Berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak, pembangunan bak penampung air akhirnya rampung pada Januari 2020. Momen itu menjadi bukti nyata bagi Reza dan banyak orang bahwa niat baik dari hati akan sampai pula ke hati. Dari titik inilah, semangat dan tekad Reza dalam menjalankan program SAUS semakin kuat. Tak hanya itu, masyarakat Desa Ban juga melihat wujud aksi nyata akan akses air bersih yang lebih mudah dijangkau.
5. Ketika air bersih memberikan makna yang lebih berarti dari sekadar kebutuhan

Siapa yang menyangka jika akses air bersih yang kini terjangkau di desa Ban memberikan begitu banyak makna. Kini, warga desa tak perlu lagi harus menempuh perjalanan jauh ataupun merogoh kantong yang dalam demi mendapatkan air sehari-hari. Kehadiran bak penampungan membuat kehidupan para penduduk menjadi lebih mudah.
Lebih dari itu, program SAUS turut serta menumbuhkan kesadaran bagi warga untuk menjaga sumber air. Mereka gotong royong ikut merawat sumber dan mengelola air dengan bijak sebagai bentuk dari tanggung jawab akan keberlangsungan sumber daya tersebut. Dampak program SAUS juga memberikan efek positif dari segi kesehatan.
Reza mengakui bahwa sebelumnya ia sering kali menjumpai pasien anak-anak dari Desa Ban yang menderita dehidrasi berat akibat diare. Namun, sejak program tersebut berjalan, kasus-kasus tersebut sudah jarang sekali ia temui. Inilah yang menjadi bukti nyata adanya peningkatan PHBS dalam masyarakat Desa Ban.
Tak hanya itu, keberhasilan program SAUS juga meninggalkan kesan manis di hati Reza Riyady. Baginya, usaha, kerja sama, doa, dan niat baik dari hati ternyata mampu mewujudkan impian serta memberikan manfaat bagi banyak orang. Apa yang awalnya terasa sulit bisa menjadi lebih mudah jika dilalui bersama-sama.
Melihat warga Desa Ban yang kini tersenyum karena tersedianya akses air bersih membuat Reza ikut merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Setiap air yang mengalir di sana menjadi bukti usaha, kerja sama, dan doa sehingga menorehkan senyum di wajah banyak orang. Senyum itulah yang menjadi inti dari slogan komunitas Bali Tersenyum ID, "Senyummu, senyumku, senyum kita semua." Menjadi alasan tersenyum bagi seseorang merupakan cara terbaik untuk menyebarkan kebaikan, sekecil apa pun itu.


















