4 Sebab Seseorang Mengesampingkan Fakta, Karena Malu?

Fakta dan opini merupakan dua hal yang saling berkaitan. Tentu kita harus memilah dengan cermat agar tidak terjebak pemahaman keliru. Jangan sampai lebih mempercayai sudut pandang subjektif daripada opini yang mencerminkan kebenaran sesungguhnya. Meskipun begitu, ada saja tipe orang yang mengesampingkan fakta meskipun tahu kebenarannya.
Sikap orang-orang seperti ini bisa dibilang menjengkelkan. Karena mengesampingkan fakta, tentu membuat persoalan lebih rumit. Bahkan mendorong seseorang terjebak situasi manipulatif. Tentu memancing rasa penasaran, apa yang membuat seseorang lebih memilih mengesampingkan fakta? Mari ketahui secara detail sebab-sebabnya.
1. Dorongan ambisi yang kuat

Barangkali kamu pernah menghadapi tipe orang yang memilih mengesampingkan fakta. Mereka justru mengunggulkan pendapat berdasarkan sudut pandang subjektif. Padahal sudah jelas itu bertolak belakang dengan kebenaran. Tapi ada satu hal yang menarik perhatian. Mengapa ada tipe orang yang lebih memilih mengesampingkan fakta? Sedangkan kebenaran sudah jelas terpampang di depan mata.
Tentu tidak terlepas dari penyebab yang menyertai. Mereka memilih mengesampingkan fakta karena dorongan ambisi yang kuat. Orang-orang seperti ini rela melakukan segala cara asalkan tujuan dan keinginan tercapai. Bahkan mereka juga tidak segan jika harus memanipulasi keadaan. Baginya, fakta tidak lebih dari situasi yang bisa diubah sesuai kehendak hati.
2. Tuntutan berpihak pada kelompok tertentu

Fakta seharusnya menjadi patokan saat kita menilai sebuah kebenaran. Tapi pada prakteknya tidak semua orang menerapkan sikap demikian. Bukannya menjadikan fakta sebagai pertimbangan, mereka justru berpegang teguh pada perspektif semu. Tidak jarang sikapnya memicu kerugian bagi lingkungan sekitar. Ternyata ada sebab tertentu mengapa seseorang lebih memilih mengesampingkan fakta.
Tidak menutup kemungkinan orang-orang tersebut memiliki tuntutan berpihak kepada kelompok tertentu. Bisa dikatakan, orang-orang ini berdiri di atas kepentingan suatu golongan. Dengan mengikuti fakta, maka harus mengorbankan kelompok yang menjadi sisi keuntungannya. Konsekuensi semacam ini sangat dihindari oleh orang-orang yang memiliki ambisi dan kepentingan.
3. Terlanjur malu dengan sikap keras kepala yang ditunjukkan

Mungkin kamu pernah melihat tipe orang yang mengesampingkan fakta dengan berbagai cara. Meskipun kebenaran sudah terlihat jelas, tapi tetap menyangkal dengan keras. Bahkan mencari berbagai alasan untuk memperkuat opini di mata publik. Menghadapi orang seperti ini sudah tentu menguras emosi. Tapi alangkah lebih baik jika kita turut mengetahui penyebab orang-orang tersebut melakukan tindakan mengesampingkan fakta.
Hal ini didasari oleh perasaan malu dengan sikap keras kepala yang dibuat. Sebelumnya, orang-orang tersebut melayangkan opini yang kuat. Seseorang menolak fakta karena takut akan konsekuensi yang ditanggung. Penyangkalan bisa menjadi cara untuk menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan.
4. Kurangnya pemahaman akan informasi keliru

Seberapa sering kamu bertemu dengan orang-orang yang lebih memilih mengesampingkan fakta? Mereka tidak mau melihat kebenaran yang sesungguhnya. Bahkan sikapnya menolak fakta cenderung berlebihan. Sampai-sampai menuai pro dan kontra dari lingkungan sekitar. Tapi sebelum tersulit emosi lebih jauh, tidak ada salahnya mencari tahu sebab mereka mengesampingkan fakta.
Mereka bertindak demikian karena kurangnya pemahaman akan informasi yang keliru. Opini dianggap sebagai sebuah kebenaran. Prinsip ini diyakini secara kuat dan tertanam dalam mindset serta pendirian. Sedangkan fakta dianggap sebagai informasi yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Kurangnya pemahaman akan informasi keliru ini menimbulkan kebingungan secara menyeluruh.
Fakta merupakan satu hal yang sudah diyakini secara penuh kebenarannya. Meskipun begitu, beberapa orang cenderung mengesampingkan fakta dan lebih memilih percaya pada sudut pandang pribadi. Berbagai sebab turut menjadi alasan. Tidak hanya dorongan ambisi yang kuat. Terkadang orang-orang tersebut lebih memilih berdiri pada pihak tertentu. Pada situasi yang lebih parah, mereka tidak memiliki pemahaman akan informasi keliru.