Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Sebab Kamu Sebaiknya Gak Mengomentari Gadget Teman Apalagi Negatif

ilustrasi memperhatikan smartphone teman (pexels.com/Ivan Samkov)
ilustrasi memperhatikan smartphone teman (pexels.com/Ivan Samkov)
Intinya sih...
  • Komentar negatif bisa membuat orang merasa tidak nyaman
  • Kebutuhan dan kemampuan orang dalam membeli gadget berbeda-beda
  • Mengomentari gadget orang lain dapat mendorong mereka untuk menjadi lebih boros
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jika kamu memperhatikan betul produk-produk gadget terbaru atau suka gonta-ganti perangkat, berhati-hatilah. Ada bahaya terselubung yang tidak berkaitan dengan kocekmu. Yaitu, kemungkinan dirimu menjadi suka mengomentari gawai siapa pun.

Baik itu smartphone, laptop, atau tablet orang tidak luput dari perhatianmu. Buatmu mungkin ini cuma obrolan ringan, biasa, bahkan seru. Akan tetapi, orang lain yang gawainya dikomentari dapat merasa kurang nyaman hingga tersinggung.

Kamu berkomentar positif saja hendaknya tidak berlebihan atau berulang-ulang. Apalagi komentar negatif atas gadget orang yang seharusnya sama sekali gak dilontarkan. Berikut penjelasannya dan stop menormalkan kebiasaan menjadi komentator pedas atas benda milik orang lain.

1. Dia yang membeli dan memakainya, kamu yang ribet

ilustrasi mengomentari smartphone teman (pexels.com/Kevin Malik)
ilustrasi mengomentari smartphone teman (pexels.com/Kevin Malik)

Jika kamu sekadar bilang gawai seseorang bagus atau tanya tipenya, mungkin dia belum terganggu. Ia masih menjawabnya tanpa berpikir macam-macam. Namun, makin panjang pertanyaan dan komentarmu makin gerah pula dirinya.

Apa pun yang dikatakan olehmu menjadi terdengar gak penting. Malah cuma bikin ribet orang. Sebab perangkat tersebut dibeli dan digunakannya sendiri. Sama sekali tak ada iuran darimu atau gawai dipakai buat kalian kerja bareng secara rutin.

Orang yang paling berhak membahas gadget itu panjang lebar cuma pemiliknya. Sementara kamu bagian mendengarkan serta kasih tanggapan secukupnya. Jangan malah terbalik. Pun boleh jadi ia gak banyak pertimbangan ketika memilihnya. Dia tidak sepeduli dirimu terkait spesifikasi dan sebagainya.

2. Bisa bikin orang lain malu

ilustrasi menunjukkan smartphone (pexels.com/Charlotte May)
ilustrasi menunjukkan smartphone (pexels.com/Charlotte May)

Ini bakal dialami oleh orang yang gawainya jadul. Atau, kamu berkomentar bahwa dia seharusnya membeli gadget dengan teknologi mutakhir. Perangkatnya tidak sesuai dengan status sosial ekonominya yang mentereng.

Selawas apa pun gadget orang lain, tutup mulutmu. Mungkin saja dia juga ingin gawai yang lebih baru, tapi dananya belum ada. Atau, memang kesukaannya mempertahankan perangkat apa pun selama masih bisa digunakan. Sekalipun dia punya banyak uang.

Namun, komentarmu seputar gawainya yang generasi lama di depan banyak orang tetap melukai harga dirinya. Bahkan jika layarnya retak, dirimu tidak perlu mengatakan apa-apa. Berpura-puralah tak melihatnya sekalipun secara pribadi, bagimu tampak menyedihkan.

3. Mendorong orang lebih boros

ilustrasi mengomentari gadget teman (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi mengomentari gadget teman (pexels.com/Kampus Production)

Kalau seseorang tak tahan menanggung malu akibat komentarmu yang negatif terkait gawainya, dia pasti berusaha membuktikan diri. Misalnya, kamu menyebut perangkatnya kurang jadul. Itu cuma kiasan yang malah bermakna gawainya kuno sekali.

Dia semula gak ada rencana sama sekali untuk membeli gadget baru. Fungsi utamanya masih normal. Akan tetapi, demi menjaga kehormatan dan tak mau dianggap tidak punya uang, ia memutuskan beli gawai anyar.

Artinya, belanja tersebut di luar anggarannya bulan ini. Dia barangkali sampai mengambil uang dari pos lain atau memakai dana darurat. Bahkan orang yang gawainya dikomentari bagus serta canggih juga dapat makin sering menggantinya demi terus mendapatkan pujian serupa.

4. Kebutuhan dan kemampuan orang beda-beda

ilustrasi bersama teman (pexels.com/Keira Burton)
ilustrasi bersama teman (pexels.com/Keira Burton)

Kamu tidak bisa mengukur barang orang lain berdasarkan kebutuhanmu. Buatmu, gawai seseorang boleh jadi tak memadai untuk bekerja. Pekerjaanmu memerlukan perangkat dengan spesifikasi lebih tinggi.

Namun, untuk orang lain gawai itu sudah cukup. Tidak ada urgensinya dia membeli gadget seperti milikmu. Bahkan bila secara keuangan dia mampu. Ada juga orang yang terpaksa memakai perangkat jadul karena dana untuk peremajaan tidak tersedia.

Kamu harus peka dengan kondisi di atas. Komentar negatifmu terkait gawainya bisa membuatnya sedih. Sekalipun dirimu dapat setahun sekali beli perangkat baru, jangan mengukur kaki orang lain dengan sepatumu.

5. Dirimu bukan ahli teknologi

ilustrasi memperlihatkan smartphone (pexels.com/Artem Podrez)
ilustrasi memperlihatkan smartphone (pexels.com/Artem Podrez)

Walaupun kamu suka mengikuti berita dan ulasan seputar gawai, sadari kompetensimu. Dirimu hanya sekadar tahu cukup banyak tentang produk keluaran terbaru. Namun, tetap saja kamu bukan ahli teknologi.

Malah boleh jadi dirimu cuma termakan iklan berbagai merek gawai. Kamu tak paham sebenarnya seberapa berbeda produk yang satu dengan lainnya. Dirimu terlalu memercayai klaim sepihak tiap produsen atau pengguna yang sama awamnya denganmu.

Semua itu membuat orang lain merasa tidak perlu mendengarkanmu. Kalian sama-sama bukan orang yang betul-betul mengerti teknologi. Dia gak butuh saran apa pun darimu terkait pilihannya. Malah kamu dicap sekadar sok tahu.

6. Masih banyak bahan obrolan lain

ilustrasi menggunakan smartphone (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi menggunakan smartphone (pexels.com/Kampus Production)

Jika kamu ingin menghidupkan suasana, masih banyak bahan percakapan yang bisa dipilih. Tidak hanya soal gadget yang sedikit saja dirimu salah bicara bisa bikin orang kesal. Penyebabnya, gawai bagian dari materi.

Itu termasuk topik yang sensitif bila kamu tidak berhati-hati sekali saat membicarakannya. Lebih enak percakapan diisi topik yang umum. Seperti pertandingan olahraga semalam, tugas bersama kalian, berita di televisi, dan sebagainya.

Kalaupun kamu sempat spontan mengomentari perangkatnya, jangan diteruskan. Segera ubah bahan pembicaraan sekalipun tadi responsnya baik-baik saja. Jangan sampai tanggapannya lama-kelamaan berubah ketus karena komentarmu terkait gawainya juga bikin dia tidak nyaman.

Apa pun jenis, merek, dan seri gadget yang dipakai orang, itu hanyalah alat. Jangan terlalu menyorotinya seolah-olah penting sekali untuknya memiliki perangkat yang berbeda. Selama gawai itu dapat menunjang keperluan-keperluannya, biarkan dia nyaman dengan pilihannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us