5 Alasan Selalu Melihat Sisi Baik Seseorang Justru Bisa Merugikanmu

- Mengabaikan tanda peringatanSaat hanya fokus pada sisi positif seseorang, tanda-tanda bahaya sering terabaikan seperti kebohongan atau ketidakjujuran.
- Memberi kesempatan berulang kali pada perilaku burukMelihat sisi baik seseorang kadang membuatmu terus memberi kesempatan meski mereka sudah jelas-jelas mengecewakan.
- Menaruh ekspektasi yang gak realistisTerlalu fokus pada potensi seseorang membuatmu berharap mereka akan berubah menjadi versi terbaik yang kamu bayangkan.
Sering dengar nasihat untuk selalu melihat sisi baik orang lain? Memang terdengar indah, bahkan bisa bikin hati terasa lebih tenang karena kamu percaya semua orang punya niat baik.
Tapi kalau terlalu dibiasakan, sikap ini justru bisa bikin kamu sering kecewa atau bahkan dimanfaatkan orang lain, lho. Bukan berarti kamu harus selalu curiga, hanya saja penting untuk tetap realistis menilai seseorang.
Kalau kamu terbiasa menutup mata terhadap tanda-tanda negatif, ujungnya kamu bisa terjebak dalam hubungan yang gak sehat, entah itu hubungan pertemanan, percintaan, atau kerja. Orang yang benar-benar menghargaimu gak akan membuatmu terus-terusan berusaha memahami atau memaklumi perilaku buruk mereka. Jadi, yuk pahami kenapa kebiasaan ini bisa berisiko buatmu.
1. Mengabaikan tanda peringatan

Saat kamu hanya fokus pada sisi positif seseorang, tanda-tanda bahaya sering terabaikan. Misalnya, mereka sering bohong, terlalu tertutup, atau menghindari tanggung jawab. Kalau semua itu kamu anggap sepele, kamu bisa terjebak dalam hubungan yang merugikan.
Mengutip pepatah lama, tindakan seseorang jauh lebih jujur daripada kata-kata yang mereka ucapkan. Kalau tanda ini terus diabaikan, kamu yang akhirnya akan menanggung akibatnya.
2. Memberi kesempatan berulang kali pada perilaku buruk

Melihat sisi baik seseorang kadang bikin kamu terus memberi kesempatan meski mereka sudah jelas-jelas mengecewakan. Akhirnya, orang itu gak merasa perlu berubah karena tahu kamu akan selalu memaafkan.
Dalam jangka panjang, ini bisa membuatmu lelah secara emosional dan kehilangan rasa percaya pada diri sendiri. Menghargai diri sendiri berarti tahu kapan harus berkata cukup.
3. Menaruh ekspektasi yang gak realistis

Terlalu fokus pada potensi seseorang membuatu berharap mereka akan berubah menjadi versi terbaik yang kamu bayangkan. Padahal, belum tentu mereka punya niat atau kemauan untuk berubah.
Ini seperti berharap seseorang yang hanya punya sepatu ukuran 40 bisa memakai sepatu ukuran 44, gak realistis dan ujungnya bikin kamu kecewa. Hidup di masa kini berarti menerima orang sebagaimana adanya, lho, bukan hanya berdasarkan harapan masa depan.
4. Mengorbankan kebutuhan dan batasan diri

Saat kamu terlalu sibuk memahami kekurangan orang lain, kebutuhan dan batasan pribadimu sering kali diabaikan. Misalnya, kamu rela mengubah rencana, mengorbankan waktu, atau mengabaikan rasa tidak nyaman demi membuat mereka senang. Dalam hubungan sehat, kedua pihak harus sama-sama berusaha, bukan hanya satu orang yang terus mengalah.
5. Sulit menerima kenyataan

Melihat hanya sisi baik orang lain bisa membuatmu sulit menerima kenyataan kalau mereka ternyata gak seperti yang kamu bayangkan. Saat realitas mulai berbeda dari ekspektasi, rasa kecewa yang muncul bisa jauh lebih besar.
Bahkan, kamu bisa merasa bersalah karena sudah menaruh harapan terlalu tinggi. Menjaga pandangan tetap realistis dapat membantumu menghindari kekecewaan yang tidak perlu.
Melihat sisi baik orang lain memang bisa membuat dunia terasa lebih hangat, tapi jangan sampai membuatmu buta terhadap kenyataan, ya. Hidup akan lebih seimbang kalau kamu bisa melihat seseorang secara utuh, baik dan buruknya.
Dengan begitu, kamu bisa menjaga hati tetap terbuka, tapi juga melindungi diri dari potensi disakiti atau dimanfaatkan. Ingat, menghargai diri sendiri adalah langkah pertama untuk mendapatkan hubungan yang sehat dan tulus.