Dalam beberapa tahun terakhir, istilah hustle culture menjadi simbol semangat kerja keras tanpa henti demi pencapaian maksimal. Banyak orang terpacu untuk terus produktif, seolah waktu istirahat adalah bentuk kemalasan. Padahal, tidak semua kondisi menuntut kecepatan dan kesibukan berlebihan. Terkadang, memperlambat langkah justru menjadi pilihan paling bijak untuk menjaga kewarasan dan kualitas hidup.
Slow living bukan berarti tidak punya ambisi, melainkan memahami bahwa hidup tak selalu harus dikejar dengan tergesa-gesa. Gaya hidup ini mengajarkan keseimbangan, kehadiran penuh dalam momen, dan penghargaan terhadap proses. Dalam situasi tertentu, menjalani hidup secara perlahan bisa membawa manfaat jauh lebih besar dibanding terus-menerus terjebak dalam pusaran kesibukan yang tak kunjung usai. Berikut lima kondisi di mana slow living jauh lebih masuk akal daripada hustle culture.