Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Prinsip Hidup Slow Living yang Bisa Kamu Mulai Hari Ini

ilustrasi wanita sedang menikmati hidup dengan lebih tenang (pexels.com/Hassan OUAJBIR)
ilustrasi wanita sedang menikmati hidup dengan lebih tenang (pexels.com/Hassan OUAJBIR)

Pernahkah kamu merasa bahwa hari begitu cepat berlalu, tapi rasanya kosong seperti tidak punya tujuan? Bangun pagi dengan buru-buru, pikiran bercabang, serta daftar tugas yang masih menumpuk. Bahkan di siang hari sering kali kita multitasking yang membuat diri justru semakin lelah.

Siklus ini akan berulang terus-menerus setiap hari tanpa kita sadari. Hal ini pada akhirnya membuat kita lupa akan momen-momen kecil yang seharusnya dinikmati. Oleh karena itu, slow living mengajarkan kita untuk menjalani hidup dengan lebih sadar di tengah dunia yang semakin cepat. Berikut adalah empat cara yang bisa kamu praktikkan, yuk, mulai dari sekarang!

1. Mulai hari dengan membangun rutinitas pagi yang tenang

ilustrasi wanita sedang menulis jurnal syukur (pexels.com/Judit Peter)
ilustrasi wanita sedang menulis jurnal syukur (pexels.com/Judit Peter)

Pagi hari adalah awal yang baik untuk memulai pondasi hidup dengan lebih tenang. Di sinilah slow living bisa dimulai dengan melakukan kebiasaan sederhana tapi berdampak besar bagi diri sendiri. Kamu bisa mulai pagi hari dengan menyeduh minuman hangat sambil menikmati udara yang sejuk, menulis jurnal syukur, serta tidak memilih untuk langsung mengecek handphone setelah bangun.

Memulai pagi dengan rutinitas seperti ini akan membantumu merasa lebih siap untuk menjalani hari. Jadi kamu tidak harus selalu produktif setelah bangun pagi, sebab diri juga butuh tenang untuk memulainya. Oleh karena itu, berilah ruang untuk bernapas serta merasakan sepenuhnya hadir sebelum dunia menuntut banyak hal darimu.

2. Jangan terjebak pada multitasking yang melelahkan

ilustrasi seseorang sibuk bekerja (pexels.com/Luna Lovegood)
ilustrasi seseorang sibuk bekerja (pexels.com/Luna Lovegood)

Meskipun mengerjakan banyak hal dalam satu waktu terlihat keren, namun justru ini akan menguras energi lebih cepat. Ingat, otakmu dan tubuhmu juga punya batas yang perlu dijaga. Alih-alih merasa puas, kamu justru merasa was-was karena pekerjaan tidak benar-benar selesai.

Multitasking bukan mempercepat namun justru akan memperumit dirimu karena bisa jadi hasilnya tidak maksimal. Selain itu, multitasking juga dapat merusak momen. Contohnya adalah ketika makan sambil mengerjakan laporan, hal ini tanpa disadari kamu tidak benar-benar merasakan lezatnya makanan dengan nikmat.

3. Temukan kebahagiaan melalui momen-momen sederhana

ilustrasi wanita merasa bahagia (pexels.com/Tranmautritam)
ilustrasi wanita merasa bahagia (pexels.com/Tranmautritam)

Mungkin kamu sering mengukur kebahagiaan dengan sesuatu yang besar ataupun megah. Apalagi hidup di zaman serba instan dan penuh pencapaian ini membuat seseorang berpikir bahwa bahagia itu harus dengan sesuatu yang mahal. Banyak orang yang merasa dirinya akan bahagia setelah punya karier cemerlang atau mendapatkan pengakuan baik dari banyak orang.

Di sinilah prinsip hidup slow living menjadi penting. Jika kamu bisa melambat sejenak, tidak menutup kemungkinan bahwa kebahagiaan justru akan muncul melalui momen-momen sederhana yang nyaris terlewat. Merasakan angin di pagi hari, menikmati secangkir kopi tanpa distraksi, atau sesederhana mendengarkan tawa dari orang terdekat. Bukankah hal tersebut juga membahagiakan?

4. Kurangi ambisi yang tidak sehat

ilustrasi seorang pria merasa stres (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi seorang pria merasa stres (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Mempunyai ambisi memang penting kan Hal ini dapat menjadi bahan bakar untuk mewujudkan mimpi. Namun kita sering lupa saat ambisi tidak lagi berdasarkan keinginan diri atau hanya karena takut akan tekanan sosial, di sinilah ambisi berubah menjadi tidak sehat. Hal ini akan membuatmu merasa untuk terus mengejar sesuatu tanpa tahu apa yang dikejar.

Oleh karena itu, slow living mengajarkan kita untuk perlahan mengendorkan ambisi yang lahir dari ketakutan. Alangkah baiknya kamu mulai tanyakan pada diri sendiri "Sebenarnya apa sih yang aku inginkan?". Namun, mengurangi ambisi tidak sehat bukan berarti menyerah, hanya saja sedang belajar untuk memilih hidup berdasarkan nilai yang kamu yakini.

Di tengah hidup yang begitu cepat seringkali kita kehilangan koneksi dengan diri sendiri. Slow living bukan berarti hidup melambat tanpa tujuan. Lebih dari itu, hal inii adalah cara agar kamu memberi ruang bagi diri untuk menjalani hidup dengan lebih sadar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ken Ameera
EditorKen Ameera
Follow Us