Sudah Diperkosa, Wajib Menikah dengan Pelakunya Pula. Adilkah Ini Bagi Seorang Wanita?

Pernahkah kita melihat perlakuan yang tidak setara untuk laki-laki dan perempuan? Jikalau pernah, apakah yang membuat perlakuan kepada laki-laki dan perempuan itu berbeda?
Salah satu hal yang jelas sekali kentara adalah tindak pemerkosaan. Acap kali kita menemukan kasus pemerkosaan di sekitar kita. Tuntutan yang diberikan pada pelaku adalah menikahi wanita tersebut sebagai bentuk pertanggungjawaban. Namun pernahkah kita bertanya terhadap para wanita, cukup adilkah hukuman tersebut?
1. Pemerkosaan terjadi ketika ada pihak yang memaksakan syahwatnya kepada pihak lain.



Haknya untuk memilih pasangan direnggut. Siksaannya pun tak berhenti hanya sampai di situ. Setelah menikah, pemerkosa yang kemudian menjadi suaminya pun masih sering bertindak kasar. Kisah pilu itu diceritakannya di Malam Penghargaan Inspiratif salah satu majalah perempuan pada tanggal 5 Desember 2015. Namun, kehadirannya kala itu bukanlah untuk menyesali. Maizidah hadir pada malam itu untuk menerima penghargaan atas kebangkitannya dari keterpurukan.
4. Maizidah mengatasi kemalangannya dengan berkarya. Ia menjadi orang tua tunggal karena suaminya pergi tanpa pamit. Tuntutan untuk membesarkan anak seorang diri membawanya mencoba peruntungan ke Taiwan dengan menjadi TKI. Sayang, ia sempat hampir mengalami pemerkosaan kedua kali. Cobaan tak berhenti, ia kemudian ditangkap, dipenjara, dan dideportasi karena dicap sebagai TKI ilegal.
