Surat Al-A'raf Ayat 61-72 Arab: Arti, Kandungan dan Keutamaan

Surat Al-A'raf memiliki arti 'tempat tertinggi'. Surat ini memuat tentang keadaan orang-orang yang berada di tempat tertinggi atau Al-A'raf. Secara khusus pada ayat 61 sampai 72 ini, banyak mengisahkan tentang kaum Nabi Nuh dan Nabi Hud.
Berikut ini selengkapnya tentang arti, kandungan, dan keutamaan dari surat Al-A'raf ayat 62 sampai dengan 72.
1. Surat Al-A'raf ayat 61-72 beserta artinya

Berikut merupakan surat Al-A'raf ayat 61-72 dan terjemahannya:
Ayat 61
قَالَ يٰقَوْمِ لَيْسَ بِيْ ضَلٰلَةٌ وَّلٰكِنِّيْ رَسُوْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ
qāla yā qaumi laisa bī ḍalālatuw wa lākinnī rasụlum mir rabbil-'ālamīn
"Dia (Nuh) menjawab, “Wahai kaumku! Aku tidak sesat; tetapi aku ini seorang Rasul dari Tuhan seluruh alam."
Ayat 62
اُبَلِّغُكُمْ رِسٰلٰتِ رَبِّيْ وَاَنْصَحُ لَكُمْ وَاَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
uballigukum risālāti rabbī wa anṣaḥu lakum wa a'lamu minallāhi mā lā ta'lamụn
"Aku menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, memberi nasihat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.”
Ayat 63
اَوَعَجِبْتُمْ اَنْ جَاۤءَكُمْ ذِكْرٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَلٰى رَجُلٍ مِّنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْ وَلِتَتَّقُوْا وَلَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
a wa 'ajibtum an jā`akum żikrum mir rabbikum 'alā rajulim mingkum liyunżirakum wa litattaqụ wa la'allakum tur-ḥamụn
"Dan herankah kamu bahwa ada peringatan yang datang dari Tuhanmu melalui seorang laki-laki dari kalanganmu sendiri, untuk memberi peringatan kepadamu dan agar kamu bertakwa, sehingga kamu mendapat rahmat?"
Ayat 64
فَكَذَّبُوْهُ فَاَنْجَيْنٰهُ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗ فِى الْفُلْكِ وَاَغْرَقْنَا الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَاۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا قَوْمًا عَمِيْنَ
fa każżabụhu fa anjaināhu wallażīna ma'ahụ fil-fulki wa agraqnallażīna każżabụ bi`āyātinā, innahum kānụ qauman 'amīn
"Maka mereka mendustakannya (Nuh). Lalu Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam kapal. Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya)."
Ayat 65
۞ وَاِلٰى عَادٍ اَخَاهُمْ هُوْدًاۗ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ
wa ilā 'ādin akhāhum hụdā, qāla yā qaumi'budullāha mā lakum min ilāhin gairuh, a fa lā tattaqụn
"Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) Hud, saudara mereka. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa?”
Ayat 66
قَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖٓ اِنَّا لَنَرٰىكَ فِيْ سَفَاهَةٍ وَّاِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكٰذِبِيْنَ
qālal-mala`ullażīna kafarụ ming qaumihī innā lanarāka fī safāhatiw wa innā lanaẓunnuka minal-kāżibīn
"Pemuka-pemuka orang-orang yang kafir dari kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami memandang kamu benar-benar kurang waras dan kami kira kamu termasuk orang-orang yang berdusta.”
Ayat 67
قَالَ يٰقَوْمِ لَيْسَ بِيْ سَفَاهَةٌ وَّلٰكِنِّيْ رَسُوْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ
qāla yā qaumi laisa bī safāhatuw wa lākinnī rasụlum mir rabbil-'ālamīn
"Dia (Hud) menjawab, “Wahai kaumku! Bukan aku kurang waras, tetapi aku ini adalah Rasul dari Tuhan seluruh alam."
Ayat 68
اُبَلِّغُكُمْ رِسٰلٰتِ رَبِّيْ وَاَنَا۠ لَكُمْ نَاصِحٌ اَمِيْنٌ
uballigukum risālāti rabbī wa ana lakum nāṣiḥun amīn
"Aku menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku dan pemberi nasihat yang terpercaya kepada kamu."
Ayat 69
اَوَعَجِبْتُمْ اَنْ جَاۤءَكُمْ ذِكْرٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَلٰى رَجُلٍ مِّنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْۗ وَاذْكُرُوْٓا اِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاۤءَ مِنْۢ بَعْدِ قَوْمِ نُوْحٍ وَّزَادَكُمْ فِى الْخَلْقِ بَصْۣطَةً ۚفَاذْكُرُوْٓا اٰلَاۤءَ اللّٰهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
a wa 'ajibtum an jā`akum żikrum mir rabbikum 'alā rajulim mingkum liyunżirakum, ważkurū iż ja'alakum khulafā`a mim ba'di qaumi nụḥiw wa zādakum fil-khalqi baṣṭah, fażkurū ālā`allāhi la'allakum tufliḥụn
"Dan herankah kamu bahwa ada peringatan yang datang dari Tuhanmu melalui seorang laki-laki dari kalanganmu sendiri, untuk memberi peringatan kepadamu? Ingatlah ketika Dia menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah setelah kaum Nuh, dan Dia lebihkan kamu dalam kekuatan tubuh dan perawakan. Maka ingatlah akan nikmat-nikmat Allah agar kamu beruntung. ”
Ayat 70
قَالُوْٓا اَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللّٰهَ وَحْدَهٗ وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعْبُدُ اٰبَاۤؤُنَاۚ فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ اِنْ كُنْتَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ
qālū a ji`tanā lina'budallāha waḥdahụ wa nażara mā kāna ya'budu ābā`unā, fa`tinā bimā ta'idunā ing kunta minaṣ-ṣādiqīn
"Mereka berkata, “Apakah kedatanganmu kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh nenek moyang kami? Maka buktikanlah ancamanmu kepada kami, jika kamu benar!”
Ayat 71
قَالَ قَدْ وَقَعَ عَلَيْكُمْ مِّنْ رَّبِّكُمْ رِجْسٌ وَّغَضَبٌۗ اَتُجَادِلُوْنَنِيْ فِيْٓ اَسْمَاۤءٍ سَمَّيْتُمُوْهَآ اَنْتُمْ وَاٰبَاۤؤُكُمْ مَّا نَزَّلَ اللّٰهُ بِهَا مِنْ سُلْطٰنٍۗ فَانْتَظِرُوْٓا اِنِّيْ مَعَكُمْ مِّنَ الْمُنْتَظِرِيْنَ
qāla qad waqa'a 'alaikum mir rabbikum rijsuw wa gaḍab, a tujādilụnanī fī asmā`in sammaitumụhā antum wa ābā`ukum mā nazzalallāhu bihā min sulṭān, fantaẓirū innī ma'akum minal-muntaẓirīn
"Dia (Hud) menjawab, “Sungguh, kebencian dan kemurkaan dari Tuhan akan menimpa kamu. Apakah kamu hendak berbantah denganku tentang nama-nama (berhala) yang kamu dan nenek moyangmu buat sendiri, padahal Allah tidak menurunkan keterangan untuk itu? Jika demikian, tunggulah! Sesungguhnya aku pun bersamamu termasuk yang menunggu.”
Ayat 72
فَاَنْجَيْنٰهُ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗ بِرَحْمَةٍ مِّنَّا وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَمَا كَانُوْا مُؤْمِنِيْنَ
fa anjaināhu wallażīna ma'ahụ biraḥmatim minnā wa qaṭa'nā dābirallażīna każżabụ bi`āyātinā wa mā kānụ mu`minīn
"Maka Kami selamatkan dia (Hud) dan orang-orang yang bersamanya dengan rahmat Kami dan Kami musnahkan sampai ke akar-akarnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Mereka bukanlah orang-orang beriman."
2. Kandungan surat Al-A'raf ayat 61-72

Surat Al-A'raf ayat 61 sampai 72 memiliki pesan yang terkandung di setiap ayatnya. Berikut ini kandungan surat Al-A’raf ayat 61 sampai 72:
- Ayat 61 menjelaskan jawaban Nabi Nuh atas tuduhan dan penolakan yang dilakukan oleh kaumnya bahwasanya “Aku menyuruhmu untuk mengesakan Allah dan tidak menyembah tuhan selain Dia. Aku tidak sesat sebagaimana dugaanmu, tetapi aku ini adalah seorang rasul yang diutus dari Tuhan Pencipta dan Penguasa seluruh alam.”
- Ayat 62 menjelaskan penegasan Nabi Nuh mengenai tugasnya sebagai utusan Allah. Dia berkata bahwa dirinya tidak pernah lelah dalam menyampaikan amanat Allah kepada umatnya, memberi nasihat serta tuntunan kepada mereka untuk kebahagiaannya di dunia dan diakhirat.
- Ayat 63 menjelaskan penegasan kembali Nabi Nuh kepada kaumnya bahwa mereka tidak pantas untuk bersikap heran atau bahkan meragukan kebenaran dari ajaran yang telah Nabi Nuh bawa setelah adanya bukti dan keterangan yang jelas kepada mereka.
- Ayat 64 menjelaskan Azab yang diberikan kepada kaum Nabi Nuh yang tetap mendustakan dan menentang ajaranNya serta berada di dalam kekafirannya. Allah menurunkan azab berupa air banjir yang menenggelamkan kapal mereka.
- Ayat 65 menjelaskan kisah Nabi Hud yang diutus oleh Allah untuk melanjutkan ajaran tauhid setelah Nabi Nuh wafat kepada kaum ‘Ad. Allah mengutus Nabi Hud yang merupakan saudara seketurunan mereka supaya mereka dapat memahami ajaran yang telah ia sampaikan.
- Ayat 66 menjelaskan penolakan kembali oleh kaum ‘Ad terhadap seruan Nabi Hud bahwa mereka akan tetap menjadi kafir, tidak ingin mengikuti ajakan dan dakwahnya. Bahkan mereka mencela Nabi dengan kata kurang waras dan tidak memahami apa yang dikatakannya serta mengira bahwa Nabi adalah orang berdusta.
- Ayat 67 menjelaskan Nabi Hud menjawab dan menjelaskan mengenai kesalahpahaman dan dugaan kaum ‘Ad bahwa dirinya adalah rasul yang diutus oleh Tuhan dan bukan seorang yang waras apalagi pendusta.
- Ayat 68 menjelaskan Nabi Hud menegaskan lagi bahwa tugasnya adalah untuk menyampaikan kepada kaumnya berupa amanat, pesan dan tuntunan dari Allah dan memberikan nasihat yang mengarah kepada kebaikan dan kebahagian kaumnya baik di dunia dan di akhirat.
- Ayat 69 menjelaskan Nabi Hud mempertanyakan sikap mereka yang masih tidak percaya. Kemudian beliau mengingatkan kembali dengan nikmat yang sudah Allah berikan.
- Ayat 70 menjelaskan kaum Nabi Hud masih tetap ingkar dan enggan untuk mengikuti dakwahnya walupun sudah diingatkan dengan nikmat yang sudah mereka dapatkan. Kemudian kaumnya merespon agar Hud membuktikan ancamannya apabila memang benar.
- Ayat 71 menjelaskan Nabi Hud menjawab tantangan kaumnya bahwa kebencian dan kemurkaan Allah akan menimpa kamu (orang yang ingkar) akibat kedurhakaan dan kekafirannya. Kemudian beliau melanjutkan agar mereka menunggu azab dan kemarahan Allah sebagaimana yang diminta.
- Ayat 72 menjelaskan balasan Allah kepada kaum yang mendustakan ayat-ayat milik-Nya dengan angin kencang dan sangat dingin di mana akan menghempaskan mereka sehingga mati tersungkur. Sementara Nabi Hud dan orang yang mengikutinya (beriman) dibalas dengan rahmat dan pertolongan Allah.
3. Keutamaan surat Al-A'raf

Adapun keutamaan-keutamaan dalam membaca surat Al-A’raf antara lain:
- Barang siapa yang membaca surat Al-A’raf di hari Jumat, maka dia adalah golongan orang yang tidak akan diperhitungkan ketika hari kiamat.
- Saat berada dalam mahkamah atau pengadilan Allah yang agung, maka pembacanya dipanggil, karena ia akan menjadi saksi untuk setiap orang yang membacanya pada hari kiamat.
- Bagi yang membaca surat Al-A’raf setiap bulan, maka orang tersebut yaitu tidak tergolong kedalam orang-orang yang takut dan bersedih hati.
Demikian arti, kandungan, dan keutamaan dari surat Al-A'raf ayat 62 sampai 72. Semoga dengan membaca surat ini, kita bisa mengambil suri teladan dari kisah-kisah kaum Nabi Nuh dan Nabi Hud. Amin.