Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Surat Az-Zukhruf Ayat 45-66 Arab: Arti, Kandungan, dan Keutamaan

ilustrasi Al-Qur'an (pexels.com/RODNAE Production)

Surat Az-Zukhruf menjadi bagian dari Al-Qur'an juz 25 yang diturunkan setelah surat Asy-Syura. Surat sepanjang 89 ayat ini pun termasuk golongan surat Makkiyah.

Surat Az-Zukhruf mempunyai makna "Perhiasan", di mana nama surat ini merujuk pada kata az-zukhruf yang terdapat pada ayat 35. Selengkapnya, yuk, cermati bacaan surat Az-Zukhruf ayat 45–66 lengkap dengan arti, kandungan, dan keutamaannya.

1. Surat Az-Zukhruf ayat 45–66 beserta artinya

ilustrasi Al-Qur'an (Pexels.com/Ali Burhan)

Surat Az-Zukhruf menjadi surat ke-43 dalam Al-Qur'an. Nah, berikut bacaan arab surat Az-Zukhruf ayat 45–66, latin dan artinya.

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

Bismillahirrahmannirrahiim.

Artinya: Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Ayat 45

وَسْٔـَلْ مَنْ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُّسُلِنَآ ۖ اَجَعَلْنَا مِنْ دُوْنِ الرَّحْمٰنِ اٰلِهَةً يُّعْبَدُوْنَ

Was`al man arsalnā ming qablika mir rusulinā a ja'alnā min dụnir-raḥmāni ālihatay yu'badụn.

Artinya: Dan tanyakanlah (Muhammad) kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum engkau, “Apakah Kami menentukan tuhan-tuhan selain (Allah) Yang Maha Pengasih untuk disembah?”

Ayat 46

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا مُوْسٰى بِاٰيٰتِنَآ اِلٰى فِرْعَوْنَ وَمَلَا۟ىِٕهٖ فَقَالَ اِنِّيْ رَسُوْلُ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

Wa laqad arsalnā mụsā bi`āyātinā ilā fir'auna wa mala`ihī fa qāla innī rasụlu rabbil-'ālamīn.

Artinya: Dan sungguh, Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka dia (Musa) berkata, “Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan seluruh alam.”

Ayat 47

فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ بِاٰيٰتِنَآ اِذَا هُمْ مِّنْهَا يَضْحَكُوْنَ

Fa lammā jā`ahum bi`āyātinā iżā hum min-hā yaḍ-ḥakụn.

Artinya: Maka ketika dia (Musa) datang kepada mereka membawa mukjizat-mukjizat Kami, seketika itu mereka menertawakannya.

Ayat 48

وَمَا نُرِيْهِمْ مِّنْ اٰيَةٍ اِلَّا هِيَ اَكْبَرُ مِنْ اُخْتِهَاۗ وَاَخَذْنٰهُمْ بِالْعَذَابِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Wa mā nurīhim min āyatin illā hiya akbaru min ukhtihā, wa akhażnāhum bil-'ażābi la'allahum yarji'ụn.

Artinya: Dan tidaklah Kami perlihatkan suatu mukjizat kepada mereka kecuali (mukjizat itu) lebih besar dari mukjizat-mukjizat (yang sebelumnya). Dan Kami timpakan kepada mereka azab agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Ayat 49

وَقَالُوْا يٰٓاَيُّهَ السّٰحِرُ ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِنْدَكَۚ اِنَّنَا لَمُهْتَدُوْنَ

Wa qālụ yā ayyuhas-sāḥirud'u lanā rabbaka bimā 'ahida 'indak, innanā lamuhtadụn.

Artinya: Dan mereka berkata, “Wahai pesihir! Berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu; sesungguhnya kami (jika doamu dikabulkan) akan menjadi orang yang mendapat petunjuk.”

Ayat 50

فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُمُ الْعَذَابَ اِذَا هُمْ يَنْكُثُوْنَ

Fa lammā kasyafnā 'an-humul-'ażāba iżā hum yangkuṡụn.

Artinya: Maka ketika Kami hilangkan azab itu dari mereka, seketika itu (juga) mereka ingkar janji.

Ayat 51

وَنَادٰى فِرْعَوْنُ فِيْ قَوْمِهٖ قَالَ يٰقَوْمِ اَلَيْسَ لِيْ مُلْكُ مِصْرَ وَهٰذِهِ الْاَنْهٰرُ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِيْۚ اَفَلَا تُبْصِرُوْنَۗ

Wa nādā fir'aunu fī qaumihī qāla yā qaumi a laisa lī mulku miṣra wa hāżihil-an-hāru tajrī min taḥtī, a fa lā tubṣirụn.

Artinya: Dan Fir‘aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata, “Wahai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; apakah kamu tidak melihat?

Ayat 52

اَمْ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْ هٰذَا الَّذِيْ هُوَ مَهِيْنٌ ەۙ وَّلَا يَكَادُ يُبِيْنُ

Am ana khairum min hāżallażī huwa mahīnuw wa lā yakādu yubīn.

Artinya: Bukankah aku lebih baik dari orang (Musa) yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?

Ayat 53

فَلَوْلَٓا اُلْقِيَ عَلَيْهِ اَسْوِرَةٌ مِّنْ ذَهَبٍ اَوْ جَاۤءَ مَعَهُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ مُقْتَرِنِيْنَ

Falau lā ulqiya 'alaihi aswiratum min żahabin au jā`a ma'ahul-malā`ikatu muqtarinīn.

Artinya: Maka mengapa dia (Musa) tidak dipakaikan gelang dari emas atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya?”

Ayat 54

فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهٗ فَاَطَاعُوْهُ ۗاِنَّهُمْ كَانُوْا قَوْمًا فٰسِقِيْنَ

Fastakhaffa qaumahụ fa aṭā'ụh, innahum kānụ qauman fāsiqīn.

Artinya: Maka (Fir‘aun) dengan perkataan itu telah mempengaruhi kaumnya, sehingga mereka patuh kepadanya. Sungguh, mereka adalah kaum yang fasik.

Ayat 55

فَلَمَّآ اٰسَفُوْنَا انْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَاَغْرَقْنٰهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ

Fa lammā āsafụnantaqamnā min-hum fa agraqnāhum ajma'īn.

Artinya: Maka ketika mereka membuat Kami murka, Kami hukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut),

Ayat 56

فَجَعَلْنٰهُمْ سَلَفًا وَّمَثَلًا لِّلْاٰخِرِيْنَ

Fa ja'alnāhum salafaw wa maṡalal lil-ākhirīn.

Artinya: maka Kami jadikan mereka sebagai (kaum) terdahulu dan pelajaran bagi orang-orang yang kemudian.

Ayat 57

وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلًا اِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّوْنَ

Wa lammā ḍuribabnu maryama maṡalan iżā qaumuka min-hu yaṣiddụn.

Artinya: Dan ketika putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (Suku Quraisy) bersorak karenanya.

Ayat 58

وَقَالُوْٓا ءَاٰلِهَتُنَا خَيْرٌ اَمْ هُوَ ۗمَا ضَرَبُوْهُ لَكَ اِلَّا جَدَلًا ۗبَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُوْنَ

Wa qālū a ālihatunā khairun am huw, mā ḍarabụhu laka illā jadalā, bal hum qaumun khaṣimụn.

Artinya: Dan mereka berkata, “Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?” Mereka tidak memberikan (perumpamaan itu) kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.

Ayat 59

اِنْ هُوَ اِلَّا عَبْدٌ اَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنٰهُ مَثَلًا لِّبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ ۗ

In huwa illā 'abdun an'amnā 'alaihi wa ja'alnāhu maṡalal libanī isrā`īl.

Artinya: Dia (Isa) tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan nikmat (kenabian) kepadanya dan Kami jadikan dia sebagai contoh pelajaran bagi Bani Israil.

Ayat 60

وَلَوْ نَشَاۤءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَّلٰۤىِٕكَةً فِى الْاَرْضِ يَخْلُفُوْنَ

Walau nasyā`u laja'alnā mingkum malā`ikatan fil-arḍi yakhlufụn.

Artinya: Dan sekiranya Kami menghendaki, niscaya ada di antara kamu yang Kami jadikan malaikat-malaikat (yang turun temurun) sebagai pengganti kamu di bumi.

Ayat 61

وَاِنَّهٗ لَعِلْمٌ لِّلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُوْنِۗ هٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ

Wa innahụ la'ilmul lis-sā'ati fa lā tamtarunna bihā wattabi'ụn, hāżā ṣirāṭum mustaqīm.

Artinya: Dan sungguh, dia (Isa) itu benar-benar menjadi pertanda akan datangnya hari Kiamat. Karena itu, janganlah kamu ragu-ragu tentang (Kiamat) itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.

Ayat 62

وَلَا يَصُدَّنَّكُمُ الشَّيْطٰنُۚ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Wa lā yaṣuddannakumusy-syaiṭān, innahụ lakum 'aduwwum mubīn.

Artinya: Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh setan; sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.

Ayat 63

وَلَمَّا جَاۤءَ عِيْسٰى بِالْبَيِّنٰتِ قَالَ قَدْ جِئْتُكُمْ بِالْحِكْمَةِ وَلِاُبَيِّنَ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِيْ تَخْتَلِفُوْنَ فِيْهِۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوْنِ

Wa lammā jā`a 'īsā bil-bayyināti qāla qad ji`tukum bil-ḥikmati wa li`ubayyina lakum ba'ḍallażī takhtalifụna fīh, fattaqullāha wa aṭī'ụn.

Artinya: Dan ketika Isa datang membawa keterangan, dia berkata, “Sungguh, aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu perselisihkan, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.

Ayat 64

اِنَّ اللّٰهَ هُوَ رَبِّيْ وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْهُۗ هٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ

Innallāha huwa rabbī wa rabbukum fa'budụh, hāżā ṣirāṭum mustaqīm.

Artinya: Sungguh Allah, Dia Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus.”

Ayat 65

فَاخْتَلَفَ الْاَحْزَابُ مِنْۢ بَيْنِهِمْ ۚفَوَيْلٌ لِّلَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْ عَذَابِ يَوْمٍ اَلِيْمٍ

Fakhtalafal-aḥzābu mim bainihim, fa wailul lillażīna ẓalamụ min 'ażābi yaumin alīm.

Artinya: Tetapi golongan-golongan (yang ada) saling berselisih di antara mereka; maka celakalah orang-orang yang zalim karena azab pada hari yang pedih (Kiamat).

Ayat 66

هَلْ يَنْظُرُوْنَ اِلَّا السَّاعَةَ اَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ

Hal yanẓurụna illas-sā'ata an ta`tiyahum bagtataw wa hum lā yasy'urụn.

Artinya: Apakah mereka hanya menunggu saja kedatangan hari Kiamat yang datang kepada mereka secara mendadak sedang mereka tidak menyadarinya?

2. Kandungan surat Az-Zukhruf ayat 45–66

ilustrasi salat di masjid (unsplash/David Monje)

Surat Az-Zukhruf ayat 45–66 lebih banyak menceritakan kisah Nabi Musa a.s dan Nabi Isa a.s dalam menegakkan agama Islam. Selain itu, dijelaskan pula kekuasaan Allah SWT dan beberapa pokok kandungan lainnya, yaitu:

  • Surat Az-Zukhruf menceritakan tentang keingkaran Fir’aun dan pengikutnya setelah dibebaskan dari azab Allah SWT. Mereka berjanji akan meyakini kenabian Nabi Musa a.s, namun malah menjadi sombong dan lebih bertindak kejam.
  • Menceritakan tentang Nabi Isa a.s yang diutus oleh Allah SWT untuk memberikan petunjuk kepada kaum Quraisy. Hingga kaum Quraisy mendapat hukuman karena menantang Nabi Isa a.s untuk membandingkan Allah SWT dengan tuhan mereka.
  • Berisi peneguhan bahwa Nabi Isa a.s merupakan salah satu pertanda akan datangnya Hari Kiamat kelak. Karenanya, diseru seluruh manusia untuk mengikuti ajaran Allah SWT.

3. Keutamaan surat Az-Zukhruf

ilustrasi membaca Al Quran (unsplash.com/Andri Helmansyah)

Menggantikan kitab Injil, surat Az-Zukhruf yang termaktub dalam Al-Qur'an termsuk Al-Matsani untuk Rasulullah SAW. Surat satu ini memiliki beberapa keutamaan, di antaranya:

  • Akan mendapatkan mimpi baik apabila membaca surat Az-Zukhruf sebelum tidur.
  • Dapat menjadi wasilah kebaikan untuk ibu hamil hingga dimudahkan saat melahirkan apabila membaca surat Az-Zukhruf.
  • Menjadi pengingat untuk menjauhi perbuatan zalim dan keji yang merupakan ajakan setan.
  • Menjadikan surat Az-Zukhruf sebagai bacaan rutin niscaya terhindar dari ancaman orang-orang musyrik yang mempergunakan sihir.

Demikian bacaan surat Az-Zukhruf ayat 45–66 beserta arti, kandungan, hingga keutamaannya. Kita bisa mulai mengamalkan surat ini sedikit demi sedikit dengan mengajarkannya kepada anak, cucu, atau saudara terdekat.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Langgeng Irma Salugiasih
EditorLanggeng Irma Salugiasih
Follow Us