Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi sedang berpikir (pexels.com/Tim Samuel)

Membangun relasi itu gampang-gampang sulit. Kamu harus tahu kapan mengatakan “ya” dan “tidak”, kapan harus mengalah dan melawan, kapan harus menerima dan menolak. Inilah yang disebut batasan.

Batasan yang sehat menciptakan relasi yang sehat pula. Sedekat apapun hubungan itu, pasti ada area-area tertentu dalam hidupmu yang tidak bisa dicampuri orang lain. Namun, ada banyak orang yang memilih untuk membiarkannya hanya karena mereka benci konflik dan konfrontasi.

Apa kamu salah satu dari orang itu? Untuk penjelasan selengkapnya, simak lima tanda bila kamu kesulitan menetapkan batasan sehat dalam relasi di bawah ini, yuk!

1.Kamu tidak suka mengecewakan orang

ilustrasi sedang mengobrol (pexels.com/Christina Morillo)

Artinya, kamu sering mengikuti rencana orang lain dan mengatakan “ya” untuk hal-hal yang biasanya kamu pilih untuk tidak lakukan. Kebiasaan ini juga sering dikenal sebagai people pleaser, dimana kamu memiliki kecenderungan untuk menyenangkan hati orang lain.

Awalnya mungkin sebatas ikut-ikut saja. Tapi bila dibiarkan terlalu lama, kebiasaan people pleaser dapat menghapus batasanmu dalam relasi. Semakin sulit untuk kamu menolak dan berdiri di atas opini serta prinsip hidupmu sendiri.

2.Kamu merasa bertanggung jawab untuk perasaan orang lain

ilustrasi meminta maaf (pexels.com/Karolina Grabowska)

Pernah khawatir soal perasaan seseorang? Apa ia bersenang-senang, apa ia merasa baik-baik saja, apa ia marah, apa ia menikmati waktunya. Kemudian berujung pada sebuah tanda tanya, apa yang harus saya lakukan untuk membuatnya merasa lebih baik?

Seolah-olah, perasaan setiap orang tergantung padamu. Akui saja guys, kita tidak punya kendali penuh atas perasaan orang. Tidak semuanya harus kamu pikirkan, ini hanya memicu perasaan bersalah dan cemas terus-menerus.

3. Sering dimanfaatkan orang

ilustrasi dimanfaatkan orang (pexels.com/Yan Krukov)

Saat orang lain memintamu melakukan sesuatu di luar kehendakmu, alih-alih menolak, kamu lebih memilih untuk diam dan melakukannya. Entah demi menghindari konfrontasi atau konflik, kamu lebih suka untuk memendam keinginanmu.

Begitu juga ketika seseorang meminta opinimu terhadap sesuatu. Alih-alih mengatakan opinimu yang sebenarnya, kamu lebih fokus pada “apa yang ingin didengar orang itu”. Dari luar kebiasaan ini tampaknya baik dan perhatian, namun ternyata bersifat destruktif baik bagi dirimu maupun relasi tersebut. Ini memungkinkan orang untuk memanfaatkan dan memanipulasi dirimu dengan mudah.

4.Sulit mengambil keputusan

ilustrasi berpikir (pexels.com/MART PRODUCTION)

Terbiasa mengambil keputusan berdasarkan opini orang, lalu ketika harus mengambil keputusan sendiri, kamu merasa bingung dan terhilang. Kamu berusaha mencari validasi dari orang-orang terdekat, yang semakin membuatmu merasa asing dengan diri sendiri.

Padahal, tidak apa-apa untuk trial and error. Coba ambil langkah berani untuk menentukan pilihan berdasarkan keinginan dan keputusanmu pribadi. Apapun hasilnya, anggap saja sebagai pengalaman. Bukankah ini lebih baik dibanding melulu menggantungkan hidup pada orang lain?

5.Merasa asing dengan diri sendiri

ilustrasi menyendiri (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kesulitan menetapkan batasan juga bisa jadi karena kamu tidak mengenal diri sendiri. Lambat laun, kondisi ini dapat memimpin pada identity crisis, lho. Kalau dibiarkan begitu saja, tentu dampaknya akan buruk bagi kamu di masa mendatang.

Beberapa tandanya adalah kamu sudah tidak bisa menentukan apa yang kamu suka, apa yang kamu tidak suka, apa yang kamu inginkan, apa yang kamu kejar, atau apa yang kamu pikirkan. Apa hal ini pernah terjadi padamu?

Setelah membaca ulasan di atas, kini kamu jadi tahu kalau ternyata memiliki relasi sosial tanpa batasan itu berbahaya. Maka dari itu, penting untuk menentukan batasan sehat dalam sebuah relasi. Awalnya memang terasa sulit, tapi semakin dilatih, semakin kokoh pula prinsip yang kamu tanamkan dalam diri sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team