Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi teman
Ilustrasi teman (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • Mulai sering menolak ajakan berkumpul dengan alasan yang dibuat-buat

  • Merasa lebih nyaman di rumah bahkan untuk hal-hal yang dulu kamu suka

  • Komunikasi dengan teman dan keluarga makin berkurang drastis

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Akhir-akhir ini kamu sering nolak ajakan teman buat nongkrong? Atau mungkin kamu lebih memilih scroll media sosial daripada ikut acara keluarga? Kalau iya, bisa jadi kamu lagi mengalami social withdrawal. Kondisi ini bikin seseorang lebih suka menyendiri dan menghindari interaksi sosial, padahal dulu mungkin kamu termasuk orang yang aktif bergaul.

Social withdrawal memang bukan hal yang langsung terlihat berbahaya. Meski begitu, kalau dibiarkan terus-menerus bisa berdampak pada kesehatan mental dan kualitas hidupmu. Nah, sebelum terlambat, yuk, kenali tanda-tanda mengalami social withdrawal dan cara mengatasinya!

1. Mulai sering menolak ajakan berkumpul dengan alasan yang dibuat-buat

Ilustrasi gawai (freepik.com/freepik)

Dulu, kamu mungkin excited banget kalau ada ajakan hangout atau sekadar ngopi bareng teman. Tapi sekarang? Berbagai alasan mulai bermunculan, "Wah, lagi ada kerjaan mendadak," atau "Maaf, lagi gak enak badan." Padahal sebenarnya kamu sehat dan punya waktu luang.

Kalau ini terus terjadi, coba tanyakan pada diri sendiri; kenapa, kok, jadi malas ketemu orang? Apakah ada yang bikin kamu gak nyaman? Mulailah dengan langkah kecil, misalnya terima satu dari lima ajakan yang datang. Gak perlu memaksakan diri, tapi tetap beri kesempatan untuk bersosialisasi.

2. Merasa lebih nyaman di rumah bahkan untuk hal-hal yang dulu kamu suka

ilustrasi lelah (pexels.com/Tim Samuel )

Ingat gak, waktu kamu suka banget nonton di bioskop atau main ke kafe favorit? Sekarang, aktivitas-aktivitas itu terasa melelahkan dan kamu lebih memilih melakukan semuanya dari rumah. Pesan makanan tinggal buka aplikasi, nonton film ada streaming, belanja pun bisa online.

Memang sih, teknologi bikin hidup lebih praktis. Tapi kalau sampai kamu gak pernah keluar rumah kecuali terpaksa, ini patut diwaspadai. Coba atur jadwal untuk keluar rumah minimal seminggu sekali, meski cuma buat jalan-jalan sore atau belanja kebutuhan sehari-hari. Udara segar dan pergantian suasana bisa bikin mood jadi lebih baik.

3. Komunikasi dengan teman dan keluarga makin berkurang drastis

ilustrasi gawai (pexels.com/cottonbro studio)

Chat dari teman dibaca doang tanpa dibalas, telepon dari keluarga sengaja gak diangkat, atau bahkan kamu sampai mute notifikasi grup WhatsApp. Padahal dulu kamu termasuk yang aktif nimbrung di obrolan grup atau sering update status.

Kalau sudah begini, jangan biarkan berlarut-larut. Mulai dengan membalas satu-dua pesan yang penting. Gak perlu langsung banyak, yang penting ada usaha untuk tetap terhubung. Ingat, maintain hubungan itu penting untuk kesehatan mentalmu juga. Kamu bisa mulai dengan sekadar mengirim emoji atau stiker kalau belum sanggup untuk ngobrol panjang.

4. Aktivitas yang dulu menyenangkan sekarang terasa seperti beban berat

Ilustrasi lelah (freepik.com/freepik)

Hobi yang dulu bikin semangat, sekarang malah bikin malas. Komunitas yang dulu rutin kamu ikuti, sekarang rasanya berat banget buat datang. Bahkan acara yang seharusnya fun seperti ulang tahun teman atau gathering kantor terasa kayak kewajiban yang memberatkan.

Ini saatnya kamu evaluasi diri. Apakah kamu lagi burnout? Atau mungkin ada masalah lain yang bikin energi sosialmu terkuras? Coba ambil jeda sebentar untuk self-care, tapi jangan sampai terlalu lama mengisolasi diri. Pilih satu aktivitas sosial yang paling ringan dan mulai dari sana.

5. Lebih suka berinteraksi lewat media sosial daripada ketemu langsung

Ilustrasi gawai (freepik.com/freepik)

Ironisnya, meski menghindari interaksi langsung, kamu masih aktif di media sosial. Like sana-sini, komen di postingan orang, tapi kalau diajak ketemu langsung langsung cari alasan. Seolah-olah interaksi virtual sudah cukup menggantikan kebutuhan sosialmu.

Padahal, interaksi langsung punya manfaat yang gak bisa digantikan media sosial. Mulai dari kontak mata, bahasa tubuh, sampai energi positif yang cuma bisa dirasakan saat bertemu langsung. Coba kurangi waktu di media sosial dan alihkan untuk ketemu langsung dengan satu atau dua orang terdekat. Quality over quantity, yang penting ada interaksi nyata.

Social withdrawal bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh. Kalau tanda mengalami social withdrawal sudah kamu rasakan, terlalu lama mengisolasi diri dan sulit untuk keluar dari zona itu, jangan ragu untuk cari bantuan profesional. Psikolog atau konselor bisa membantu kamu menemukan akar masalahnya dan cara mengatasinya. Ingat, manusia itu makhluk sosial yang butuh koneksi dengan orang lain!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team