Tanpa Sadar, 5 Hal Ini Membuatmu jadi Pribadi yang Sulit Bersyukur

Dengan maraknya penggunaan media sosial, memang sangat mudah untuk merasa minder dengan pencapaian orang lain. Akhirnya jadi membanding-bandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain yang tampak sempurna dan tanpa cela.

Perilaku ini bisa sangat berbahaya bagi kesehatan mentalmu, karena standar yang kamu pakai adalah standar orang lain, merasa bahwa mereka itu “lebih”. Selama belum menyamai atau melebihi mereka yang jadi standar acuanmu, walaupun pencapaianmu sudah bagus, kamu akan tetap merasa kurang.

Langkah awal supaya kamu bisa jadi pribadi yang lebih bersyukur adalah stop membanding-bandingkan dirimu dengan orang lain. Tiap orang unik, jadi jangan menyusahkan diri sendiri dengan menyamaratakan. Gak akan bisa!

Ikhlas itu bukan pasrah dan tak berarti lemah. Ikhlas adalah kemampuan diri untuk menerima hasil yang telah diberi Tuhan, setelah kita berusaha. Kalau memang hasilnya masih sedikit, ya sudah terima. Disyukuri yang sedikit, nanti juga dapat yang banyak. Asalkan mau berusaha lebih.

Jika ikhlas sudah tertanam dalam diri, maka hidup akan terasa lebih ringan dalam menjalaninya. Hidup tidak dipandang sebagai sebuah kompetisi.

Dengan kemajuan teknologi, segala sesuatu dapat dilakukan dengan mudah. Ini menciptakan budaya instan, apa-apa ingin cepat dan jadi tidak sabar.

Melihat teman seangkatan sudah sukses, jadi stres sendiri dan tidak mensyukuri pekerjaan yang sudah dimiliki saat ini. Padahal, sukses itu butuh proses dan usaha. Orang hanya bisa melihat kesuksesannya, tapi tidak tahu perjuangannya yang berdarah-darah.

Hal lain yang bisa membuatmu tidak bersyukur adalah karena begitu fokus dengan masalah yang kamu hadapi. Padahal, yang punya masalah itu bukan kamu doang. Tengoklah orang-orang sekitar, bisa jadi, masalahnya jauh lebih berat darimu.

Setiap orang diberi masalah sesuai dengan kadar kesanggupannya. Ada orang yang kaya raya, tampak hidupnya mudah, tapi ternyata dia diuji dengan masalah keluarga. Ada lagi yang keluarganya tampak harmonis, ternyata diuji dengan masalah keuangan.

Jangan pandang masalah sebagai “hukuman”, melainkan sebagai alat untuk mendewasakan dirimu dan mengasahmu jadi pribadi yang lebih baik.

Gak ada salahnya memiliki ekspektasi atau harapan. Ini penting, supaya diri bisa termotivasi mencapai hal yang lebih. Namun, ekspektasi yang dibuat terlalu tinggi, justru bisa jadi bumerang.

Saat hasilnya tak sesuai harapan, kamu bisa terjerumus ke dalam jurang kekecewaan. Tak peduli orang lain melihat hasilmu sudah bagus, di pikiranmu, kamu telah gagal. Ini yang membuatmu sulit bersyukur dengan pencapaian-pencapaianmu selama ini.

Cobalah untuk membuat ekspektasi yang lebih realistis, sehingga kamu jadi lebih bisa menikmati prosesnya, dan menemukan rasa syukur di tiap langkah kecil yang telah kamu lewati.

Tanpa rasa syukur, hidupmu akan terasa berat. Kamu jadi merasa susah sekali happy, meski apa yang kamu punya sudah banyak. Sebaliknya, jika rasa syukur sudah tertanam, yang sedikit pun akan bisa membuatmu bahagia. Dari alasan yang sudah dikemukakan di atas, mana yang paling relate dalam hidupmu?