Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi alami mental illness (pexels.com/ Photo By: Kaboompics.com)

Intinya sih...

  • Overthinking dan kecemasan berlebihan

  • Tekanan akademik dan karier sejak dini

  • Kecanduan media sosial dan gangguan citra diri

Di era digital yang serba cepat, generasi Z yakni mereka yang lahir antara tahun 1997–2012 menghadapi tantangan yang sangat unik dibandingkan generasi sebelumnya. Meski disebut sebagai generasi yang paling terhubung secara teknologi, nyatanya Gen Z juga menjadi kelompok yang paling rentan mengalami masalah kesehatan mental.

Tekanan sosial, ekspektasi tinggi, dan paparan media sosial terus-menerus menjadi pemicu utama munculnya kecemasan, stres, hingga depresi. Lalu, apa saja tantangan kesehatan mental yang paling umum dihadapi Gen Z, dan bagaimana cara menghadapinya?

1. Overthinking dan kecemasan berlebihan

ilustrasi sedang overthinking (pexels.com/Gustavo Fring)

Gen Z dikenal sebagai generasi yang berpikir kritis, tapi ini juga membuat mereka rentan overthinking. Dari urusan karier, pendidikan, hubungan, hingga penampilan di media sosial semuanya bisa jadi sumber kecemasan yang terus dipikirkan tanpa henti.

Cara Menangani:

  • Latih teknik pernapasan dalam dan meditasi untuk menenangkan pikiran.

  • Buat jurnal harian untuk menuliskan kekhawatiran dan membingkainya secara logis.

  • Kurangi konsumsi media sosial jika mulai memicu stres atau FOMO (Fear of Missing Out).

2. Tekanan akademik dan karier sejak dini

ilustrasi tekanan pekerjaan (.pexels.com/ Anna Tarazevich)

Banyak Gen Z merasa terburu-buru harus sukses di usia muda. Tekanan untuk kuliah di tempat bergengsi, punya karier keren, dan bisa menghasilkan uang sejak remaja membuat mereka rawan burnout bahkan sebelum benar-benar mulai bekerja.

Cara Menangani:

  • Tentukan tujuan hidup berdasarkan nilai pribadi, bukan tekanan eksternal.

  • Ambil jeda (short break) saat merasa kelelahan, dan jangan takut untuk istirahat.

  • Jangan bandingkan progress hidupmu dengan orang lain; semua orang punya waktunya masing-masing.

3. Kecanduan media sosial dan gangguan citra diri

ilustrasi bermain smartphone (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Scroll tanpa henti, melihat highlight hidup orang lain, filter yang mengubah wajah, hingga budaya "likes" dan validasi digital semua ini membuat Gen Z lebih rentan mengalami body image issues dan rasa tidak percaya diri.

Cara menangani:

  • Atur waktu screen time harian, khususnya untuk aplikasi media sosial.

  • Ikuti akun yang memberi inspirasi dan energi positif, bukan yang membuat insecure.

  • Sadari bahwa apa yang terlihat di media sosial hanyalah sebagian kecil dari kenyataan.

4. Kesepian di tengah konektivitas

ilustrasi merasa sendirian (pexels.com/Pixabay)

Meski terkoneksi secara digital, banyak Gen Z merasa kesepian secara emosional. Kurangnya hubungan yang autentik dan komunikasi tatap muka membuat mereka sering merasa "sendirian" meskipun punya banyak followers.

Cara menangani:

  • Bangun relasi nyata yang penuh empati, bukan sekadar koneksi online.

  • Sediakan waktu untuk hangout secara langsung dengan teman atau keluarga.

  • Ikut komunitas offline seperti klub buku, komunitas volunteering, atau kelompok hobi

5. Stigma terhadap kesehatan mental masih ada

ilustrasi melakukan konseling (pexels.com/Alex Green)

Meski Gen Z lebih terbuka terhadap isu mental health, tak sedikit dari mereka masih enggan mencari bantuan profesional karena takut dihakimi atau dianggap “lemah”.

Cara menangani:

  • Normalisasi percakapan tentang mental health di lingkup keluarga dan pertemanan.

  • Cari bantuan dari psikolog, konselor kampus, atau layanan kesehatan terpercaya jika dibutuhkan.

  • Ingat: meminta bantuan adalah bentuk kekuatan, bukan kelemahan.

Gen Z punya potensi besar untuk mengubah dunia, tapi semua itu tak berarti tanpa fondasi kesehatan mental yang kuat. Mengenali tantangan dan tahu bagaimana menghadapinya adalah langkah awal yang penting.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team