Temanmu Mengalami Masalah? Dia Pasti Gak Mau Dengerin 25 Kalimat Klise Ini

Kata-kata ini super klise sekali. “Sabar ya” adalah kata-kata yang sudah hilang maknanya. Semua orang bisa mengatakan “sabar ya”, bahkan dalam candaan sekalipun. Jadi, jangan pernah gunakan kalimat yang terdengar berbasa-basi ini.

Siapa yang bilang air mata itu dikeluarkan dengan sengaja? Air mata yang keluar adalah respon tubuh dari perasaan sedih yang dirasakan seseorang. Tahukah kamu? Ketika seseorang meneteskan air mata, ia merangsang produksi endorphin, sebuah hormon yang membuat kita merasa senang. Hormon ini dapat melawan stres yang dialaminya. Jadi, berguna atau tidak?

Ketika kamu mengalami masalah, kamu mencari seseorang untuk mendengarkan ceritamu; bukan untuk dibandingkan dengan cerita lain yang lebih buruk. Kamu ingin dimengerti. Jadi, jangan gunakan perbandingan ya apabila ia masih tenggelam dalam masalahnya. Mungkin kamu dapat menyampaikan hal ini sebagai refleksi ketika semuanya sudah benar-benar berakhir.

Nggak ada yang bilang berdoa itu salah dan nggak bisa menyelesaikan masalah. Tapi ketika seseorang mengalami masalah, stres, bahkan depresi, ia lebih butuh saran-saran yang bersifat teknis; karena pikirannya akan lebih kusut dari biasanya. Berdoa adalah hal yang abstrak, yang berarti ia bergantung mengandalkan Tuhan-nya. Siapa bilang juga sebelum itu ia tidak terus berdoa? Yang ia butuhkan sekarang adalah aksi yang mendukung doa tersebut.

Memang kamu berusaha menunjukkan bahwa kamu mengerti. Tapi kata-kata ini bisa menjadi bumerang ketika ternyata pada titik tertentu ia menemukan bahwa kamu berbeda pemahaman dengan dia. Bisa-bisa, ia malah menutup diri dari kamu.

Mungkin kamu bermaksud menyampaikan padanya kalau ia tidak seharusnya tenggelam dalam perasaan yang dialaminya. Tapi, berkata “itu semua hanya di pikiranmu” hanya menunjukkan kalau kamu nggak ikut melihat beban yang dialaminya, dan tidak berada satu sisi dengan dia.

Nggak ada yang bilang memang. Tapi kamu nggak ada gunanya menyampaikan ke dia kalu hidup nggak adil. Dia juga tahu itu.

Lagi-lagi, ini adalah konsep abstrak yang mungkin bukan kata-kata yang ia butuhkan. Malah bisa jadi, ia jadi menutup diri karena kamu hanya bisa menyampaikan hal seperti ini tanpa memberikan solusi yang baik.

Jadi, persepsi kamu salah? Kalau iya tipe orang yang cenderung pesimis, bisa jadi ia semakin mempercayai bahwa ia ternyata memang nggak sekuat itu.

Bukannya mengasihani diri sendiri, dia juga butuh bantuan untuk diangkat. Kamu seakan-akan melihat orang tenggelam dan mengatakan “sudah jangan tenggelam” tanpa membantunya.

Belum tentu lho dia gak bergantung pada Tuhan selama ini. Masa tiap dia berdoa, sembahyang, atau ke tempat ibadah harus lapor kamu dulu? Selain itu, kamu yakin alasan utama dari masalah yang dialaminya adalah hubungannya dengan Tuhannya?

Tidak dewasa itu seperti apa? Dewasa itu seperti apa? Kedewasaan adalah konsep yang abstrak dan sangat subjektif. Kamu nggak bisa memaksanya untuk dewasa sesuai pandanganmu. Di samping itu, dia mungkin juga butuh bantuanmu untuk bangkit.

Ketika stres, beberapa orang memang lebih susah untuk berpikir positif karena perasaan yang dialaminya mengarahkannya kepada kekhawatiran, ketakutan, dan lain sebagainya. Alhasil, emosi-emosi tersebut menjadi kabut di pikirannya. Bantulah dia dengan perbuatan, bukan dengan perkataan yang seperti perintah.

Bagimu mungkin indah. Kamu seakan nggak ngerti perasaannya. Di saat orang lain merasakan keindahan, ia butuh untuk dibantu untuk membuka kabut yang menutupi matanya terlebih dahulu. Baru bisa melihat keindahan.

Nggak ada orang yang mau merasa depresi.

Lagi-lagi, kamu gak ada di posisinya. Kamu juga nggak bisa menyamakan kapasitasnya dengan kapasitasmu. Tiap orang memiliki kapasitas tersendiri. Di samping itu, ingat bahwa kalian pasti memiliki kondisi yang berbeda entah itu dari tingkat pendidikan, kondisi keluarga, ekonomi, dan lain sebagainya. Jadi, kamu nggak bisa mengatakan masalahnya nggak sebesar itu hanya dari kacamatamu saja.

Sama saja dengan “yang sabar ya”.

Ya, dia pun tahu hal itu. Kamu nggak perlu mengatakan “kamu nggak spesial kok, sama aja sama manusia lain” secara halus.

Nggak semua orang menunjukkan kesedihan. Ada orang-orang yang pintar menyembunyikannya, hanya karena ia ingin bersikap tegar. Kamu nggak perlu memaksa dia secara nggak langsung untuk menunjukkan kesedihannya. Bisa-bisa dia malah marah, lho.

Ini kata-kata yang sangat offensive. Kamu seakan-akan merasa ia berlebihan dan nggak memposisikan diri menjadi dia. Sudah pasti, ia langsung menutup diri dan menghindari kamu.

Sama dengan yang di atas, kalimat ini berpotensi sekali merusak pertemanan kalian. Nggak ada yang lebih menyebalkan daripada kalimat seperti ini. Kamu pun akan marah jika menerimanya, bukan?

Dia pasti juga maunya begitu. Tapi gimana lagi kalau masalahnya masih ada, atau masih membekas, atau menghantui dia? Kamu ada di sana untuk membimbingnya pelan-pelan keluar dari situasi tersebut.

Nah lo, kok kamu jadi ikutan tenggelam? Kalau memang kamu ikut stres pun, jangan tunjukkan padanya. Kamu hanya perlu menjadi orang yang kuat agar ia percaya untuk bersandar padamu.

Kelihatannya memang sangat baik, namun sebenarnya pernyataan ini menimbulkan banyak pertanyaan dan keraguan dari penerimanya. Seberapa rela kamu akan membantu dia? Apa batasnya? Selain itu, dia sudah bermasalah, masihkah dia harus memikirkan apa yang bisa kamu bantu? Daripada mengatakan kalimat ini, akan lebih berguna jika kamu bisa memikirkan hal-hal kecil yang bisa kamu lakukan untuk meringankan bebannya. Sekadar hadir di sampingnya, membantu mengerjakan pekerjaan rumahnya agar ia bisa menenangkan diri saja, membelikan makanan kesukaannya, dan lain sebagainya.

Ngomong memang gampang.

Keluarkanlah kata-kata yang lebih mengarah pada solusi penyelesaian, baik itu secara teknis pada masalahnya, ataupun solusi untuk mengatasi kelelahan emosional yang dialaminya. Apabila kamu benar-benar bingung harus mengatakan apa, kamu hadir di sebelahnya dan menjadi pendengar yang baik saja sudah lebih dari cukup.