Gebrakan Literasi Muslim, 5 Tips Menulis Ala Habiburrahman El Shirazy

Kegagalanmu tak menggoyahkan kegigihanmu untuk berkarya

Habiburrahman El Shirazy atau lebih dikenal Kang Abik, Siapa yang tidak mengenalnya? Bagi kamu yang hobi baca novel, pastinya sudah tidak asing lagi dengan penulis ini.

Penulis yang telah menerbitkan lebih dari puluhan buku ini juga sering membagikan pengalaman dan ilmunya dalam berbagai seminar kepenulisan. Bukan penulisan saja, Kang Abik juga seorang pengamat film. Novel Kang Abik sudah banyak yang difilmkan salah satu yaitu Ayat-ayat cinta. Berikut rangkuman tips-tips menulis dari seminar kepenulisan Kang Abik.

1. Suka membaca langkah awal jadi penulis

Gebrakan Literasi Muslim, 5 Tips Menulis Ala Habiburrahman El ShirazyInstagram.com/kangabik

Menyimak riwayat hidup para penulis terkenal, umumnya mereka sejak kecil atau remaja sudah gemar membaca. Dari kecintaan terhadap buku itulah lambat laun tumbuh keinginan kuat untuk jadi penulis. Memang, rata - rata mereka yang kini jadi penulis produktif dan profesional memiliki minat serta kebiasaan membaca yang tinggi.

Sungguh, sangat jarang ditemukan seseorang yang berprofesi sebagai penulis tapi tak suka membaca. Kalau pun ada, pastilah suatu pengecualian jika tidak ingin menyebutnya langka. Karena siapa pun yang berniat menjadi penulis dia harus rajin membaca dan banyak membaca. Dengan gemar membaca, niscaya ilmu pengetahuan dan wawasan menjadi bertambah luas.

Tetapi jika seorang jarang membaca, wajar kalau yang bersangkutan, ketika menulis, kerap sendat dan macet., sehingga membuat mengurungkan niat untuk menyelesaikan tulisan. Lha, kalau ilmu dan wawasannya terbatas memangnya apa yang mau dibagi pada calon pembaca?

Orang sering mengilustrasikan hubungan antara membaca dan menulis itu dengan teori kendi. Kendi kalau terus dituang air, maka dia akan terisi penuh bahkan jadi tumpah. Air yang dimasukan ibaratkan dengan bacaan, sedangkan tumpahnya diibaratkan tulisan.
Inti maksudnya jika kita suka membaca, maka peluang untuk jadi penulis itu jadi lebih mudah. Gemar membaca merupakan langkah awal untuk merintis karir sebagai penulis.

2. Menulislah meski di kala sibuk

Gebrakan Literasi Muslim, 5 Tips Menulis Ala Habiburrahman El ShirazyInstagram.com/kangabik

Ada kalimat seperti ini, "Sungguh banyak orang yang cukup potensial, tetapi tak bisa menjadi unggul. Salah satu sebabnya adalah ketidakmampuanya dalam mengola waktu." Kenapa demikian? Alasan karena faktor hampir tak punya waktu luang.

Kesibukan seharusnya jangan dijadikan pembenar untuk tidak menulis. Faktanya, banyak orang yang sibuk justru tetap produktif menulis. KH Mustafa Bisri di samping mengasuh pondok pesantren, aktif di organisasi NU, juga sering diundang ceramah, menjadi khatib Jumat, pembicara dalam seminar, tapi masih bisa meluangkan waktunya untuk menulis puisi, cerpen, dan esai.

Jadi, tidak benar bila kesibukan 'dituding' sebagai penyebab kevakuman menulis. Kalau kita memang mempunyai komitmen yang tinggi untuk menulis, sekalipun di tengah keterbatasan waktu, pasti bisa menyiasatinya.

Hal ini, sekali lagi, mempertegas bahwa kesibukkan hendaklah tidak dijadikan penghalang penghalang untuk berkarya. Justru orang yang banyak punya waktu senggang itu yang sering mengabaikan kesempatan. Maka, tak salah bila pakar psikologi pengembangan diri menyarankan, kalau kamu mendegelasikan pekerjaan dan ingin cepat selesai, serahkanlah pada orang sibuk.

3. Menulis dengan segenap cinta

Gebrakan Literasi Muslim, 5 Tips Menulis Ala Habiburrahman El ShirazyInstagram.com/kangabik

Pernakah kita memperhatikan anak yang tengah bermain? Kadang saking asyiknya, ia sampai lupa waktu, tak ingat makan, dan sama sekali tak berniat untuk tidur siang. Sinar matanya tampak berbinar. Senyumannya merekah. Kadang tertawa lepas mengekpresikan kegemirannya. Mengapa? Karena ia menemukan dunianya, sarana mengaktualisasikan diri.

dm-player

Begitu juga bila penulis dilandasi rasa cinta, maka merangkai kata-kata begitu nikmat. Tak heran jika ada penulis yang mengibaratkan menulis adalah sebuah napas. Satu hari tanpa menulis seperti orang yang kehilangan belahan jiwa mereka.

Memang, jika seseorang sudah sampai tahap tersebiut, ia akan selalu keranjingan untuk berkarya. Menulis bukan lagi 'kewajiban' apalagi beban melainkan kebutuhan. Dimana ada kesempatan, di situ ia akan menuangkan ide. Tak perlu menunggu suasana serba nyaman dan kondusif.

Selain itu, seseorang yang menulis dilandasi rasa cintai pastillah produktivitasnya sangat tinggi. Kreativitasnya juga bagai tak ada habis habisnya. Ia selalu berusaha melakukan inovasi dan terobosan terobosan terbaru. Dengan karakteristik yang demikian, wajar jika kemudian si bersangkutan menuai kesuksesan.

Tulisan yang lahir dari hati akan mudah pula menyentuh hati para pembaca. Dan, kalau karya kita sudah digemari banyak orang, rezeki pun bakal mengalir lancar ke saku kita. Belum lagi rejeki yang didapat, seperti nama kita makin dikenal luas, punya sahabat dimana-mana ditawarkan jadi pembicara, dan sebagainya. Saat itullah kita semakin yakin bahwa cinta itu membawa berkah.

Baca Juga: 5 Tips Mudah Untukmu yang Bingung Menentukan Ide Dalam Menulis 

4. Memilihara kontinuitas penulis

Gebrakan Literasi Muslim, 5 Tips Menulis Ala Habiburrahman El Shirazyinstagram.com/kangabik

Para penulis tersebut bisa menggarap buku setebal apa pun yang mereka inginkan karena mempunyai metode khusus, yaitu mencicilnya setiap hari. Sedikit demi, tapi kontinyu. Tidak bisa sekaligus, begitu tancap langsung selesai. Sebagaimana ungkapan bijak mengatakan, setiap perjalanan panjang tentu dimulai dari langkah kecil.

Jauh lebih baik, menulis sedikit tapi berkesinambungan daripada sekaligus menghasilkan banyak karya tapi bersifat angin-anginan. Ketika mood lagi bagus, ia sanggup menulis hampir seharian penuh. Tapi bagitu penyakit malasnya kumat, tak jarang sampai berbulan bulan tidak membuahkan sebiji tulisan pun.

Sekirannya menulis sudah menjadi kebiasaan, maka sehari saja tanpa menulis serasa ada yang kurang dan mengganjal di hati. Karena itu, jadikan menulis sebagai candu. Canangkan semboyan: Tiada hari tanpa menulis.

5. Menulis menentramkan jiwa

Gebrakan Literasi Muslim, 5 Tips Menulis Ala Habiburrahman El ShirazyInstagram.com/kangabik

Beban mental kalau dibiarkan akan berpengaruh buruk pada kondisi fisik dan psikologis. Dalam penelitian disebutkan, penyakit jasmani itu justru kebanyakan disebabkan oleh sengkarut pikiran dan emosi. Kebencian, dendam, amarah, jengkel, adalah energi negatif yang berpotensi 'merongrong' ketenangan batin.

Cartyn Mirriam Goldberg, seorang penyair sekaligus konsultan remaja di Amerika, mengaku menulis telah menyelamatkan hidupnya. Pada waktu umur 14 tahun ia bertengkar dengan sahabat karib satu satunya. Ketika pulang ke rumah, ia dihadapkan pada masalah lain, kedua orang tuanya berencana untuk bercerai. Saat itu, Caryn benar- benar merasa terpukul, seolah hidupnya telah hancur. Bahkan Sempat terbesit niat untuk bunuh diri.untunganlah dengan menulis  ia secara berangsur menemukan secercah harapan.

Jadi, bila kamu punya problem yang memberatkan di hati, kenapa tidak segera disalurkan lewat tulisan? Jika sudah menuangkannya ke dalam tulisan, niscaya timbul perasaan tenang dan tentram.

Nah, itulah beberapa tips menulis dari novelis terkenal Kang Abik yang berhasil dirangkum. Semoga bermanfaat. Jangan ragu untuk menulis karena menulis adalah kegiatan untuk keabadian.

Baca Juga: Percayalah, 8 Hal Ini Bisa Bikin Tulisan Kamu Makin Keren!

Siti Aminah Photo Verified Writer Siti Aminah

Find me on Instagram as @aminahkhanzaa

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya